Marta duduk di samping Zelda. Dia mengambil tangan keponakannya yang bertumpu di atas paha. "Bibi juga meminta maaf, Nak. Nggak seharusnya Bibi menyakiti kamu seperti itu. Bibi sungguh-sungguh menyesalinya."
Samanta mengusap tangan Marta yang menggenggamnya. "Iya, Bibi. Itu adalah masa lalu. Aku nggak mempermasalahkan itu lagi."
Samanta melihat wajah Marta, Paman, dan juga sepupunya. Dia mengagumi karya Tuhan yang sangat indah. Tidak selamanya kebahagiaan diawali oleh sesuatu yang baik. Tuhan maha membolak-balikkan kehidupan. Sesuatu yang pahit akan berubah manis jika disyukuri.
"Bulan depan aku dan Larry akan menikah. Sebenarnya Tuan Lynch mau menjadi wali pernikahanku. Tapi kalau boleh, aku ingin sekali kalau Paman dan Bibi yang menjadi waliku. Apa aku boleh meminta hal itu?"