Seketika suasana yang seharusnya romantis berubah menjadi heboh. Disebabkan oleh teriakan histeris dari Steven yang tadinya mengintip. Apakah kami keliatan segila itu? sampai-sampai aku dan Adellia terlihat seperti orang kesurupan tadinya? pikirku. Begitu juga Adellia yang dari raut wajahnya tampak heran mengapa Steven berteriak histeris.
Semuanya tiba-tiba datang berlari menuju kami, tapi mereka hanya menemukan kami yang sedang mengobrol dan tampak normal.
"Lah, lo bukannya kesurupan tadi Ram?" ucap Steven bingung.
"Kesurupan pala lo. Orang kita cuma ketawa-tawa doang tadi." ucapku kesal
"Ketawa-tawa doang apaan coba, lo berdua udah kayak orang kesetanan ketawanya." balasnya
"Parah lo ven, bisa-bisanya ngerusak momen orang yang lagi berduaan." ucap Ivan
Steven lalu membungkuk layaknya seorang pelayan, lalu berkata, "Sorry bro and sista, maafkanlah hamba yang berdosa ini." ucapnya dengan tersenyum nyengir.
Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku, sedangkan yang lain hanya bisa tertawa melihat tingkah konyol Steven. Sepertinya semua kejadian malam ini berada diluar ekspektasiku. Mulai dari banyaknya makhluk halus yang mengelilingi kami, hingga momen bersama Adellia yang seharusnya romantis berubah menjadi penuh tawa.
Berhubung sudah larut malam, kami menyudahi aktifitas malam itu dan memutuskan untuk beristirahat. Soalnya besok pagi, kami sudah berencana untuk pergi jalan-jalan di sekitar lembang. Semoga saja besok kami bisa menikmatinya dengan lancar.
Perlahan suara aktifitas para penghuni villa mulai meredup dan perlahan-lahan menghilang. Sudah lama aku tidak merasakan sensasi nyaman seperti ini. Saking dinginnya, dimana aku harus tidur menggunakan selimut tanpa perlu menghidupkan AC. Hingga akhirnya suasana yang sepi dan udara dingin berhasil membuat para penghuni villa ini tertidur dengan pulas.
Tak terasa, matahari mulai terbit diiringi dengan suara kicauan burung yang merdu menandakan tibanya sang pagi.
"Bangun Ram, udah terang nih." ucap Steven sambil menguap.
"Hmmmm, sekarang udah jam berapa Ven?" tanyaku masih dengan kedua mata yang tertutup.
"Udah hampir jam delapan nih, siap-siap dulu yok." ajaknya
"Lo duluan aja Ven, gw nyusul ntar." ucapku lalu melanjutkan tidur.
"Yaudah." balasnya singkat lalu melangkah ke kamar mandi.
Tak tahu berapa lama aku telah tertidur. Hingga aku merasakan wajahku seperti sedang disentuh oleh sesuatu. Saat aku perlahan membuka mata, aku melihat Steven sedang memegang sebuah lipstick. Dibelakangnya sudah berkumpul semua orang terkecuali Ilham. Aku memperhatikan mereka yang sedang tertawa terbahak-bahak memandangku. Sesaat kemudian aku baru menyadari bahwa Steven pasti telah mencoret wajahku dengan lipstick yang dipegangnya.
"Sialan lo Ven, iseng banget dah lo." ucapku kesal
"Hahahaha, siapa suruh lo tidur mulu kerjaannya." balasnya
"Jangan gerak dulu Ram, kita foto-foto dulu nih." ucap Jessica sambil menahan tawa.
"Ahhh, jangan pake di foto segala dong." ucapku sambil bergerak menghindar.
"Jangan kasih kabur, bantu pegangin tuhh." ucap Melissa
"Hahahahahaha" ruangan pun jadi dipenuhi oleh suara tawa mereka semua.
Aku hanya bisa berpasrah karena badanku telah dikunci hingga tak bisa bergerak oleh Steven dan Ivan. Tak tahu sudah berapa banyak foto dan pose yang diambil oleh mereka. Sampai akhirnya mereka puas dengan hasilnya, barulah aku dilepaskan.
"Hahaha, udah kek badut muka lo Ram." ucap Steven sambil tertawa ngakak
"Seneng dah lo, kayak ga ada kerjaan yang lain aja lo pada." ucapku kesal lalu berjalan menuju kamar mandi.
"Hahaha, badut kita ngambek nih." balas Steven
Aku tak memperdulikan ucapannya dan langsung bergegas mandi. Beberapa saat kemudian, setelah mandi aku langsung pergi ke ruang tamu. Disana mereka sudah berkumpul dan bersiap untuk berangkat.
"Kita mau berangkat kemana nih?" tanyaku penasaran
"Mau berangkat ke De Ranch, mau main kuda-kudaan katanya." jawab Steven dengan senyuman mesum.
"Lo sarapan dulu gih Ram, kita tungguin." ucap Riska
"Yaudah deh." balasku singkat
Setelah selesai sarapan, kami langsung berangkat menuju lokasi yang dikatakan Steven. Kebetulan lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat kami. Jadi tak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya kami sampai disana. Dari kejauhan aku bisa melihat lokasinya seperti peternakan kuda, tetapi tempatnya dilengkapi oleh fasilitas dan dekorasi yang unik disana. Seperti beberapa wahana permainan dan cafe tempat bersantai, menurutku tempat ini memang cocok dijadikan tempat liburan.
Kami menghabiskan waktu berjam-jam bermain disana. Mulai dari menaiki kuda, bermain wahana, dan berswafoto ria, hingga tak terasa waktu sudah sore. Bisa dikatakan aktifitasnya memang cukup melelahkan, karena kami melakukan kegiatan outdoor. Hingga akhirnya, setelah beristirahat di cafe dengan secukupnya. Kami langsung pergi menuju lokasi destinasi selanjutnya, yaitu pasar apung di lembang.
Disana kami hanya menghabiskan waktu dengan mencicipi makanan kuliner sambil bersantai. Karena masih musim liburan, lokasi disana sangat ramai akan pengunjung. Saat membeli makanan, otomatis kami harus berdesak-desakan dengan pengunjung lainnya.
Hingga saat matahari tampak mulai terbenam, kami melanjutkan perjalanan menuju kawasan punclut. Disana kami hanya nongkrong, mengambil foto dan makan saja. Tidak jauh berbeda dengan saat kami berada di pasar apung. Tak banyak yang bisa kuceritakan sebab kami hanya kebanyakan ngobrol dan menikmati suasana disana.
Sementara itu, Melissa tak henti-hentinya selalu mengajakku untuk berfoto bersama. Begitu juga dengan Riska dan Adellia, mereka juga tak mau kalah. Mereka ikut-ikutan memaksaku untuk berfoto berduaan. Aku merasa seperti sebuah barang yang sedang diperebutkan. Tingkah mereka membuatku lesu hingga tak berdaya.
Berbeda dengan dua pasangan lainnya, mereka tampak sangat harmonis jika dibandingkan denganku. Mereka bisa bermanja-manjaan sambil menikmati liburan ini. Sedangkan Ilham tampak tak banyak berbicara, dia hanya mengikuti kami dengan santai. Sesekali dia mengajak Adellia berbicara dan berfoto bersama.
Setelah beberapa jam kami nongkrong disana, akhirnya kami memutuskan untuk pergi pulang. Disepanjang perjalanan, kami tak terlalu banyak berbicara sebab sudah merasa kelelahan karena aktifitas seharian tadi. Walaupun kami banyak mencicipi makanan disana, rasanya semua energi kami sudah terkuras sampai habis.
Sesampainya di lokasi villa, semuanya langsung bergegas masuk dan melakukan aktivitas masing-masing. Sebagian langsung pergi mandi, sebagian lagi duduk dan bersantai ria di ruang tamu sambil menonton televisi. Begitu juga aku yang memilih untuk pergi mandi terlebih dahulu, sebab aku merasa tubuhku sudah sangat lengket efek keringat.
Setelah mandi, aku merasa sangat ngantuk. Energiku terasa terkuras, mungkin efek dari aktivitas berlebihan dan berada ditempat keramaian terlalu lama. Oleh karena itu aku langsung memutuskan untuk berbaring di kasur, hingga perlahan kesadaranku mulai menghilang sepenuhnya.
Tak tahu sudah berapa lama aku tertidur, hingga perlahan-lahan kesadaranku mulai pulih. Saat aku terbangun, aku melihat Steven yang sedang tertidur disampingku. Aku langsung mengecek jam di handphoneku, disana tampak terpampang jelas tulisan berangka dua. Melihat Steven yang sudah tertidur pulas, aku berpikir bahwa anak-anak yang lain juga pastinya sudah tidur.
Aku ingin melanjutkan tidurku lagi, tapi sialnya aku tak merasa ngantuk sama sekali. Jadinya aku memutuskan untuk pergi ke ruang tamu saja untuk menonton televisi. Aku berpikir, lebih baik aku menonton untuk menghilangkan rasa bosan, ketimbang harus mendengar suara ngorok yang tak henti-hentinya dari Steven.
Saat keluar dari kamar, aku melihat televisi diruang tamu sedang hidup. Aku melihat ada orang yang sedang menonton sendirian disana. Tapi aku tak bisa melihatnya dengan jelas, karena dia posisi duduknya membelakangiku. Saat mendekat, ternyata orang yang sedang duduk sendirian di sofa tengah itu adalah Ilham.
Karena sudah saling pandang, rasanya aneh jika aku pergi menghindarinya. Jadi tanpa berpikir panjang aku langsung duduk disofa kiri yang ada disebelahnya. Suasananya terasa sangat canggung, sebab kami tak berbicara sepatah katapun saat menonton televisi bersama. Hingga beberapa saat kemudian, tiba-tiba dia membuka pembicaraan denganku.
"Lo suka sama Adellia ya?" tanyanya enteng dengan ekspresi wajah yang meremehkan.
Sebenarnya aku cukup terkejut dengan pertanyaannya yang blak-blakan. Tapi aku berusaha untuk tetap menjawabnya dengan tenang dan santai.
"Kalo iya, emangnya kenapa?" balasku singkat
"Gw cuma mau ingetin, mending lo gausah berharap banyak." ucapnya
"Maksud lo sebenarnya apa?" tanyaku serius
"Lo itu ga pantas buat dia." jawabnya enteng
"Terus yang pantes buat dia siapa? elo gitu?" balasku yang mulai naik pitam
"Bisa jadi iya, bisa jadi nggak. Tapi yang paling pasti, kalo elo gak pantas." ucapnya
Aku benar-benar emosi mendengar ucapannya yang secara terang-terangan merendahkan diriku. Tapi aku masih tetap mencoba untuk menenangkan diriku sendiri. Aku tak mau terpancing emosi karena ucapannya dengan mudah.
"Tapi sayangnya sih Adellia gak suka sama lo haha." balasku sambil tertawa
"Terus, emangnya dia suka sama lo?" ucapnya dengan nada mengejek.
"Lo bisa liat sendiri kalo kenyataannya dia lebih suka sama gw ketimbang sama lo." balasku dengan percaya diri
"Hahahaha, tapi kok lo ga jadian sampe sekarang?" ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak
Aku terdiam sejenak setelah mendengar ucapannya. Sebenarnya aku ingin membalas ucapannya, tapi aku tak bisa membantahnya.
"Kok lo jadi diam?" ucapnya
"Bukannya tadi lo pede banget ngomongnya? kok tiba-tiba melempem." ejeknya
"Tunggu aja, gw bakal buktiin ke lo nantinya." ucapku dengan serius.
"Oke, gw tungguin. Walau sebenarnya gw udah tau hasilnya bakal gimana haha." ucapnya dengan sinis.
Aku langsung berdiri dari sofa dan pergi menuju kamar. Saat di kamar, aku hanya sibuk berpikir bagaimana cara mengatakan perasaanku yang sebenarnya kepada Adellia. Disaat itu aku hanya ingin membungkam mulut Ilham dan membuatnya menelan ludahnya sendiri.
Bersambung...