"Keadaannya baik-baik saja, dan baru-baru ini kelompok itu berkumpul untuk merayakan kembalinya wanita itu."
Green mendongakkan wajah, tatapannya menerawang jauh, lalu ia menganggukkan kepala dengan perasaan yang campur aduk.
Sejujurnya ia bahagia dengan keadaan itu, tetapi entah mengapa jauh dalam lubuk hatinya, ia merasakan rasa sakit yang tidak ia mengerti.
"Baiklah. Sekarang kau boleh pergi," titah Green.
Jika Nadir mengetahui bahwa dia memihak wanita itu, jelas hubungan mereka akan semakin buruk. Dan bisa saja, Nadir langsung mengeksekusi dirinya. Meski sebenarnya Green sudah bisa menebak, pria itu pasti sudah merencanakan kematian untuknya.
"Maaf Tuan," Pria itu tampaknya masih memiliki hal untuk dibicarakan. "Kenapa Tuan tidak mencari dukungan pada Tuan Brag?" saran dari pria tersebut.
Meski Green dikenal sadis, tetapi ada beberapa orang yang masih memiliki respect padanya. Ia masih memiliki pengikut setia yang mendukungnya.