Jeha beranjak dari kursinya, ia melewati meja depan di mana Ry dan Edo masih ada di sana. Membicarakan hal yang serius, terlihat dari raut wajah keduanya.
Edo menyadari Jeha yang lewat. Ia menepuk pundak Ry, dan temannya itu mengikuti arah pandangnya.
"Ry, kejar! Anter!" Suruh Edo.
Ry belum juga beranjak. Ia selalu melakukan sesuatu dengan dasar kemauan sendiri, ia tak pernah mau diperintah orang lain untuk melakukan sesuatu yang bukan kemauannya.
"Etdah nih bocah. Tadi gue disuruh kasih tahu, sekarang gue kasih tahu malah diem bae."
"Gue kok jadi ragu sama semua ini."
Edo berdecak. Kan, Ry berubah jadi labil. Kalau seperti ini apa dia harus kembali membujuk Ry. Astaga Ry seperti wanita saja, ribet.
"Elah, cuman sebulan, Ry. Jalanin dulu, nanti kalau enggak kuat lambaikan tangan."
Ry berdiri, hanya sebulan. Kalau tidak bisa juga ia bisa mundur.