Edo memarkirkan motornya tepat di depan rumah Novi, ia tersenyum karena suasana asri langsung menyegarkan matanya. Ia merapikan pakaian seragamnya sebelum masuk ke rumah itu. Kesan yang ia tinggalkan selama ini sudah bagus dan ia tak mau sampai ada celah untuknya merusak semua itu.
"Pagi-pagi dah apel aje lu." Suara seseorang yang Edo kenali menyapa telinga.
Edo berbalik dan menemukan bang Dika di sana. Bang Dika telah rapi dengan setelan formal, siap untuk berangkat kuliah.
"Eh, Bang. Iya dong."
Bang Dika menggelengkan kepalanya pelan. Edo si bucin akut pada adik sepupunya, Novi.
"Ngomong-omong motor lu keren juga." Dika meneliti setiap detail motor Ry. Sebenarnya sejak pertama kali melihat, Dika sudah jatuh cinta dengan berbagai body motor ini.
"Bagus, kan, Bang?"
"Iye, kalau totalan mungkin biaya buat nih motor bisa buat beli rumah."
Edo tertawa, ternyata bang Dika ini melek otomotif.
"Gaklah, Bang. Biasa aja."