"Ada."
Mampus, seseorang tolong bawa Jeha kabur dari situasi ini!
"Kak, aku pulang aja ya."
"Kenapa sih, Je? Ayo ih, masuk!" Tanya Mira, ia heran melihat wajah ketakutan sang adik.
"Takut Mama sama Papa marah?"
Jeha mengangguk dengan cepat. Alasan tepat.
"Tenang, tadi Kakak bilang kalau Kakak yang nyuruh kamu ke sini."
Ternyata bukan alasan yang tepat.
Tangan Jeha ditarik oleh sang kakak. Jeha menggeleng, ia tak siap. Tak siap!
Apa yang akan Jeha katakan pada Ry nantinya.
Tangan Mira yang bebas terulur untuk menggeser pintu di depannya. Pintu bertuliskan ruang VVIP itu terbuka.
Jeha memejamkan matanya, jantung Jeha berdetak cepat tanpa bisa dikendalikan. Apa pun yang terjadi nanti, mau tidak mau Jeha harus menghadapinya.
Mungkin ini sudah saatnya Jeha jujur, Tuhan pasti tidak suka Jeha terus berbohong.
"Jeha?" Panggil suara teduh mama Ry. Jeha masih memejamkan matanya saat ia ditarik oleh Mira mendekat ke arah tempat tidur pasien mama Ry.