WebNovelPepero65.96%

Banyak Membuang Waktu

"Aku menumpang denganmu, ya,"

Itu adalah Mina yang baru saja memasuki sebuah mobil berwarna hitam. Lantas saat ia menoleh ke arah pengemudi, wajahnya berubah ketika melihat Steve yang berada di sana. Baik Mina dan juga Steve, keduanya sama-sama memasang wajah terkejutnya. Sampai akhirnya Mina tersadar lebih dulu setelah mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. "Maaf, aku kira ini mobil temanku," katanya seraya menahan rasa malunya.

Mereka masih terdiam lantaran merasakan keadaan yang mendadak canggung. Tak lama, Mina kembali bersuara, "Apa kau sedang menunggu seseorang?" tanya gadis itu namun langsung dibantah oleh Steve dengan gelengannya. "Kalau begitu, tak apa 'kan jika aku menumpang denganmu?" tanyanya lagi.

Sangat sulit untuk menolak, pasalnya Steve masih memiliki hutang pada Mina yang belum lunas. Tak ada pilihan lain selain menerima Mina masuk ke dalam mobilnya. Steve segera melajukan kuda besi itu keluar area kampus. Selagi ia menyetir, Mina justru tengah membuka buku, seperti sedang mencari sesuatu di sana.

"Jangan membaca buku saat di dalam perjalanan. Kau akan pusing," Steve menegur halus.

Membaca buku di dalam mobil hanya akan membuat kepala pusing, dan sebagai pemilik mobil itu pun Steve harus mengingatkan penumpangnya.

"Wah, kau perhatian sekali," timpal Mina yang langsung menutup bukunya.

Hanya lirikan sekilas yang Steve berikan sebelum kembali terfokus dengan jalanan. Karena Mina juga tidak mengatakan apa-apa, Steve melajukan mobilnya menuju kost gadis itu. Tanpa diberitahu, Steve juga mengerti jika Mina satu kost dengan Lena.

Setelah Steve menegur tadi, Mina memang sudah tidak membaca bukunya, namun ia mengerti jika Mina tengah memperhatikannya saat ini. Dari ekor matanya ia melihat jika Mina memperhatikannya dengan posisi kaki yang bertumpu, dan dagu yang ditumpu oleh tangan kanan. Laki-laki itu tidak terlalu suka jika dipandang seperti itu, dan membuatnya tidak nyaman.

"Kalau boleh aku tahu, kau berada di fakultas apa?" tanya Steve.

"Kedokteran," jawab Mina masih dengan posisinya. "Jika kau sakit, datanglah padaku. Akan aku periksa penyakitmu," tuturnya lagi.

Steve terkekeh sembari menyibak rambutnya ke belakang. Sedangkan gadis di sebelahnya, ia melepaskan tumpuan tangannya dari dagu, beralih memegang kedua kakinya yang masih bertumpu. Pandangannya kini terarah pada jalanan sore ini yang cukup ramai. Kedua alisnya berkerut saat menyadari arah kemana perginya mobil ini.

"Kenapa kita pulang?" tanya Mina.

"Memangnya, ada tempat yang ingin kau kunjungi?" tanya Steve balik.

Tanpa ragu gadis itu mengangguk yakin, tangannya menunjuk ke arah jalan raya sebelum mengatakan tujuannya. "Aku ingin ke toko buku," katanya.

Tanpa berkata-kata lagi, Steve langsung memutar mobilnya kembali ke jalan raya dan menuju ke arah toko buku.

-

-

-

Jika tadi Steve akan menunggu di dalam mobil, apa akan lebih membosankan dari ini? Pasalnya, dia merasa sudah melewati rak buku ini untuk yang ketiga kalinya, namun Mina masih belum menemukan buku yang ia cari. Steve tidak bisa jika terus mengikuti Mina, pun akhirnya dia beralih ke rak buku yang lain, mencoba melihat-lihat buku lainnya.

Dia berada pada salah satu rak yang berisikan komik-komik horor. Beberapa ada yang ia ambil untuk dilihat sinopsisnya. Selama ini dia tidak pernah suka untuk membaca buku komik. Bukan hanya komik, tapi sejenis novel atau buku cerita lainnya juga turut menjadi jajaran buku yang tak disukai Steve. Menurutnya, itu hal yang akan membosankan. Bahkan, jika disuruh untuk memilih, Steve akan memilih menonton film daripada membaca buku.

"Kau tertarik pada komik itu?" tanya Mina yang sudah berada di belakang tubuhnya.

"Aku bahkan tidak tertarik membaca," jawab Steve yang mengembalikan komik itu pada tempatnya. "Kau sudah selesai?"

Melihat gadis itu yang sudah berdiri di dekatnya seraya tangan yang memeluk dua buku tebal, meyakinkan Steve jika mereka sebentar lagi akan meninggalkan toko buku ini. Pun laki-laki itu memilih untuk keluar lebih dulu selagi menunggu Mina melakukan pembayaran. Steve melihat ke arah jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul empat sore. Padahal, tadinya rencananya ia ingin mengerjakan tugas lebih awal di kafe Jay. Setelah bersama Mina selesai, Steve berencana untuk segera menuju kafe temannya itu.

Beberapa menit setelah Steve menyalakan mesin mobilnya, Mina keluar dari pintu toko buku tersebut, berjalan dengan kantung berisikan buku pembeliannya. Tepat setelah Mina masuk, laki-laki itu segera menjalankan mobilnya menuju tempat kost Mina.

"Ayo kita makan dulu," ajak Mina secara tiba-tiba.

Agak terkejut mendengar kalimat itu, namun dengan cepat pula Steve menolak ajakannya. "Maaf, aku harus mengerjakan tugasku. Akan aku antar kau pulang," tolak Steve dengan halus.

"Kalau begitu, aku temani kau membuat tugas,"

"Tidak perlu. Aku tidak akan bisa fokus jika ditemani," timpalnya.

Tak ada obrolan apapun lagi dari Mina dan Steve, keduanya sama-sama terdiam. Mina tengah melihat buku-buku yang ia beli, dan Steve terfokus pada jalanan.

Saat Steve sudah berhenti di dekat kost gadis itu, ia mendapat ucapan terima kasih dari Mina. Lantas ia melajukan mobilnya pergi dari tempat itu menuju kafe milik Jay. Memang jaraknya cukup jauh, namun itu menjadi tempat yang cukup bagus untuk Steve menyelesaikan tugasnya. Selain itu, jika dia memesan makanan atau minuman, dia tidak perlu membayarnya. Jay sendiri yang menyuruhnya untuk begitu.

Seraya keluar dari mobil, ia menenteng tas dan mencari sudut ruangan ternyaman untuk memulainya. Mengeluarkan laptop dan juga pengisi dayanya, meninggalkan barangnya guna memesan camilan dan minuman yang akan ia gunakan untuk menemaninya mengerjakan tugas. Namun, saat ia kembali, ia melihat seorang pegawai yang berdiri dengan jarak beberapa meter dekat dengan mejanya.

"Lena?" panggil Steve. "Sedang apa kau?" tanyanya.

"Oh?" Lena agak terkejut saat melihat Steve di belakangnya. Ia melihat ke arah meja laki-laki itu dengan wajah sedikit kebingungan. "Aku takut jika barang-barang ini hilang. Pemiliknya juga tidak tahu pergi kemana," jelasnya.

Steve duduk di bangkunya, ia segera memegang laptop itu, hanya saja ia ingin membuat Lena semakin panik jika ia akan mengutak-atik semua benda ini—Lena masih belum menyadari jika semua itu barang Steve.

"Baiklah, kita periksa siapa pemiliknya,"

"Jangan sembarangan membuka barang orang, Steve. Kau akan mendapat masalah," tegur Lena dengan wajah paniknya.

"Tak apa. Benda ini adalah milikku," Steve mengakuinya.

Gadis itu diam tanpa kata-kata, menatap Steve dengan tatapan yang sedikit tajam lantaran telat mengetahuinya. Lagipula, Steve juga tidak memberitahunya sejak awal. Pasti tadi Lena terlihat seperti gadis yang bodoh. Dia meninggalkan meja Steve dengan sedikit kekesalan. Sayangnya, baru akan duduk di dekat meja kasir, Lena mendapat perintah untuk membawakan pesanan milik Steve. Ya ampun, dia harus berdiri dan bertemu kembali dengan laki-laki itu.

"Silakan, tuan muda," ucap Lena sembari meletakkan camilan dan minuman Steve.