Tak terasa, tiga hari sudah berlalu sejak Adel telah berangkat kembali ke Surabaya. Hari ini adalah hari dimana aku akan mengikuti kopi darat alias kopdar. Sebelumnya, kami sudah janjian akan bertemu pada jam tiga sore di suatu cafe yang jaraknya lumayan jauh dari posisi kostku. Jadi, kemarin aku berkomunikasi dengan salah satu penghuni kostku yang telah mudik untuk meminjam sepeda motornya.
Sebenarnya dari kemarin aku berencana untuk pulang ke rumah orangtuaku. Tapi aku menundanya, sebab aku ingin mengikuti kopdar terlebih dahulu. Saat aku sudah bersiap-siap untuk berangkat, tiba-tiba Steven muncul keluar dari kamarnya.
"Wih, mau kemana lu Ram?" tanya Steven
"Mau nongkrong di cafe doang." jawabku singkat
"Nongkrong? Sejak kapan lo punya temen nongkrong?" tanyanya kebingungan
"Banyak tanya lo ah, gw mau pergi dulu nih." ucapku
"Alah, paling lo mau nyari cewe kan disana hehehe." balas Steven sambil tersenyum nyengir.
"Sotoy lo, jangan lupa besok kita baliknya bareng." ucapku lalu keluar dari pintu kost.
Setelah percakapan singkat dengan Steven, aku langsung pergi menuju lokasi yang telah disepakati.
Perjalanan ke lokasi memakan waktu sekitar setengah jam. Sesampainya disana, aku melihat kondisi cafe yang tidak terlalu ramai pengunjung.
Hanya terisi kurang lebih lima dari belasan meja. Saat kuperhatikan satu-persatu, sepertinya orang yang paling mencolok adalah orang yang duduk diposisi sudut belakang.
Orang itu mengenakan setelan yang cukup mencolok, sebab mulai dari atasan sampai bawahan yang digunakannya, semuanya serba hitam. Dari wajahnya, dia terlihat seperti orang berumur kisaran dua sampai tiga puluh tahunan. Jika dilihat secara keseluruhan, dia masih tampak muda.
Aku mengatakan dia sangat mencolok, sebab saat aku mengaktifkan mata ketigaku. Aku melihat aura berwarna kuning yang menyelimuti keseluruhan tubuhnya. Bisa dibilang energi yang dikeluarkannya cukup besar dan mendominasi.
Disana dia tampak sedang berbicara dengan seorang pria yang sepertinya tampak seumuran dengannya. Tanpa berpikir panjang, aku langsung pergi mendekati mereka berdua. Karena aku merasa, hanya pria itu yang paling sesuai dengan kriteria paranormal ditempat itu.
"Permisi, ini Mas Putra ya?" tanyaku dengan sopan.
Dia menoleh dan memandangku dengan seksama lalu tersenyum kecil.
"Iya, kalo masnya? Maaf sebelumnya, soalnya saya ga hapal nama pesertanya." balasnya dengan ramah.
"Nama saya Rama mas." ucapku sambil tersenyum sambil menjulurkan tanganku kearahnya.
Dia lalu membalas salaman tanganku dan berkata "Salam kenal, silakan duduk mas."
"Oh iya, kalo masnya?" tanyaku kepada pria satunya lagi.
"Robby mas, salam kenal ya." jawabnya dengan tersenyum.
Sambil menunggu peserta yang lain datang, kami hanya berbincang-bincang santai. Tapi aku lebih banyak diam saja. Aku hanya mengamati dan mendengarkan pembicaraan mereka berdua.
Dari pembicaraan mereka berdua, Robby lebih banyak menceritakan masalah asmara yang dialaminya. Mulai dari dia melakukan pendekatan alias PDKT. Lalu perjuangan yang dilakukannya agar bisa pacaran dengan wanita yang disukainya. Hingga pada akhirnya kisah perselingkuhan yang dilakukan kekasihnya.
Dari apa yang kutangkap, dia menceritakan hubungannya yang sudah berjalan sekitar tiga tahun. Sejak dari awal hubungannya, semua berjalan lancar tanpa ada permasalahan.
Tapi pacarnya tiba-tiba mulai berubah sejak saat bertemu dengan teman akrabnya sendiri. Kejadiannya saat Robby dan teman akrabnya sedang bermain futsal, dan kebetulan pacarnya ada disana menunggu dia saat itu.
Beberapa minggu kemudian, sikap pacarnya mulai berubah. Dari yang dulunya manja dan butuh perhatian, berubah menjadi cuek dan kasar.
Robby merasa pacarnya seperti menjadi orang yang berbeda. Awalnya dia memaklumi dan mencoba untuk sabar menghadapi sikap buruk dari pacarnya. Tapi lama-kelamaan dia tidak tahan lagi dan mengungkapkan semua kekesalannya. Tetapi pacarnya tidak terima dengan apa yang dikatakan Robby, jadi mereka pun mengalami pertengkaran besar.
Hingga pada akhirnya mereka putus, karena selalu bertengkar setiap kali berkomunikasi. Walau sebenarnya Robby masih ingin mempertahankan hubungannya, tetapi pacarnya bersikeras untuk memutuskan hubungan mereka.
Tak lama setelah putus, Robby tak sengaja melihat pacarnya sudah bergandengan tangan dengan teman akrabnya sendiri. Melihat itu, Robby mulai merasa ada yang aneh dan mengganjal di hatinya.
Dia mulai merasa perubahan drastis dari pacarnya sangat tidak logis. Dia mulai berpikir bahwa pacarnya itu telah dipelet oleh teman akrabnya sendiri. Oleh sebab itu dia mulai mencari paranormal yang bisa menolongnya. Hingga akhirnya sekarang dia bertemu dengan Putra.
"Kira-kira ada solusi gak mas?" tanyanya kepada Putra.
"Hmmm, coba tunjukin foto mantan kamu." jawab Putra pelan.
Lalu dia membuka handphonenya lalu menjulurkannya ke Putra "Ini mas fotonya." ucapnya dengan raut wajah berharap.
Dalam beberapa saat, Putra hanya memandangi foto yang ditunjukkan oleh Robby dengan serius. Beberapa saat kemudian, dia pun perlahan mulai membuka suara.
"Mantan kamu diguna-guna." ucap Putra pelan.
"Sama temen saya itu ya mas?" tanya Robby dengan cepat dan gugup.
"Bisa jadi, soalnya yang saya lihat memang ada yang udah lama nempel sama mantan kamu. Tapi saya belum bisa pastiin siapa yang ngirim." jawab Putra.
"Bisa minta tolong buat sembuhin mantan saya gak mas? Kalo bisa sampe kita balikan lagi." ucap Robby dengan penuh harap.
"Boleh, bakal saya usahakan." ucap Putra dengan santai.
"Makasih mas, kalo boleh tau prosesnya gimana dan berapa lama ya mas?" tanya Robby dengan wajah yang gembira.
"Nanti saya kabarin lagi mas, setelah kopdar ini kelar, kita komunikasinya secara private aja." jawab Putra sambil tersenyum kecil.
"Oke siap mas, makasih banyak dah mau bantuin." ucap Robby dengan penuh gembira.
"Sama-sama mas." balas Putra sambil tersenyum lalu melirik kearahku.
Aku merasa lirikannya penuh dengan suatu arti. Entah kenapa aku merasa apa yang ditunjukkannya sekarang, bukanlah sifat sebenarnya. Sebab aku merasa cara berbicaranya berbeda dengan ekspektasiku setelah melihatnya secara ghoib.
Sebab selama mereka sibuk berkomunikasi, aku telah mengaktifkan mata ketigaku dan memperhatikannya dengan seksama. Aku merasakan ada entitas yang sedang bersembunyi didekatnya. Walaupun mereka sedang tidak terlihat, aku bisa merasakan hawa keberadaan mereka. Dan dari hawa keberadaan mereka, aku merasakan suatu energi yang terasa kasar dan liar. Seperti hawa yang biasanya muncul pada binatang buas pada umumnya.
Hingga pada akhirnya, semua peserta sudah datang dan berkumpul di cafe. Satu persatu peserta mulai membuka pembicaraan dan membahas masalah yang mereka alami. Mulai dari masalah asmara,karir,supranatural hingga masalah politik sampai gossip artis pun menjadi bahan perbincangan. Jika kupikir-pikir, sebenarnya sekarang kami tidak ada bedanya dengan bapak-bapak yang sedang diskusi di warung kopi alias warkop.
Sementara itu, aku hanya diam dan sesekali menjawab pertanyaan basa-basi dari peserta lainnya. Sejujurnya aku masih merasa canggung berada disana, sebab selain aku tak pandai berbicara, aku juga tak mengenal siapa-siapa disana.
Sudah berjam-jam waktu telah berlalu, satu persatu peserta kopdar mulai berpamitan pulang. Hingga pada akhirnya hanya menyisakan lima orang saja disana, termasuk aku sendiri.
Dari semua peserta, hanya aku yang paling sedikit berbicara dan lebih banyak mendengarkan saja. Hingga beberapa saat kemudian, Putra tiba-tiba bertanya kepadaku.
"Masnya udah kebuka ya?" ucapnya dengan ambigu.
"Maksudnya mas?" tanyaku bingung.
"Yang ini mas." ucapnya sambil mengarahkan jari telunjuknya diantara kedua alisnya.
Aku terkejut seketika, lalu perlahan menjawabnya dengan canggung, "Hehehe, iya mas." ucapku sambil menggaruk-garuk kepalaku.
"Tapi kok bisa tau mas?" tanyaku bingung.
"Dari tadi masnya nengokin saya selama berjam-jam, aneh aja kalo saya masih ga sadar haha." ucapnya sambil tertawa
Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum dan tawa yang canggung. Ternyata dia sudah sadar akan diriku yang mencoba menerawangnya.
"Ketahuan deh." ucapku dalam hati.
Sementara itu, peserta lain juga mulai melihatku dengan tatapan yang berbeda. Sepertinya mereka tak menyangka diriku adalah orang yang bisa melihat hal-hal ghoib. Mungkin karena penampilan dan gaya berbicaraku yang biasa saja dan tak menonjol sama sekali.
"Masnya ada yang mau ditanyakan kah?" tanya Putra sambil tersenyum
"Hmmm, sebenarnya saya mau nanya tentang keilmuan sih mas." balasku pelan
"Keilmuan yang gimana maksudnya mas?" tanya Putra dengan raut wajah penasaran
"Yang berhubungan dengan tenaga dalam dan semacamnya mas. Kira-kira masnya bisa bantu jelasin gak?" jawabku
"Hmmm, sebenarnya saya bisa, tapi saya gak begitu ahli dibagian sana." jawab Putra ragu.
"Bisa coba praktekin gak mas?" tanyaku penasaran.
"Sekarang? Praktekinnya ke siapa?" tanyanya dengan bingung.
Tanpa basa-basi aku langsung memanggil Lala dibatinku.
"Ke dia mas." jawabku pelan sambil menengok ke arah Lala yang sudah berdiri dibelakangku.
Beberapa saat, Putra memandang kearah Lala dengan seksama. Dia tampak mulai mengernyitkan dahinya lalu memandangku dengan heran.
"Masnya bisa kenal dia darimana nih?" tanya Putra dengan serius.
"Dari mimpi mas." jawabku dengan singkat
"Ha? Ada perjanjian kah sama dia?" tanya Putra lagi.
"Ga ada mas, dia yang mau ngikut sendiri. Emangnya kenapa mas?" balasku
"Hmmm, dia bukan makhluk astral tingkat biasa mas. Powernya kuat juga." ucap Putra perlahan
Aku tak menyangka dia akan tertarik membicarakan Lala seperti itu. Selain itu, aku juga tak terlalu paham akan tingkatan kekuatan makhluk astral. Sebab aku masih golongan pemula yang baru belajar dan tak terlalu tahu banyak akan hal ghoib.
"Saya coba dulu ya mas." ucap Putra
"Oke silakan mas." balasku
Perlahan aku memperhatikan Putra yang mulai mengepalkan tangan kanannya. Dengan serius, dia mulai mengatur pernafasannya. Di tangan kanannya, aku melihat ada energi berwarna kuning yang perlahan-lahan mulai membesar.
Beberapa saat kemudian, layaknya sedang meninju, dia mengarahkan kepalan tangannya kepada Lala. Sedangkan disisi lain, Lala menangkis energi yang dikeluarkan Putra dengan salah satu telapak tangannya.
Jika kuperhatikan, ternyata serangan itu berhasil membuat Lala mundur satu langkah kebelakang. Selain itu, aku juga melihat serangan dari Putra memberikan efek seperti ledakan.
Dari situ aku mulai memahami, ternyata begitulah efek dari serangan dengan energi tenaga dalam. Melihat serangan Putra, membuatku semakin tertarik dan ingin untuk mempelajari ilmu tenaga dalam.
"Gimana? udah liat dengan jelas?" tanya Putra dengan tersenyum.
"Udah mas, bisa ngaja..."
Sebelum aku sempat berbicara, tiba-tiba muncul teriakan dan suara cekikikan yang menggema ditelingaku.
Disaat aku menoleh, ternyata disekitarku sudah bermunculan banyak makhluk astral dengan berbagai wujud yang menyeramkan. Banyak dari mereka yang merangkak dilangit-langit layaknya spiderman. Mereka yang muncul secara tiba-tiba berhasil membuat suasana santai tadi langsung berubah menjadi suasana yang mencekam.
Lalu tanpa basa-basi mereka langsung berusaha menerjang posisi kami. Tetapi belum saja kesampaian menyentuh kami, mereka sudah terlebih dahulu terpental jauh kebelakang seraya berteriak kesakitan. Saat kuperhatikan lebih seksama, ternyata ada pagaran ghoib berwarna emas yang telah mengelilingi area kami.
"Haduh, padahal lagi pengen santai, tapi tetep ada aja yang mau nyari masalah." ucap Putra sambil menghela nafasnya.
Bersambung...