Kotak Andorpa

Kotak berbentuk persegi panjang dengan hiasan lampu pijar di tengahnya, keempat lambang dari kartu remi di keempat pojok kotak tersebut, serta kotak tanpa lubang kunci yang sedang dipegang Zel itu pun diraba-raba olehnya. Zel mencari cari di mana agaknya lubang kunci yang digunakan untuk membuka kotak tersebut. Namun tak kunjung menemukannya. Kotak hitam itu juga tak bisa dibuka begitu saja menggunakan tangan kosong meski tak ada lubang kuncinya.

"Bagaimana cara membukanya, Master? Tidak ada lubang kuncinya," ucap Zel keheranan.

Kakek Lummy memegang kotak hitam itu seraya berkata, "Alirkan energi sihirmu secara perlahan ke kotak ini. Memang kotak ini tak ada lubang kuncinya. Kalo tak ada lubangnya berarti tak ada kuncinya. Cobalah!"

"Baik, Master."

Zel meletakkan kedua tangannya di atas kotak hitam berukiran aneh di depan matanya. Dia menuruti apa yang diucapkan Kakek Lummy. Perlahan namun pasti, Zel mengalirkan ES pada kedua tangannya dalam jumlah sedang dan dilanjutkan ke kotak itu.

Saat itu juga keanehan pun muncul. Kotak hitam persegi panjang itu terbuka dengan sendirinya. Zel melepaskan tangannya dari kotak tersebut. Dirinya sedikit tak percaya dengan adanya kotak yang dibuka dengan energi sihir seperti itu. Zel lebih tak percaya lagi saat melihat isi yang berada di dalam kotak. Ya! Dua perangkat sihir milik Thrower dan Serong ada di dalamnya dan tidak ikut lenyap.

"Bagaimana bisa, Master? Kotak hitam apakah ini?" tanya Zel penasaran.

Tangannya hendak meraih kedua benda yang berada di dalam kotak itu. Namun dengan cepat Kakek Lummy menepis tangan Zel.

"Jangan ambil barang di dalamnya, Zel! Kau tahu kan apa yang akan terjadi jika kedua barang bukti ini lenyap?" kata Kakek Lummy dengan mimik serius.

Zel menatap keseriusan yang terukir dalam wajah Kakek Lummy. Dia juga merasa bersalah karena sedikit lengah di akhir. Zel betul-betul lupa kalo para penyihir yang menggunakan perangkat sihir dapat dengan mudah menghilangkan perangkat sihirnya.

"Jadi Master, kotak hitam apakah gerangan? Bagaimana mungkin itu bisa mencegah perangkat sihir di dalamnya aman dan tak ikut lenyap saat semua perangkat sihir lenyap begitu saja?" tanya Zel mengulangi kalimat pertanyaan sebelumnya.

Kakek Lummy menurunkan pandangannya pada kotak. Dipegangnya kotak hitam yabg terbuka itu dengan penuh hati-hati.

"Kotak hitam ini disebut Kotak Andorpa. Kotak Andorpa hanya ada 3 di dunia ini. Fungsinya pun sudah kau saksikan sendiri, Zel. Tidak lain dan tidak bukan yakni mengamankan perangkat sihir musuh yang nantinya akan dijadikan barang bukti kejahatannya. Kau tahu Bimas Pehir, bukan? Bagaimana kau bisa melupakannya, Zel? Apa mungkin kau sangat lelah sampai melupakan hal itu begitu saja?" jelas Kakek Lummy sekaligus bertanya macam-macam pada Zel.

Zel hanya cengengesan sambil garuk kepala mendengarkan penjelasan Kakek Lummy.

"Ya begitulah, Master."

"Aku sudah menduga musuh akan melakukan Bimas Pehir saat kau menunjukkan kedua perangkat sihir itu padaku beberapa saat yang lalu. Oh iya, kau pun tak tahu keberadaan tentang kotak ini. Jadi maklum saja. Yang terpenting, kedua perangkat sihir ini masih aman. Kotak ini juga bisa meredam keterkaitan antara pemilik perangkat sihir dengan perangkat sihir itu sendiri. Artinya meski kotak ini dibuka tapi si pemilik perangkat sihir itu tak akan bisa merasakan kehadirannya dan tak bisa melenyapkan perangkat sihirnya. Mereka akan mengira kalo semua perangkat sihirnya telah lenyap. Kalo begitu, tutuplah kotak itu dan taruh di kolong ranjangku lagi," kata Kakek Lummy panjang lebar.

"Tutup? Bagaimana cara menutupnya?" tanya Zel dibuat bingung lagi.

"Hilangkan saja energi sihirmu yang ada pada kotak hitam tersebut, niscaya kotak akan menutup dengan sendirinya."

Kakek Lummya kembali merebahkan tubuhnya ke ranjang dan menarik selimut guna menutupi sekujur tubuhnya lantas tidur. Zel menuruti arahan yang diberikan oleh Kakek Master.

"Betul-betul kotak ajaib!" pikir Zel setelah melakukan hal tersebut. Ditaruhnya kotak itu pada tempatnya semula.

"Aku pamit keluar, Master." Zel melangkah keluar kamar Master Lummy dan menuju kamarnya sendiri guna beristirahat.

Tanpa sepengetahuan Zel, Master Lummy menarik kembali selimutnya dan kini hanya tersembul kepala yang berbentuk seperti lampu itu.

"Sebenarnya apa alasanmu menginginkan hal seperti itu, Fiero? Ini jelas sebuah pemberontakan atas Kerajaan Asque, Raja, dan Kaisar Sihir," lirih Kakek Lummy berbicara seorang diri.

Sementara itu di atas atap sebuah rumah kosong di atas gunung, kedua iblis itu masih setia menunggu kedatangan seseorang. Keduanya yang telah selesai melakukan ritual Bimas Pehir pun kembali duduk dan bercengkerama satu sama lain.

"Oi, Serong! Apa kau sudah yakin kalo semua perangkat sihirmu telah lenyap?" tanya Thrower.

"Sudah, kok. Aku sudah tak merasakan hawa kehadirannya. Kau sendiri bagaimana?" tanya balik Serong.

"Sama. Kita akan aman untuk sekarang. Aku sudah cukup bersenang-senang malam ini. Kenapa kau mau mengikutiku, Serong?" Thrower melirik ke arah Serong yang duduk di sampingnya.

Serong pun salah tingkah karenanya. Dirinya membuang muka ke arah lain dengan rasa malunya.

"Bodoh! Aku hanya ingin bersenang-senang juga tahu!" ucap Serong terbata-bata.

"Ya sudahlah kalo begitu. Tak perlu sampai membuang muka juga kali. Terlebih lagi, si keparat itu juga tak kunjung datang! Sialan!" kata Thrower yang tak menatap ke arah Serong lagi.

"Apa kau mencaciku, Thrower? Aku bisa mendengarmu dari atas sini!" ucap seseorang dari atas langit.

Thrower dan Serong cepat-cepat mendongak untuk melihatnya. Benar saja, seseorang yang menunggangi naga hitam besar berkelabat ke arah mereka berdua dari atas. Mereka berdua tak merasakan adanya ES dari hewan raksasa itu dan juga seseorang yang ada di punggung hewan tersebut. Seketika Thrower dan Serong menghindari naga hitam itu yang seperti hendak menimpa mereka berdua.

Braaakkk!! Rumah kosong yang dari tadi digunakan untuk menunggu seseorang itu datang pun hancur lebur karena ditimpa si naga hitam besar.

"Waduhh... maafkan aku karena terlambat. Aku sungguh senang malam ini." Seseorang yang menunggang naga pun turun.

Thrower dan Serong langsung menghampiri seorang pria berjubah hitam dengan motif bunga mawar merekah di depan jubahnya dan juga kerah jubah yang berwarna biru itu. Tanpa aba-aba Thrower langsung meninjunya begitu saja. Fiero yang tak siap menerima pukulan Thrower pun terjungkal.

"Kau terlambat, Dasar Fiero Bodoh! Kami sudah lelah menunggumu! Lantas di mana barangnya?!" tanya Thrower pada seseorang itu yang ternyata adalah Fiero.

Fiero bangkit dari tempatnya dan membersihkan pakaiannya yang terkena debu. Fiero kembali menghampiri Thrower dan Serong.

"Waduh waduh.... aku betul-betul lupa dengan hal itu. Aku lupa mengambilnya karena saking senangnya," ucap Fiero dengan santai.

"Sialan kau, Fiero!" umpat Thrower langsung menerjang kembali Fiero.

Fiero hanya tersenyum dan menepukkan tangannya sekali tepukan dan keanehan pun terjadi.