WebNovelPepero4.26%

Minimarket

Lena baru saja membuka pintu minimarket dan kembali menabrak seseorang. Ah, hari ini bukan hari baik untuknya. Padahal, setelah keluar dari kampus tadi, dia merasa bahagia karena bisa menghabiskan banyak waktu. Ternyata, dirinya malah menabrak tiga orang. Dalam batinnya, jangan ada masalah lagi untuknya.

Dilihat dari tangannya, orang yang baru saja dia tabrak ini adalah seorang laki-laki. Lagi. Kedua tangannya masih dipegang oleh laki-laki itu, dan begitupun dengan yang dilakukan oleh laki-laki itu padanya. Lena sudah menutup kedua matanya lebih dulu dan menggigit bibir bawahnya. Ia rasa, sebentar lagi dia akan kembali mendapat tanggungan lebih banyak dari bulan-bulan sebelumnya.

"Lena, kau tidak apa-apa?" tanya laki-laki itu.

Tunggu dulu, Lena sangat tidak asing dengan suara yang baru saja dia dengar. Gadis itu menengok ke atas guna melihat wajah laki-laki ini. Betapa leganya dia, saat melihat teman satu kampusnya. Pun dirinya langsung menegakkan tubuh, nafasnya terasa sangat lega. Namun, Lena langsung berlari menuju belakang tubuh laki-laki itu. Dia mengintip keluar minimarket. Lena khawatir jika dua laki-laki yang ia temui sebelumnya, ikut berlari menyusul ke sini.

Sejak tadi, dia mendengar jika teman laki-lakinya ini banyak bertanya. Dan sesegera mungkin Lena menjawabnya dengan desisan dan jari telunjuk yang berada tepat didepan labiumnya.

"Apa ada dua laki-laki yang sedang berlari ke sini?" tanya gadis itu.

Temannya yang bernama Doni itu melihat keluar minimarket. Dia sama sekali tidak melihat apapun disana. Hanya motor, mobil, dan kendaraan lain yang berlalu-lalang di jalan raya. Doni melihat wajah Lena yang bersembunyi dibelakang otot lengan kirinya.

"Tidak ada siapa-siapa. Keluarlah," kata Doni.

Akhirnya, Lena keluar dari balik tubuh Doni dengan gerakan perlahan. Pandangannya juga masih belum putus untuk memastikan jika dua laki-laki tadi tidak mengejarnya. Bukan niatan untuk pergi dari tanggungjawabnya, hanya saja saat ini dia belum memiliki uang lebih untuk mengganti rugi semuanya. Karena itulah Lena memilih untuk lari begitu saja.

Tanpa berkata apapun, dirinya langsung berjalan menuju ruang ganti yang berada didekat rak perlengkapan kamar mandi. Walaupun Doni sudah memanggilnya beberapa kali, tapi Lena tidak mengindahkan. Justru, gadis itu malah menaikkan lima jarinya tanpa membalikkan badannya, seolah dia memberikan salam perpisahan.

Didalam ruangan yang besarnya tidak seberapa, Lena mengganti seluruh pakaiannya. Apalagi, pakaiannya yang dia kenakan tadi sudah kotor karena terkena tumpahan kopi. Memang baunya disukai Lena, sayangnya tidak nyaman juga jika dipakai. Namun, ketika dia ingin mengambil tanda pengenal miliknya, kedua bola mata Lena langsung terbuka lebar. Dia kehilangan benda itu. Lena menelan ludahnya kesulitan, mengerjap beberapa kali lantaran merasa panik kehilangan benda itu.

Akhirnya, Lena memilih untuk menggerai rambutnya dan menaruhnya di bagian depan. Rambutnya ini hitam dan panjang, Lena rasa cukup untuk menutupi tempat dimana dia menempelkan tanda pengenalnya. Semoga saja, tantenya tidak datang hari ini. Yang ada, Lena akan kena marah karena tidak menggunakan tanda pengenal.

Agar tidak ketahuan, Lena memilih untuk meredakan rasa paniknya, dan dia akan bersikap biasa saja. Karena hanya cara ini yang bisa dia lakukan saat ini. Setelah pulang bekerja nanti, Lena akan mencari tanda pengenalnya.

Akhirnya, gadis itu berjalan menuju kasir dan memulai pekerjaannya. Namun, tak sengaja lututnya menyenggol tumpukan lembaran yang terletak pada rak bawah meja kasir. Karyawan sebelumya pasti tidak meletakkan dengan benar. Lantas Lena berjongkok untuk merapikan lembaran itu dan meletakkannya dengan rapi. Omong-omong, Lena itu tidak suka sesuatu yang berantakan.

Saat sedang merapikan, dia mendengar ada suara pintu yang terbuka. Pasti itu adalah seorang pembeli. Buru-buru Lena membereskan kekacauan sebelumnya, dan berniat untuk berdiri memberikan sambutan untuk para pembeli yang memasuki minimarket ini.

"Selamat datang, selamat ber—" ucapan Lena seketika terhenti ketika melihat tantenya memasuki minimarket.

Seketika itu juga, jantung Lena sama sekali tidak bisa berdegup dengan santai. Ini tiga kali lipat dari degupan biasa. Gadis itu juga kesulitan menelan salivanya, serta pandangan yang tertunduk dan tidak berani menatap kedua manik coklat tantenya itu. Bagaimana tidak, Lena sedang khawatir jika tantenya ini akan memarahinya karena tidak menggunakan tanda pengenal. Apalagi kedua bola mata tantenya itu sedang terarah pada penampilannya saat ini.

"Kau selalu cantik, Lena," tantenya memberi jeda ucapan, dan saat ini sedang berjalan menghampiri keponakannya itu. Salah satu tangannya sudah terulur menyentuh rambut Lena yang berada di bagian depan untuk disibak kebelakang. "Tapi, di minimarketku ini, tidak ada karyawati yang menggerai rambutnya. Kecuali jika dia memiliki rambut pendek," ucapnya dengan suara santai namun bisa membuat Lena stagnan ditempat.

Wanita berusia tiga puluh tahunan itu langsung menyipitkan kedua matanya setelah melihat sesuatu yang aneh pada pakaian keponakannya itu. Iya, tidak adanya tanda pengenal disana. Netra wanita itu bergerak menatap Lena dengan tatapan tajam. Pun tanpa diberitahu, dia yakin jika keponakannya ini mengetahui maksud dari tatapannya.

"Maaf, tante. Tapi, sepertinya Lena tidak sengaja menjatuhkannya," ucap Lena dengan jujur.

Terdengar suara helaan nafas panjang dari wanita itu. Dia melepas kasar rambut Lena dan segera melipatkan kedua tangan di depan dadanya. "Saya tidak ingin tahu, kamu harus cepat mendapatkan tanda pengenal itu, atau kamu saya usir dari kos," ancam wanita itu.

Tepat setelah kalimat itu terlontar, terdengar kembali suara pintu yang terbuka, menampilkan dua orang laki-laki yang masuk bersamaan. Jujur, Lena semakin gemetar karena dia mengenali mereka berdua. Sebisa mungkin dia mengalihkan pandangannya. Namun, dua laki-laki itu malah mendekat ke arah kasir. Lena sudah tidak memiliki keberanian lagi terhadap tiga orang didepan kasir ini.

"Tolong jangan memarahinya. Tadi aku menemukan ini di jalan," ucap Jay sembari memberikan tanda pengenal Lena pada wanita paruh baya itu.

Lewat ekor matanya, Lena melihat tanda pengenal miliknya berada ditangan laki-laki itu. Mungkin, ketika dia menabrak mereka, salah satu menemukannya. Tapi, yang membuat Lena penasaran adalah dua laki-laki yang tadi dia tabrak itu terlihat saling mengenal. Ini hanya dugaan Lena, jika kedua laki-laki itu bersekongkol untuk meminta pertanggungjawaban padanya.

Lena langsung merebut tanda pengenal itu dan pergi meninggalkan kasir. "Lena akan memeriksa stok di gudang, tante. Biar Adis yang akan menjaga kasir," ucap Lena dengan pandangan tertunduk dan berjalan pergi menjauh dari ketiganya.

Langkah gadis itu cukup cepat ketika sedang menghindar, namun Jay dan Steve juga cepat untuk menghalangi langkah Lena. Bahkan, sampai Lena itu menabrak salah satu tubuh mereka.

"Sungguh, aku akan mengganti rugi. Tapi, aku mohon berikan aku waktu untuk menyicil," ucap Lena dengan suara paraunya.