Rini mengangkat telefon yang berasal dari ibunya.
"Halo, Bu?"
"Iya, maaf ya, Bu."
Dor! Dor! Dor!
Bukan bunyi pistol tapi gedoran pintu kamar mandi.
"Nona!"
Mampus!
Belum sempat Rini meminta maaf pada Ibu karena lama tak memberi kabar. Kedua pengawal itu berada di depan pintu.
Buru-buru Rini mematikan sambungan telefon tersebut. Ia tak mau ibu mendengar keributan yang disebabkan kedua pengawal itu.
Dengan menarik nafas, Rini harus bisa mengendalikan takutnya. Ia harus terlihat biasa saja saat beradu dengan dua orang bertubuh besar itu.
Ceklek!
"Apa?" Tanya Rini ketus. Mumpung mereka nurut dengannya, Rini harus berlaga seperti seharusnya.
"Kami dengar Nona seperti bertelefon dengan seseorang."
Rini menggigit bibir bagian dalamnya. Gawat! Kenapa telonga dia orang ini sangat peka.
"Telefon? Telefon apa? Jangan halu deh."
Rini ingin beranjak dari sana tapi langkahnya terhadang dua orang ini.
"Kami perlu memeriksa Nona terlebih dahulu."