Pemimpin yang Lemah

Pedro baru saja menginjakkan kaki di kota kelahiran pamannya. Jam yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul 3 dini hari.

"Selamat datang Tuan," Seorang pria menyambut kedatangannya. Pria itu juga menatap Santo, lalu sedikit membungkukan tubuhnya.

"Maaf, Tuan. Tapi saya tidak bisa berlama-lama melayani Anda," Pria itu membukakan pintu untuk Pedro.

"Apa ada masalah di rumah?" tanya Pedro.

Rayyan, pria itu terdiam sesaat, lalu menyunggingkan senyum tipis.

"Setelah kematian Pak Erick, Kai tidak bisa memercayai siapa pun, termasuk saya. Jadi saya tidak bisa keluar lama-lama," terang Rayyan.

"Baiklah kalau begitu. Kau pergilah," titahnya.

Rayyan sudah mengurus hotel untuk Pedro, dia juga sudah mempekerjakan beberapa orang sebagai pelayan pria itu.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah ada di sini?" tanya Santo.