"Ini alasannya kenapa awalnya saya nanya tentang ruangan kamar bapak tadi." ucapku dengan pelan
"Selama ini bapak ada ngerasa yang aneh dari hawa kamar itu gak?" tanyaku untuk memastikan dugaanku.
"Hmmmm, sebenarnya hawanya terasa panas banget mas, makanya kalo dikamar saya harus hidupin AC sampe yang paling dingin. Udah gitu saya jadi susah tidur, sekalinya tidur malah jadi mimpi yang aneh-aneh terus." Jawab pak Agus
"Kalo boleh tau, mimpi apa aja pak?" tanyaku penasaran
"Macam-macam mas, mulai dari dikejar-kejar kerumunan mayat hidup, habis itu mimpi tiba-tiba berdiri sendirian di kuburan, terus mimpi yang paling ngeri itu waktu ngeliat raksasa yang badannya penuh darah lagi makan potongan tubuh manusia mas. Sekarang aja saya bener-bener merinding kalo ingetnya mas." jelas pak Agus sambil menunjukkan bulu kuduknya yang merinding.
Mendengar cerita dari pak Agus, aku bisa menyimpulkan bahwa makhluk-makhluk yang bersimbah darah itu telah disuruh untuk masuk ke alam mimpi untuk mengganggu dan meneror pak Agus. Sepertinya mereka melakukan serangan lewat mental terlebih dahulu, setelah mental pak Agus melemah, otomatis raganya juga terkena dampaknya, jika sudah pada tahap itu pihak dukun akan tinggal memberi sentuhan terakhir untuk mengeksekusinya.
Untungnya rencana busuk mereka telah kami ketahui, jadi sekarang kami tinggal melacak keberadaan dukun itu sekalian memberinya pelajaran. Supaya kedepannya dia tidak bisa lagi melanjutkan aksi yang bertujuan untuk merugikan orang lain.
"Ini barang-barangnya dibuang saja atau diapain mas?" tanya pak Agus dengan ekspresi wajah yang bercampur dengan rasa jijik dan takut.
"Tunggu dulu ya pak, soalnya media ini bakal saya pake buat ngelacak dukunnya." jawab Putra
"Oh oke mas, tapi saya bener-bener ga habis pikir, kok benda-benda aneh gitu bisa muncul dirumah saya." ucap pak Agus dengan heran.
"Feeling saya sih yang letakin bungkusan hitam itu pastinya orang yang dekat sama bapak." ucapku
"Hmmm, bisa dicari tau gak mas pelakunya? saya penasaran banget sama orangnya." balas pak Agus
"Sebentar saya lacak dulu pak dukunnya, habis itu saya balikin lagi kirimannya supaya mereka kapok." ucap Putra
"Oke mas, saya ngikut apa kata dari masnya aja." balas pak Agus
"Tapi sebenarnya dukunnya pinter juga nih, dia sengaja pakai media kecil terus diselipin biar gak kelihatan." tambah Putra sambil menganggukkan kepalanya.
"Iya, untungnya tadi gw hoki bisa secara ga sengaja ngeliatnya. Omong-omong, lo fokus lacak dukun yang nyerang pak Agus aja put." bisikku pelan
"Oke, lo jaga-jaga disini aja ya. Gw mau sekalian raga sukma soalnya." balas Putra pelan
"Siap, hati-hati disana." ucapku singkat
"Maaf pak, bicaranya kita sudahi dulu ya, supaya mas Putranya bisa fokus." ucapku kepada pak Agus dengan sopan
"Baik mas, silakan jika ritualnya mau dimulai langsung." ucap pak Agus kepada kami
Putra langsung mengambil posisi duduk bersila dilantai sambil mengatur ritme dari keluar dan masuk nafasnya. Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya Putra memejamkan kedua matanya secara perlahan. Situasi menjadi terasa sangat hening dan tenang, di sisi lain aku sedang memerhatikan raut wajah Putra yang tampak sangat tenang dan tak bergeming sama sekali.
Sepertinya dia berhasil melakukan raga sukmanya dan sedang meluncur ke lokasi dukun santet tersebut. Selagi kami semua menunggu Putra bangun dan menceritakan hasilnya, aku tak lupa memanggil Lala untuk hadir didekatku agar bisa siap siaga jika terjadi serangan balasan yang mendadak.
Setelah kami menunggu dalam waktu kisaran tiga puluh menit, akhirnya Putra membuka kedua matanya lalu menarik nafasnya dalam-dalam. Kami hanya bisa menunggunya siap untuk mulai membuka pembicaraan terlebih dahulu, oleh sebab itu kami mencoba untuk bersabar dan menahan keinginan kami untuk langsung bertanya. Selain itu, untungnya tidak ada serangan saat Putra sedang melakukan raga sukma untuk mencari lokasi dukun tersebut.
"Saya berhasil ngelacak lokasi dukunnya pak, dan untungnya dia tidak sadar akan keberadaan saya." ucap Putra setelah terdiam sejenak.
"Terus selanjutnya gimana mas?" tanya pak Agus
"Ini bungkusan hitamnya bakal saya bawa pulang dan akan saya proses di rumah nantinya pak. Jadi bapak tinggal tunggu hasilnya aja nanti." ucap Putra
"Proses gimana maksudnya mas?" tanya pak Agus dengan bingung
"Seperti yang saya bilang tadi pak, serangannya akan saya balikin. Kemungkinan besar, orang yang ngirim itu bakal datang ke rumah bapak lagi." ucap Putra
"Waduh, datang buat masukin jimat-jimat aneh itu lagi mas?" tanya pak Agus dengan eskpresi wajah marah.
"Enggak pak, maksud saya nantinya mereka bakal datang buat minta ampun." ucap Putra sambil tersenyum
"Ohhh, jadi saya harus gimana mas? saya harus terima permintaan mereka segampang itu?" ucap pak Agus
"Kalo itu sih terserah bapak saja mau gimana, yang penting saya hanya mengerjakan tugas sesuai permintaan bapak aja." ucap Putra dengan enteng.
"Yaudah mas, habis ini apa ada yang harus disiapin lagi mas?" tanya pak Agus
"Saya tinggal butuh pasang pagar ghoibnya aja pak, habis itu kita berdua langsung pulang saja." jawab Putra
Setelah Putra selesai memasang pagar ghoib disekitar rumah, kami hanya berbincang-bincang singkat dengan pak Agus dan istrinya. Tak lupa juga, sebelum kami pulang pak Agus memberikan sebuah amplop yang berisikan upah dari jasa yang telah diberikan Putra.
Sesaat kami sedang didalam perjalanan pulang, Putra mulai membuka pembicaraan terlebih dahulu.
"Untung lo tadi bisa dapet jimatnya Ram, kalo nggak kayaknya kita bakal gagal total haha." ucap Putra sambil tertawa kecil
"Omong-omong dukunnya lokasinya dimana put?" tanyaku penasaran
"Jauh dari sini tempatnya, bisa dibilang masuk ke semacam desa atau perkampungan." jawab Putra sambil menghisap rokoknya
"Oooo, kalo seandainya kita tadinya gagal gimana Put?" tanyaku dengan pelan
"Ya nyerah aja Ram, masa kita harus maksa berhasil hahaha. Selama gw bertahun-tahun terjun di dunia supranatural, gw juga udah banyak gagal nyelesain kasus kok. Tapi ya mau gimana lagi, kalo kita emang ga sanggup ya jangan dipaksain, soalnya ini menyangkut nyawa kita juga." jawab Putra dengan jelas.
"Hmmm, bener juga Put, kalo boleh nanya, apa kasus paling susah yang pernah lo temuin selama ini?" tanyaku
"Kalo paling rumit ya yang menyangkut sama keluarga, kalo yang paling ngeri yang berhubungan sama penguasa-penguasa ghoib yang biasanya diceritain di legenda." jawab Putra setelah berpikir sejenak.
"Emangnya lo pernah ketemu sama penguasa-penguasa ghoib di legenda?" tanyaku dengan penasaran, sebab apa yang dikatakan Putra sangat menarik perhatianku.
"Nggak pernah Ram, cuma denger suaranya doang dan itupun gw awalnya ga tau kalo itu beliau. Gw baru tau setelah nanya ke guru gw dikampung." jawab Putra
"Lah, kalo cuma denger suaranya doang, ngeri dari mananya?" tanyaku dengan raut wajah heran dan bingung
"Ceritanya dulu gw ikut partisipasi di suatu pertemuan di daerah pantai utara, waktu itu gw sebenarnya masih baru-baru aja datang ke pulau jawa, makanya gw bener-bener penasaran dan pengen tau semuanya, namanya juga anak muda ya kan. Di pertemuan itu sebenarnya ada beberapa paranormal juga yang ikut, tapi akhirnya cuma sisa gw sama satu paranormal lain doang yang namanya Dimas."
"Waktu itu sebenarnya awalnya kita niatnya cuma ngumpul buat silaturahmi doang, tapi setelah kenalan dan udah lebih akrab, lama-kelamaan Dimas ngajuin sekaligus nantangin buat eksplor daerah sana. Otomatis paranormal lain kepancing dan nerima ajakan dari Dimas, karena kebetulan paranormal yang datang itu bisa dibilang umurnya masih muda semua."
"Sebenarnya gw juga saat itu kepancing dan pengen nunjukin kemampuan gw ke mereka semua. Jadi, setelah itu satu persatu paranormal yang hadir meraga sukma bareng-bareng dan mencoba masuk ke suatu istana dipantai sana, termasuk gw sama Dimas juga. Sebenarnya kita ga dibolehin masuk kesana karena ga ada koneksi dan izin dari penguasanya, ibaratnya kami semua itu masuk secara illegal."
"Setelah ga diperbolehin, beberapa paranormal mau nyerah dan balik aja karena takut konsekuensinya. Jadi yang tersisa itu cuma lima orang aja, termasuk gw sama Dimas. Kita berlima maksa masuk dengan nyerang penjaga istananya, tapi anehnya kami berlima bisa berhasil ngalahin penjaganya dengan gampang banget. Makanya saat itu kita jadi ngerasa udah jago banget, mikir kitanya udah sakti karena bisa ngalahin penjaga-penjaga istana pantai utara."
"Lanjut lagi, kami berlima masuk ke dalam istana dan disambut serangan dari pasukan-pasukannya yang jumlahnya banyak banget. Dan waktu itu ada seorang ratu yang cuma ngeliatin kami yang lagi perang sambil duduk disinggasananya. Singkat ceritanya, kami kerjasama buat ngebagi tugas, gw sama Dimas ngelawan ratunya sedangkan tiga orang lagi fokus ngelawan pasukannya."
"Akhirnya, kami menang setelah berusaha mati-matian dengan tubuh astral yang penuh dengan luka. Dan sesudah mendengar cerita dari mereka, ternyata sosok itu adalah sosok ratu yang ada di cerita rakyat dan legenda. Waktu itu kami berlima udah ngerasa jadi yang paling jago, karena bisa ngalahin sosok legenda itu."
"Tapi baru senang sebentar aja, istana yang lagi kami tempati tiba-tiba menghilang seketika. Yang ada dipandangan kami waktu itu hanya laut luas bersama langit gelap yang dipenuhi kilatan petir, lengkap dengan suaranya yang bergemuruh. Tiba-tiba, gw ngeliat pasukan dan ratu yang tadinya udah kita kalahin muncul lagi dengan posisi yang udah mengelilingi kami berlima."
"Bedanya adalah, jumlah mereka berkali-kali lipat lebih banyak dari jumlah sebelumnya. Mereka hanya ngeliat sambil ngetawain kami dengan sinis, kayak lagi ngeliat manusia bodoh yang berhasil terkena tipu muslihat mereka. Saat itu, gw udah ngerasa pasrah dan nyesel buat ikut-ikutan nantangin mereka, gw merasa bodoh karena sempat sombong, padahal gw cuma ngalahin ilusinya doang."
"Saat itu gw dan ketiga paranormal lainnya udah nyerah dan minta maaf sama sosok ratunya, tapi Dimas masih aja ga mau nyerah dan nekad buat nantangin mereka lagi, walaupun kali itu dia mintanya duel satu lawan satu sama ratunya. Sedangkan ratunya cuma mengiyakan tawaran Dimas sambil ketawa kecil. Ngeliat Dimas yang kayak gitu, ketiga paranormal lainnya langsung marah dan tanpa basa-basi kabur duluan. Sedangkan gw udah kalah start buat mau kaburnya hahaha, mungkin karena ilmu gw yang paling cetek juga disana. Jadi terpaksa gw nungguin dan ngeliatin Dimass dengan harapan dia bisa menang, karena bisa dibilang Dimas punya ilmu yang cukup mumpuni saat itu."
"Waktu duel tiba, Dimas langsung mengeluarkan semua jurus,pusaka sama khodamnya sekaligus untuk nyerang sosok ratu itu. Tapi diluar ekspektasi gw, sosok ratu itu hanya mengibaskan tangannya dan semua serangan dari Dimas langsung hangus seketika. Gw sempat mikir, apa ini bener-bener ratu yang ada di legenda sebenarnya?, gw udah bener-bener takut kepalang sekaligus pasrah. Karena gw tau, kalo situasinya begini kayaknya kemungkinan besar nyawa gw bisa hilang."
"Sedangkan waktu itu Dimas juga bener-bener shock dan ga percaya karena semua serangannya bisa luntur dengan satu kibasan. Tapi dia tetep ga mau nyerah dan coba nyerang lagi dan lagi tanpa henti. Tapi kenyataannya, semua serangannya ga ada efeknya sama sekali ke sosok ratu itu. Jadi, akhirnya dia nyerah dan mencoba minta ampunan sama sosok ratu itu dengan memohon-mohon."
"Beberapa saat setelah memohon-mohon, sosok ratu itu hanya senyum terus memerintahkan pasukannya untuk membawa kami berdua. Kami hanya bisa nurut, karena sebenarnya kami ga bisa ngapa-ngapain lagi disituasi itu. Dalam sekejap, kami akhirnya tiba di depan goa-goa besar yang sepertinya berada dibawah laut."
"Terus sosok ratu itu nyuruh pasukannya membawa kami masuk ke dalam goa-goa itu. Sebenarnya gw udah ada firasat buruk waktu itu, tapi kenyataannya gw ga punya kekuatan buat nolak dan ngelawan mereka. Setelah masuk didalam goa, gw bisa denger banyak suara jeritan kesakitan dan suara orang yang lagi memohon ampun. Dan bener aja, setelah sampai ternyata disana ada manusia-manusia telanjang yang badannya kurus kering dan penuh luka lagi dicambuk dan disiksa sama sosok-sosok raksasa mirip algojo."
"Ngeliat penampakan itu, Dimas langsung coba buat berontak dan melarikan diri. Tapi sayangnya dia langsung ditahan sama pasukan-pasukan sosok ratu itu dengan gampang. Sedangkan saat itu gw udah pasrah dan ga tau lagi mau gimana, gw hanya bisa berharap ada bantuan yang datang buat nyelametin kita berdua."
"Dan untungnya sesuai harapan gw, tiba-tiba disana muncul guru gw yang mencoba bernegosiasi dan meminta untuk kami berdua dilepaskan. Tapi sosok ratu itu langsung menolak mentah-mentah, jadi terpaksa guru gw harus bertarung melawan ratu itu buat nyelametin kami. Selagi guru gw sama sosok ratu itu sibuk bertarung, tiba-tiba muncul suara wanita yang membuat suasana perang yang ricuh berubah menjadi hening seketika."
"Lepaskan mereka." perintah suara itu tanpa menunjukkan sosoknya sama sekali, lalu suara itu langsung menghilang seketika.
"Suara wanita itu hanya ngomong itu doang, tapi semua pasukan dan sosok ratu itu langsung diam dan berlutut kayak posisi lagi nerima perintah atasan. Dan anehnya, sosok ratu yang tadi gw lihat berubah jadi sosok naga emas raksasa. Dari situ, gw udah sadar ternyata kami semua hanya dipermainkan sejak pertama kali masuk istana ilusi. Setelah mendengar perintah, sosok naga itu langsung ngasih sukma kami bebas dan memberi izin kami pergi dari situ akhirnya.
"Jadi lo ngerti kan kenapa gw sampe ngomong kalo yang berkaitan dengan beliau itu ngeri?" tanya Putra sambil tersenyum.
"Gila juga pengalaman lo Put." ucapku, sejak saat itu aku lebih menghargai Putra karena pengalaman dan kedewasaannya.
"Iya, tapi gw capek ceritainnya, panjang banget soalnya hahahaha." ucap Putra sambil tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha, gw aja sampe ga sadar karena keenakan denger lo cerita." balasku
"Makanya dari pengalaman itu gw sadar, kemampuan gw masih cetek dan ga pantes buat disombongin. Makanya gw ketawa aja kalo ada yang bilang bisa ngalahin sosok beliau-beliau yang ada di legenda. Karena gw tau mereka lagi ngehalu atau dibohongin sama sosok-sosok lain." ucap Putra sambil terkekeh.
Bersambung...