Samanta masuk ke dalam kamar. Apartemennya memang dua kali lebih besar daripada tempat tinggal Larry. Bukan hal yang aneh karena jabatan mereka pun berbeda. Secara keuangan Larry berada di bawahnya. Banyak yang menyukai Samanta namun dia tidak pernah serius menanggapai. Menyukai Edzhar saja hanya sebatas kagum. Samanta masih malu dengan dirinya sendiri. Bagaimana jika ada yang tahu statusnya sebagai anak haram? itu lebih hina daripada anak yatim piatu.
Usai mandi, Samanta duduk di kursi sambil melihat pantulan wajahnya dari cermin. "Harusnya aku nggak berbicara seperti itu kepada Larry. Aku hanya terbawa suasana saja. Aku terlalu penasaran dengan hidupnya." Samanta menyesali keputusannya namun nasi telah menjadi bubur. Samanta terlanjur memberikan kesempatan untuk Larry. Bukan kah terlalu jahat jika dia menarik kembali perkataannya.