Kembali Ke Ibukota (2)

"Ibu, saat sampai di rumah Nenek, Chu Chu mau terus bersama ibu." Gu Chu meraih lengan Gu Manxi dan menyenggolnya dengan sayang.

Gu Manxi menundukkan kepalanya dan menatap putrinya yang pintar dan baik, dengan mata lembut berkata, "Oke, Ibu akan selalu bersama Chuchu, tidak ada yang bisa memisahkan kita."

Sebagai seorang wanita, dia lemah. Sebagai seorang ibu dia sangat kuat.

Chuchu adalah kekuatan terbesar untuk Gu Manxi.

Gu Chu ingin menyalakan kembang api untuk merayakannya. Bu, kamu akhirnya mulai sedikit waspada! Ayo, terus bekerja keras! Selanjutnya, mari kita hancurkan wajah munafik keluarga Zhao!

...

Setelah perjalanan yang panjang dan lama, akhirnya mereka tiba di ibu kota yang gemerlap dan makmur. Dalam perjalanan, Gu Manxi memeluk Gu Chu dan nyaris tidak tidur di dalam mobil.

Sopir mengantar ibu dan anak itu ke daerah orang kaya di ibu kota, dan berhenti di pintu masuk sebuah rumah mewah. Menjelang tengah hari, di pintu mansion ada dua pelayan menunggu di samping untuk membantu Gu Manxi dengan barang bawaannya.

"Nona muda kedua, nyonya telah menyiapkan makan siang sebagai ucapan selamat datang. Silahkan

ikut dengan saya." Seorang pelayan mengambil barang bawaan dengan ekspresi sedikit arogan.

Di keluarga Zhao, kabar tentang kedatangan nona muda kedua yang hilang, Zhao Manxi hari ini sudah tersebar di penjuru rumah. Tidak tahu dengan pria mana nona muda kedua ini berhubungan sehingga melahirkan b*jingan kecil ini. Dia sangat kotor dan jauh jika dibandingkan dengan nona muda ketiga yang anggun, Zhao Manshi.

"Nona muda kecil, apakah ingin ku bantu membawakan tas sekolahmu?" Pelayan itu melihat Gu Chu membawa tas sekolah merah muda dan berpura-pura sopan.

Gu Chu menggelengkan kepalanya, dan berkata dengan naif,"Tidak perlu, ada bayi yang sangat hebat di tas sekolah Chuchu. Paman, jika kamu bergerak sembarangan, kamu bisa mati."

Kata-kata itu sangat kekanak-kanakan.

Membuat pelayan itu mencibir dan melihat tas sekolah merah muda yang kotor dan jelek milik Gu Chu. Dia tidak ingin membawa tas sekolah yang kotor itu, sehingga dia tidak perlu menodai tangannya.

Gu Manxi meraih tangan Gu Chu dan berjalan ke kediaman keluarga Zhao yang terkenal.

Pelayan membawa ibu dan anak itu ke ruang makan.

Ruang makan tersebut ditata dengan elegan dan indah. Di meja makan yang panjang sudah ada tiga orang yang duduk. Pria paruh baya dengan aura bergengsi yang di kursi pertama adalah Zhao Jing, ayah biologis Gu Manxi. Tang Chunxiu duduk di samping suaminya Zhao Jing. Dan pemuda yang duduk di seberangnya adalah Zhao Yan, kakak laki-laki tertua Gu Manxi.

Tang Chunxiu melahirkan tiga anak, putra tertua Zhao Yan, putri kedua Gu Manxi, dan putri ketiga Zhao Manshi.

"Manxi sudah datang. Kemari dan duduklah, Chuchu." Tang Chunxiu tampak bahagia. Dia menarik tangan Gu Manxi, membawanya duduk di sebelahnya.

Terhadap si anak haram yang berusia lima tahun, Gu Chu, Tang Chunxiu pura-pura mengabaikannya. Dia sama sekali tidak menyukai anak haram yang akan merusak reputasi keluarga Zhao ini. Tang Chunxiu bahkan sudah berencana untuk mencari kesempatan mengirim Gu Chu pergi. Karena jika tak ada yang tahu tentang anak haram ini, maka semua akan aman.

Gu Chu mengangkat bahu dan memberi Tang Chunxiu ruang untuk 'menunjukkan permainan cinta ibunya.' Dia segera berlari ke arah putra keluarga Zhao, Zhao Yan, mengangkat lengan kecil serta kepala kecilnya, dan berkata, "Hore~ Paman, paman peluk aku."

Gu Chu sangat ingat setiap detail dalam novel aslinya.

Tidak ada orang baik di keluarga Zhao. Satu-satunya yang bisa disebut orang baik adalah pamannya ini, Zhao Yan. Sayangnya, Zhao Yan juga berakhir dengan menyedihkan, sengsara hingga akhir hayatnya.

Zhao Yan berusia 28 tahun. Dia sama sekali tidak memiliki kemewahan seorang tuan muda kaya raya, wajahnya dingin dan dia suka menyendiri. Ketika dia masih muda, dia bekerja sebagai tentara dan menyembunyikan hal itu dari keluarganya. Dari sanalah terbentuk karakter yang tenang dan acuh tak acuh. Setelah dia pensiun sebagai tentara, dia diutus kembali ke keluarga Zhao untuk dilatih sebagai ahli waris.