Jl. Titania
Glandelin bermain dengan anak anak di sekitar rumahnya, karena kakeknya membeli rumah di lingkungan yang baik dia bertemu dengan anak anak yang baik.
Berbeda dengan anak-anak di lingkungannya yang dulu, memang pada dasarnya mereka baik tapi telah tercemar perbuatan kotor yang marak terjadi di lingkungan kumuh.
Tak jarang Glandelin mendengar cerita anak berumur 11 tahun memperkosa seorang gadis berumur sama, atau anak berumur 7 tahun membunuh orang tertentu demi makanan.
Untungnya kakeknya melindungi Glandelin, jadi dia tidak memiliki banyak kontak dengan para pemukim di lingkungan lamanya.
Mengetahui mereka telah pindah ke lingkungan yang baik kakeknya mengizinkan Glandelin bermain di luar.
Bisa dibilang ini adalah perumahan yang diperuntukkan untuk orang orang kaya, ksatria sering berpatroli di sekitar jadi lingkungannya aman.
Tetapi bagi Glandelin anak anak yang tinggal di sini terlalu sopan, dan entah kenapa dia merasakan aura kompetitif yang busuk.
Dalam sehari bergaul dengan mereka Glandelin mengetahui bahwa mereka semua saling menusuk dari belakang.
Dia tidak bisa berpikir bagaimana seorang gadis lain mengkhianati temannya sambil memanggilnya "saudari".
Berbeda dengan anak anak di daerah kumuh walau tangan mereka tidak bersih dan penuh darah setidaknya mereka tidak akan mengkhianati teman mereka.
Jadi Glandelin menarik jarak dan hanya berteman dengan satu gadis kecil bernama Rosa Ress.
"Glandelin kamu mau minum teh lagi?", Rosa mengambil teko keramik.
"Ah iya tolong", Glandelin me cangkirnya ke arah Rosa.
Rosa menuangkan cairan lumpur ke cangkir Glandelin, tentu saja ini bukan teh dan teko beneran.
Mereka sedang bermain di taman, menggunakan imajinasi mereka untuk membuat teh dan makanan.
"Rosa aku ingin bertanya", Glandelin berpura pura minum teh lalu berkata kepada Rosa.
"Apa itu?", Gadis berambut merah itu juga menaruh cangkirnya di tatakan dan menatap Glandelin.
Dia sangat menyukai gadis ini, dibandingkan gadis lain di lingkungan ini Glandelin murni dan tulus jadi Rosa mau berteman dengannya.
"Apakah ayahmu seorang profesional?", Rosa mengangguk dan menjawab dengan bangga, "tentu, dia adalah ksatria api tier 3"
Bagi seorang anak perempuan ayah mereka sangat spesial di hati mereka terutama jika ayah mereka sangat kuat dan bisa membunuh monster dengan sekali tebas.
"Jadi apakah kamu akan menjadi seorang profesional juga?",(glandelin)
"Tentu saja, aku ingin seperti ayahku dan bibiku mereka adalah ksatria yang hebat", mata Rosa berbinar penuh harapan.
"Tapi bagaimana jika untuk menjadi profesional yang kuat kamu harus membunuh makhluk hidup?", Mendengar pertanyaan Glandelin Rosa memasang tampang bodoh lalu menjawab.
"Bukankah itu hal yang wajar, saat aku akan menjadi ksatria aku pasti akan membunuh banyak penjahat dan monster, seperti ayahku".
Glandelin Melihat Rosa dengan tatapan tak percaya, dan tidak mengatakan apa apa.
Setelah bermain dia pulang dan melihat seorang pria tua berotot duduk di meja makan.
"Siapa kau?", Tanyanya.
"Hahahaha cucuku tidak mengenalku, ini aku kakekmu", pria tua itu adalah Yasuo, dia tertawa karena cucunya tidak mengenal dirinya.
"Kakek? Bagaimana bisa??", Seingatnya kakeknya adalah pria tua kurus tapi pria tua di hadapannya tidak terlihat terlalu tua dan tubuhnya masih gagah.
Sejam lalu dia adalah pria tua kurus lalu sejam kemudian dia menjadi pria tua yang berotot, siapa yang akan percaya dengan cerita seperti itu.
Yasuo menggunakan panel keluarga untuk membuktikan dirinya dan setelah melihatnya Glandelin menjadi takjub, dia memikirkan ini semua berkat dewa Ridho.
"Astaga", Glandelin tidak bisa menutup mulutnya.
"Kakek jika aku membunuh ayam apakah aku akan berotot sepertimu?", Glandelin bertanya penasaran, dia tidak bisa membayangkan dirinya me jadi wanita berotot.
"Apa tentu saja tidak, kurasa?", Jawab Yasuo tidak yakin.
***********
Besoknya Yasuo pergi ke hutan untuk berburu monster dan mendapatkan banyak exp, sedangkan Glandelin hanya ber-malas malasan di rumahnya.
Karena bosan Glandelin pergi ke pasar, membawa 10 koin emas dan 100 koin perak dia pergi dari rumah.
Dia membeli beberapa pernak pernik di pasar, saat sudah sore dia pulang tapi perhatiannya tertarik ke gang gelap.
Di mana dia melihat temannya Rosa disekap oleh orang orang bertopeng.
Glandelin panik dan bersembunyi, dia sadar dirinya adalah anak kecil yang lemah.
Tidak memiliki kekuatan, jadi yang bisa dia lakukan adalah mengintip mereka dan diam diam mengikuti.
Hingga dia sampai di sebuah terowongan yang terhubung dengan saluran bawah tanah kota.
"Sangat bau", Glandelin menutupi hidungnya, kadang kadang dia melihat tikus sebesar kepala manusia menatapnya dengan tatapan yang mengerikan.
Tapi dia tetap melangkah mengikuti jejak orang orang tersebut, saat dia melewati pertigaan tiba tiba sebuah tangan menangkapnya.
"Hmpp hmppl", Glandelin berusaha berteriak tetapi tangan yang bau menutupi mulut dan hidungnya, bau busuk memenuhi penciumannya.
Sebuah suara pria, "ckckck bocah memangnya kami tidak tahu kalau kamu mengikuti kami"
Glandelin ketakutan setengah mati, dia dibawa ke markas mereka di mana jauh di di dalam selokan.
Ada ruang di mana banyak kandang ditempatkan, kandang itu berisi manusia.
Glandelin dilemparkan masuk ke dalam kandang, "heh bocah seharusnya kamu tidak mengikuti kami"
Lalu pria mengerikan itu pergi.
"Glandelin", Glandelin menengok ke arah suara dan melihat Rosa.
"Rosa", Glandelin dan Rosa berpelukan.
"Aku takut Glandelin", Rosa berkata dengan gemetar.
"Aku juga", setelah mereka berdua melampiaskan ketakutan barulah mereka bisa tenang dan melihat sekitar dengan jelas.
Di kandang yang gelap tidak hanya Rosa tetapi juga banyak anak anak lain, masing masing dari mereka cantik dan tampan.
Tetapi tatapan mereka seperti ikan mati.
"Ini adalah perdagangan manusia, Glandelin kita akan dijual seperti budak", Rosa berkata dengan ketakutan.
"Hahaha kamu pikir kamu akan menjadi budak? Tidak tapi lebih buruk lagi", seorang anak laki laki berambut pendek dan penuh luka berkata dari sudut kandang yang gelap.
"Siapa kamu? Dan di mana ini? Serta apa yang akan mereka lakukan kepada kami?", Glandelin menatap anak laki laki itu dan bertanya.
"Ini? Entahlah di mana ini. Tapi yang jelas kamu akan diperlakukan lebih buruk dari budak, setidaknya budak dilindungi hukum sedangkan kita tidak", kata anak laki laki itu.
"Apa maksudmu?", Glandelin.
"Kamu akan lihat nanti", anak laki laki itu tidak menjawab apa yang ingi. Diketahui Glandelin.
"Bagaimana ini Glandelin aku takut", Rosa memegang pakaian Glandelin dengan kuat.
"Tenang saja kakek ku akan datang dia sangat kuat", Glandelin menghibur Rosa.
"Tapi kakekmu bukannya orang biasa?", Rosa bingung seingatnya kakeknya Glandelin adalah orang biasa.
"Dulu tapi sekarang tidak...yahh itu karena..", Glandelin mengehentikan apa yang ingin dia katakan karena dia ingat kata kata kakeknya untuk tidak menyebut kepercayaan dan nama dewa yang dia percayai.
Akhirnya mereka berdua yang kelelahan tertidur dengan saling berpelukan.
Anak laki laki di sudut melihat dua gadis kecil itu dengan tatapan mengejek.
Waktu berlalu, suara pintu kandang dibuka, seorang pria menarik Rosa.
"Bangun dasar pemalas", Rosa yang baru bangun terkejut dan berteriak kepada Glandelin.
"Glandelin, Glandelin tolonggg", Glandelin terbangun melihat Rosa diseret dengan paksa oleh pria itu.
"Tidak apa yang kamu lakukan", Glandelin menghampiri pria itu dan berusaha membebaskan Rosa.
"Lepaskan dia, lepaskan", Glandelin menggigit tangan si pria itu, merasa terganggu pria itu menonjok Glandelin dan dirinya terlempar.
"Tidakkk", teriakan Rosa menggema.
"Hei bocah lihat saja aku belum selesai", Pria itu menatap Glandelin dengan ganas. Dia ingin mencabik cabik gadis kecil ini hingga mati tapi bosnya sudah menunggu jadi dia cepat pergi dari kandang.
Anak anak yang lain menatap kejadian itu dengan mata yang mati dan tidak peduli.
Glandelin yang melihatnya merasakan sakit mengetahui kekejaman dunia.
Kenapa?
Kenapa mereka tidak membantu sama sekali?
Anak laki laki itu tertawa melihat Glandelin, "percuma kamu bertindak, sudah banyak orang yang sepertimu lalu mereka mati. Tidak...lebih tepatnya lebih buruk dari kematian itu sendiri.
Yah lagipula kita adalah orang biasa bukan para ksatria"
Mendengar kata kata anak laki laki itu mata Glandelin berbinar dan dia teringat apa yang dia punya.
Benar aku punya itu.
Glandelin melihat tikus besar yang masuk ke kandang, para anak anak di kandang bereaksi menatap tikus dengan tatapan serakah.
Tampaknya mereka juga memakan tikus di selokan ini sebagai makanan mereka, Glandelin yang melihat itu langsung bereaksi mengambil pecahan kayu yang ujungnya sangat runcing di sebelahnya dan menusuk tikus itu.
Tikus itu berteriak kesakitan tetapi belum mati, tubuhnya masih menggeliat.
Glandelin menusuk tikus itu berkali kali hingga mati hingga sebuah suara dan tanda +beserta angka muncul di benaknya.
[Kamu telah membunuh tikus selokan]
[Kamu mendapatkan 20.000 exp]
[Kamu telah naik ke level 6]
[Mendapatkan 5 attribut poin dan 30 skill poin]
[Selamat kamu bisa memilih job]
Glandelin terpana dan merasakan sebuah arus hangat masuk ke tubuhnya menguatkan setiap sel dan tulang di tubuhnya.
Lalu dia melihat job :
[shaman(rekomendasi)
magus(rekomendasi)
druid(rekomendasi)
ksatria
assasin
berseker
archer
musikus(rekomendasi)
cleric(rekomendasi)]
Glandelin langsung melihat penjelasan tiap job dan memilih Cleric.