Jatuhnya Penguasa Kegelapan

Kobaran api terlihat di seluruh kota, kepulan asap menutup langit biru, membuatnya seolah-olah malam telah tiba. Sosok manusia bersayap melayang di udara, auranya yang angkuh dan penuh kesombongan berhasil mengintimidasi siapa saja yang melihatnya.

Sosok manusia bersayap itu tidak lain adalah 'malaikat', makhluk yang katanya datang dari surga untuk memberi pencerahan kepada para makhluk di bumi, dan akan membunuh siapa saja yang menentang keinginan mereka, atau biasa disebut sebagai pendosa.

Kedua mata emasnya menatap kedua netra biru milik pemuda yang sekarang terkapar tidak berdaya di depannya. "Penguasa Kegelapan, ternyata kau memiliki kekuatan yang luar biasa. Kau bahkan berhasil bertukar 100 serangan denganku. Tidak pernah ada manusia yang bisa menahan satupun serangan dariku, tapi kau melakukannya selama 100 kali berturut-turut. Julukan-mu sebagai orang terkuat di bumi sepertinya bukanlah omong kosong belaka..."

Orang itu, orang yang sedang terkapar di permukaan tanah, balas menatap mata Sang Dewa, malaikat yang tengah berhadapan dengannya. "Aku juga tidak mengira burung merpati seperti kau akan begitu kuat. Ini salahku karena terlena dalam kekuasaan dan kekuatan yang sudah aku dapatkan, sehingga bahkan burung merpati sok suci sepertimu saja bisa mengalahkanku. Benar-benar memalukan."

Zhao Ji Ling.

Orang yang tengah berhadapan dengan Sang Dewa adalah Zhao Ji Ling, manusia terkuat di bumi, biasanya orang lain menyebutnya sebagai Penguasa Kegelapan. Meski begitu, sayangnya dia masih jauh dari sebanding dengan Sang Dewa.

"Apa ada yang ingin kau ucapkan sebelum ajalmu tiba?"

Zhao Ji Ling tersenyum sini mendengar apa yang Sang Dewa katakan, "tidak ada, lagipula ajalku sudah begitu dekat, tidak ada gunanya mengucapkan omong kosong."

Ya, harapan para manusia sudah menyerah. Zhao Ji Ling menerima kenyataan bahwa dirinya tidak sebanding dengan Sang Dewa, kematian adalah hasil akhir dari perjuangannya.

Masih mempertahankan raut acuh tak acuhnya, Sang Dewa kembali berkata, "baiklah, jika itu yang kau inginkan, aku akan mengabulkannya."

Pedang emas di tangannya dia angkat ke menghadap langit, "atas nama langit, aku menghukum pendosa ini dan berharap dia akan kembali ke jalan yang suci."

Saat ujung pedang itu di arahkan kepada Zhao Ji Ling, saat itu juga Penguasa Kegelapan telah gugur. Bumi telah kehilangan pelindungnya, para manusia yang mengharapkan kepergian para malaikat kini hanya bisa menyalahkan takdir.

Waktu dengan cepat berlalu, tidak terasa 1.000 tahun berlalu begitu saja. Kekuasaan para malaikat dibawah pimpinan Sang Dewa dengan cepat mengeksploitasi penduduk Bumi, menjadikan para manusia bawahan mereka, tak ayal ada juga yang menjadikan mereka budak suruhan.

Semua Dungeon tempat berburu monster telah mereka monopoli demi keuntungan mereka sendiri, perlahan hanya ada segelintir pemburu monster yang tetap bertahan di tengah tekanan para malaikat, hampir semua pemburu Yelah kehilangan nyawa mereka demi menjaga keluarga mereka dan kerabat mereka dari serangan para malaikat.

Selama 1.000 tahun itu juga, Bumi yang semula adalah bangsa modern, terpaksa harus menjadi bangsa primitif, seolah mereka kembali ke jaman kuno, dimana teknologi belum ditemukan.

Alasan mengapa para malaikat melarang penduduk Bumi menciptakan teknologi, itu karena mereka khawatir kemajuan teknologi yang manusia ciptakan akan menjadi meriam untuk para malaikat, dan para malaikat tak mau hal itu terjadi.

Tentu saja semua teknologi tidak sepenuhnya di lenyapkan, namun hanya para malaikat berkekuatan hebat yang bisa memilikinya. Hanya mereka yang berhak menikmati kemajuan dari teknologi ciptaan manusia.

***

Di sebuah bangunan megah berhalamankan taman yang indah, seorang pria paruh baya berlutut di hadapan manusia bersayap, dia berkata, "Yang Mulia, wilayah Eropa telah sepenuhnya kami taklukkan. Hampir semua wilayah di Bumi telah ditaklukkan oleh para malaikat, hanya saja..."

Sang Dewa di depannya mengerutkan keningnya saat bawahannya tidak melanjutkan perkataannya, "hanya apa?"

Setelah terdiam sejenak, pria paruh baya itu kembali berkata, "hanya bangsa Hua dari Cina yang sampai sekarang sulit kita taklukkan. Kami telah mengirimkan para malaikat berpangkat S+, tapi anehnya semuanya lenyap setelah memasuki wilayah bangsa Hua."

"Bangsa Hua? Bukankah itu hanyalah tanah kecil di wilayah Asia?" tanya Sang Dewa keheranan.

"Benar, Yang Mulia. Bangsa Hua memang salah satu tanah kecil di wilayah Asia, namun kekuatan aneh yang mendukungnya membuatnya sulit untuk kita hadapi."

Sang Dewa yang mendengarnya hanya menganggukkan kepalanya paham. Posisinya sebagai Raja Para Malaikat membuatnya harus tahu segala hal yang berkaitan dengan Bumi, dia berkata, "aku masih harus memulihkan diriku selama 10 tahun lagi. Membunuh Penguasa Kegelapan 1.000 tahun yang lalu benar-benar menghabiskan sebagian besar kekuatanku, aku khawatir sosok yang melindungi bangsa Hua sama sekali tidak lebih lemah dibandingkan dengan Penguasa Kegelapan."

Pria paruh baya yang tengah berlutut di hadapan Sang Dewa sedikit terperanjat setelah mendengar apa yang Sang Dewa katakan.

'Penguasa Kegelapan? Bukankah dia adalah pelindung planet Bumi 1.000 tahun yang lalu? Aku sama sekali tidak pernah mengira dia akan begitu kuat, bahkan Sang Dewa saja membutuhkan banyak energi untuk membunuhnya, membuatnya harus memulihkan kekuatannya selama 1.000 tahun lebih.'

Setelah melaporkan semuanya, pria paruh baya itu keluar dari ruangan untuk menemui beberapa orang. Dia adalah satu-satunya manusia yang paling dipercaya oleh Sang Dewa, tentu saja meskipun dia manusia, dia berdiri di sisi para malaikat, membunuh sesama ras-nya adalah kegiatannya sehari-hari.

Dia memasuki ruangan yang berisikan ratusan manusia bersayap yang tidak lain adalah para malaikat. Kedua matanya yang tajam menatap para malaikat, dia berkata, "untuk 10 tahun ke depan, tidak boleh ada yang menyinggung bangsa Hua. Ini adalah perintah dari Yang Mulia!"

***

Jauh di dalam jurang perbatasan dua negara Asia, seorang pemuda dengan sekujur luka ditubuhnya tiba-tiba saja membuka kedua matanya. Kedua netra birunya memandang langit biru, satu-satunya hal indah yang bisa dia lihat saat pertama kali membuka matanya.

"Apa yang terjadi? Dimana aku?" ujar pemuda itu kebingungan. Dia ingat sebelumnya dia berada di dalam sebuah istana megah, sembilan manusia raksasa dengan jubah kepanjangan mereka menatapnya sambil memegang masing-masing senjata sebagai pegangan mereka.

Dia masih ingat apa yang para manusia raksasa itu katakan kepadanya.

"Ras Surgawi telah mengacaukan ras manusia, hanya kau satu-satunya manusia yang bisa mengembalikan kedamaian di Enam Menara. Kami semua setuju untuk menempatkanmu kembali di tanah asalmu, menara lantai pertama, tempat dimana Ras Surgawi memulai pergerakan mereka.'

Itu adalah yang kesembilan manusia raksasa katakan kepadanya. Sebenarnya dia sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi, saat itu, ketika dia akan berbicara, tiba-tiba saja pandangannya menjadi gelap, dan ketika dia terbangun, dia berada di dalam jurang ini.

"Awh!" Pemuda itu meringis pelan, dia menengok sisi kanannya, dan mendapati luka di tangan kanannya.

"Sial! Apa yang sebenarnya terjadi kepadaku? Enam Menara? Omong kosong macam apa yang mereka katakan."

Sejenak dia melihat sekelilingnya, dia berada di dalam jurang yang cukup dalam, yang bisa dia lihat hanyalah serangga kecil dan bebatuan, sedikit tanaman tumbuh di sana. Karena kurangnya sinar matahari, jurang itu terasa dingin.

"Sepertinya aku telah kembali ke bumi. Aku tidak tahu apakah ini berkah atau kutukan. Bisakah aku mengatakan apa yang terjadi padaku adalah bentuk reinkarnasi? Tapi... Eh? Mengapa gelang ini tetap bersamaku?"

Dia menatap gelang berwarna biru muda dengan corak naga di sekelilingnya yang ada di tangannya. Itu adalah Gelang Permata Surgawi, barang yang membuatnya menjadi Penguasa Kegelapan di kehidupan masa lalunya.

Ya, dia adalah Zhao Ji Ling, pelindung Bumi 1.000 tahun yang lalu. Secara kebetulan dia mengalami reinkarnasi di tubuh pemuda ini.

"Karena Gelang Permata Surgawi tetap bersamaku, aku yakin aku masih berada di Bumi. Aku juga ingin tahu apakah Sang Dewa, burung merpati yang telah membunuhku itu masih ada. Jika dia masih hidup, aku akan memanggangnya dan menjadikannya hidangan makan malamku!"