Dua Puluh Tahun Yang Lalu

"Bagaimana bisa kau melakukan ini, Nadir?" geram Asad. Wajahnya menggelap emosi. Rekan seperjuangannya, ternyata menipu dirinya, mengkhianati negara yang mereka cinta.

"Jangan bodoh Asad!" Nadir tampak tenang, meski ia telah ketahuan.

"Selama ini kita sudah menjadi peliaraan mereka, tetapi kita tidak pernah mendapatkan apa pun. Kita yang sudah ditipu, kita sudah dibodohi oleh mereka yang mengatasnamakan pemerintah!" Nadir membela diri.

Mereka berdua telah melalui suka dan duka bersama. Sebelumnya, mereka bahkan memiliki cita-cita dan harapan yang sama, namun sepertinya Asad melihat jalan yang rekannya lalui terlalu jauh dari jalan yang mereka tuju.

"Sadarlah Asad!" Nadir mengeraskan suaranya. "Kau mungkin tidak merasakan apa yang aku rasa, kau berasal dari keluarga terpandang yang bergelimang harta. Sementara aku?" Nadir menunjuk dirinya dengan menyedihkan.