Aku Adalah Seorang Aktor (3)

Zhao Yan secara bergantian melirik Zhao Manshi dan menatap Gu Chu yang tak berhenti menangis. 

Anak berusia lima tahun dengan mata merahnya yang memancarkan ketakutan yang tidak dapat disembunyikan, menggigit sudut bibirnya dan menenggelamkan sisi kepalanya di pundak ibunya. Air matanya terus bergulir dan dia tidak berani melihat bibinya, Zhao Manshi. Jelas dia takut akan sesuatu. Dia hanya merasa aman ketika di erat pelukan ibunya.

Hati Zhao Yan bagai tenggelam ke dasar bumi.

Dia tahu, kecelakaan Chuchu tidak bisa dipisahkan dari Zhao Manshi.

"Manxi, dokter keluarga masih belum masuk kerja." Zhao Yan berkata, "Kacanya mungkin tersangkut di kaki Chu Chu. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit terdekat."

Jari-jari Gu Manxi gemetar, matanya merah, dan wajahnya berubah menjadi kelabu, "Maaf merepotkanmu, Kak."

Zhao Yan membawa ibu dan anak itu pergi dengan cepat ke rumah sakit terdekat.

Mendengar kabar itu, Tang Chunxiu bergegas ke atas dan melihat kekacauan di ruangan itu. Tang Chunxiu tidak setuju dan berkata, "Manshi, bahkan jika kamu tidak terbiasa dengan setan kecil ini, kamu akan memiliki kesempatan untuk membereskannya nanti. Sekarang Manxi tidak mempercayai kita lagi. Kamu akan membuatnya curiga jika seperti ini. Juga akan membuat kakakmu dan ayahmu tidak puas."

Jelas, Tang Chunxiu paling mengenal putrinya.

Zhao Manshi merasa benar-benar dirugikan kali ini. Dia menghentakkan kakinya dan berkata dengan marah, "Bu, kali ini benar-benar kecelakaan. Aku menggendongnya saat itu, entah bagaimana... Ahh, aku benar-benar tidak bisa menjelaskannya!"

Zhao Manshi mengingat adegan pada waktu itu, seolah-olah dia benar-benar menggendong anak itu dan melemparkannya ke bawah. Dan secara kebetulan botol kaca itu juga hancur menyentuh tanah.

Tapi dia benar-benar tidak ingin menyakiti anak ini. Dia tidak mungkin menyerang seorang anak kecil.

"Oke, aku akan menyuruh seseorang membersihkan kamar ini." Tang Chunxiu menghela nafas, "Ketika kakak perempuanmu kembali, kamu harus meminta maaf padanya. Kamu harus tulus."

Zhao Manshi mengangguk dengan enggan, "Oke."

–--------------------------------------------------

Di sisi lain, Zhao Yan pergi ke rumah sakit.

Kaki Gu Chu benar-benar sakit. Agar ibunya yang bodoh dan naif ini mengenali wajah asli keluarga Zhao sepenuhnya, dia menunjukkan kakinya yang berlumuran darah. 

"Bu, kaki Chu Chu sakit..." Gu Chu bersandar di pelukan Gu Manxi, air matanya terus mengalir. Luka di kakinya masih menitikkan darah, dan tidak ada yang berani menghentikan pendarahannya karena khawatir ada pecahan gelas di dalamnya.

Tetesan darah itu seolah menusuk mata Gu Manxi. Melihatnya membuat Gu Manxi menahan air yang hampir merembes ke pipinya. 

"Kak, tolong mengemudi lebih cepat." Suara Gu Manxi serak dan jari-jarinya gemetar.

Zhao Yan mengemudi di depan dan dengan tenang berkata, "Masih beberapa menit." Setelah jeda, Zhao Yan tiba-tiba bertanya, "Chuchu, beri tahu paman apa kamu benar-benar melukai dirimu sendiri secara tidak sengaja?"

Zhao Yan berkata, matanya melihat ke kaca spion.

Dia melihat tubuh kecil Gu Chu gemetar, air mata merebak di kelopak matanya dan mulai menetes. Gu Chu berbisik dan berkata, "Chuchu tidak sengaja terluka, huhuu. Tak ada hubungannya dengan bibi."

Gu Chu tahu bahwa pamannya lebih pintar dan lebih baik dalam mengamati.

Sekarang, dia adalah anak kecil berusia lima tahun yang tidak memiliki kekuatan. Seorang korban yang sangat menyedihkan. Paman, ajukan beberapa pertanyaan lagi! Aku masih bisa terus berpura-pura!

Zhao Manshi adalah teratai putih yang mekar di novel aslinya. Dia pandai berpura-pura lemah dan memamerkan kesedihannya. Mungkin karena dia cemburu pada Gu Manxi, si protagonis wanita, yang terlihat lebih baik dari dirinya sendiri, atau mungkin ada alasan lain. Singkatnya, Zhao Manshi menjebak Gu Manxi dalam novel aslinya.

Gu Manxi, protagonis wanita yang bodoh dan naif ini, dibunuh berkali-kali tanpa mengetahui kemunafikan adik perempuannya. Dia menganggap Zhao Manshi sebagai saudara perempuannya sendiri.

"Chuchu, katakan yang sebenarnya kepada pamanmu, jangan takut." Zhao Yan memegang setir dengan kuat dan berkata dengan suara rendah, "Paman akan membelamu."

Gu Manxi mengangkat kepalanya dan sedikit mengernyit, "Kakak, kamu... Apa maksudmu?"