"Mungkin, apa yang kau katakan ada benarnya." Revan menundukkan kepala, mulai berpikir sejalur dengan Rivan. "Selama aku bersama dengannya, dia selalu berusaha untuk melindungi kita semua. Bahkan dia rela mengorbankan apapun yang dia miliki, hanya untuk memberikan yang terbaik untuk kita. Tapi ..." Revan menghentikan ucapannya.
Tangan Revan yang sebelumnya sudah lemas tanpa tenaga, tiba-tiba saja berubah kencang dan dipenuhi dengan aura memukul yang luar biasa. Kebencian di dalam hatinya kembali memuncak, bahkan melebihi apa yang dapat diperkirakan oleh Rivan sebelumnya.
Melihat kejadian itu, Rivan menghela napas sembari menarik tangan yang sebelumnya menyentuh kepala Revan. Tangan tersebut diangkat dan ditempelkan pada kening, menggelengkan kepala secara perlahan ke kanan dan kiri secara bergantian.