Srrkkkk..... Kerrrrskk.... Piiiiuuu...
Cahaya sihir bagaikan pinwheels yang indah mewarnai langit biru Fredens. Seluruh mahluk berkumpul dan berpesta.
Kunang -kunang seolah ikut menghadiri pesta dan berumpun mengitari rumah pohon.
Bunga-bunga seakan menari di bawah indahnya langit malam yang menambah kemeriahan di malam itu.
"Nenek!" Teriak seorang gadis mungil nan cantik seraya membawa pita rambut berwarna merah muda ditangan kanannya.
"Ada apa, hm? Kenapa cucu nenek ini berteriak seperti itu?" Jawab sang nenek yang meraih cucunya yang menggemaskan.
"Apa itu? Coba nenek lihat." Ujar sang nenek meraih pita merah itu. "Indah sekali, dimana kau mendapatkannya hm?" Tanya sang nenek sambil mencium pipi sang cucu dengan gemas.
Sambil tersenyum sang cucu menjawabnya, "Anke yang memberikannya padaku, Nek. Aku senang sekali karena biasanya dia tidak pernah memberiku hadiah."
Anke merupakan salah satu teman dari Segya, nenek dari si gadis kecil. Usia Anke sendiri sekitar 89 Tahun. Anke yang sudah hidup terlalu lama itu berwajah sangar, memilki kumis dan jenggot panjang dimana panjangnya sekitar 40 cm. Anke sendiri bisa dikatakan pendiam . Tak jarang si gadis kecil itu merasa takut saat kepadanya.
Seraya mendengar pernyataan sang cucu, Segya merekatkan pita itu ke rambut sang cucu.
Si gadis kecil tampak senang saat Segya mengikatkan pita itu pada rambutnya dan otak kecilnya seketika bekerja. Terlihat dari tangan mungilnya yang memegang dagunya seakan ia sedang merencanakan sesuatu.
"Nenek, apakah aku bisa pergi menjelajahi hutan ini? Kuko dan Husky sering bercerita padaku bahwa hutan Fredens itu sangat luas. Mendengarnya aku ingin sekali menjelajahi hutan ini--
Nenek, izinkan aku pergi bersama mereka." Kata si gadis kecil yang sedang membujuk Segya agar ia diberi izin untuk menjelajahi Fredens.
Mari kita berkenalan dengan Kuko si landak gemuk berduri coklat dan Husky si anjing ras Siberian Husky berbulu tebal berwarna putih cokelat.
Segya yang mendengarnya tersenyuk dengan sedikit terpaksa. "Pergilah bermain bersama teman-teman mu." Ucapnya seraya mencium kening sang cucu yang kemudian ia berlalu menuju dapur.
Gadis kecil itu tampak kesal, terlihat dari wajahnya yang kesal dan ia kini pergi dari sana untuk kembali bergabung bersama yang lainnya. Dia kesal karena neneknya tidak memberikannya kebebasan menjelajahi hutan Fredens.
-LBL-
Hari ini merupakan hari bahagia untuk si gadis kecil yang bernama Eclea.
Kenapa?
Hari ini merupakan hari kelahirannya dimana semua orang merayakan hari bahagianya. Semua orang datang membawa hadiah untuk kelahiran Elcea.
Namun dibalik kebahagiaan yang menghampiri mereka, ada desa besar yang bernama Wusterf dimana desa itu sedang berkabung. Setiap orang hang berada di Wusterf memakai baju khas berwarna hitam dan membakar dupa di depan rumah pada setiap rumah rakyatnya.
Di sana, sebagian besar penduduknya merupakan petani. Selain itu, para wanita di desa Wusterf sangat terkenal dalam bidang memasak. Masakan yang mereka masak begitu lezat.
Sementara itu, disebuah kamar yang terlihat megah berdindingkan emas mengkilap terdapat pria tua yang sedang mempersiapkan diri bertemu dengan rakyat dan penatua desa.
Sambil menyisir rambut putih nan panjang miliknya di depan kaca besar itu dia berkata, "Tak ada satupun yang akan berubah, ya... akan selalu seperti ini."
Tok... Tokkkk..... Tokkkk....
Terdengar pintu kamar yang diketuk oleh seorang pelayan. Pria tua itu mendengarnya dan ia segera menghentikan aktivitasnya lalu bertanya kepada si pelayan. "Ada apa?"
Si pelayan segera menunduk hormat dan berkata, "Semua orang sudah berkumpul di balai pertemuan Tuan."
"Kau pergilah duluan, aku akan segera datang." Kata pria tua itu menatap malas pada si pelayan.
"Baik, saya permisi." Kata si pelayan yang kemudian izin mengundurkan diri dari sana.
-LBL-
Andrew, pria tua itu kini berdiri di atas sebuah mimbar sedang mengucapkan banyak terima kasih untuk warga Wusterf yg sudah hadir di balai desa. Dia sebagai pimpinan tertinggi cukup mengapresiasi warganya karena telah menghormati tradisi yang dilakukan sekitar 11 tahun belakangan.
Setelah kata sambutan yang ia berikan, satu-persatu adat dan ritual pun di lakukan. Namun seperti biasanya, sebelum ritual dimulai Andrew menceritakan kisah mengapa setiap bulan sebelas dalam satu tahun selalu diadakan pertemuan untuk mengadakan ritual.
Semua orang yang duduk di atas tikar dimana tikar tersebut terbuat dari anyaman bambu. Di sana mereka telah siap untuk mendengarkan kisah yang hendak disampaikan oleh pemimpin mereka.
Andrew melihat ke arah rakyatnya yang setelahnya dengan menarik nafas yang dalam, Andrew mulai menceritakan kisah tersebut.
"Dahulu, sekitar sebelas tahun yang lalu, putriku Camila yang sangat ku sayangi meninggal dunia. Camila sangat baik hati, penyayang ,dan dia sangat mencintai desa Wusterf ini. Namun, pada suatu hari yang sejujurnya tak pernah ku harapkan sama sekali, Camila yang kala itu mengandung 8 bulan ditemukan tak bernyawa secara mengenaskan di perbatasan hutan Souka dengan Wusterf." Jelasnya sambil berusaha menahan air matanya.
Hutan Souka saat ini telah menjadi hutan Fredens.
Andrew menarik nafas panjang sejenak. "Hampir 89% tubuh Camila terbakar dan urat -uratnya berubah menjadi warna merah. Ya, hampir tidak ada yang tersisa. Disaat itu duniaku hancur, seluruh warga Wusterf berduka. Anak Camila mungkin juga ikut terbakar saat itu karena kami tidak menemukan apapun yang menandakan keberadaan anak Camila hidup atau tidak. Hari itu merupakan hari yang sangat tidak pernah aku harapkan."
Semua orang yang mendengarkan cerita tersebut meneteskan air mata. Memang Camila sangatlah baik, semua orang di Wusterf sangat mencintainya.
Setelah Andrew selesai menceritakan kisah tersebut, para wargapun berdiri membentuk lingkaran. Abu Camila di dalam sebuah Kendi diletakkan di tengah barisan lingkaran tersebut sambil memegang obor. Semua orang termasuk para penatua dan perangkat desa juga ikut mengitari kendi abu Camila.
Ritual masih berlanjut, waktunya membakar satu helai baju bak dress milik Camila. Itu sudah menjadi tradisi setiap acara peringatan kematian Camila.
Disela peringatan tersebut, Rexy yang merupakan wakil pemimpin Wusterf sekaligus adik kandung Andrew meminta agar mereka berbicara di pojok balai desa.
Sambil menatap Andrew penuh keseriusan ia berkata, "Kau adalah seorang pimpin yang bijak Andrew, namun aku sangat berharap kau bisa memaafkan dirimu dan menerima kematian Camila"
Andrew terdiam, dengan suara sedikit serak Andrew menatap Rexy dengan tatap sinisnya.
"Tak akan ada bedanya, Camila ku, bagaimana mungkin aku-- istriku juga entah pergi kemana-- tidak akan mungkin aku melupakan semua ini. Bagiku, setiap bertambahnya tahun, semakin berat pula untukku menerima kenyataan ini. Sudahlah, jangan menjadi orang yang seakan mengetahui perasaan orang lain. Pergi dan lihatlah rakyat kita."
Rexy mendengarnya penuh dengan kesedihan sembari menepuk bahu kanan Andrew yang berkata, "Cobalah mengerti kak, aku yakin akan ada jalan keluar nya. Situasi pasti akan berubah. Cobalah sembuhkan lukamu itu."
Raut wajah Andrew semakin kusut dan diapun mulai marah.
Andrew dengan suara tinggi dan tegas berkata, "Kau tidak akan mengerti, pergilah!" Rexy paham dan tau kakaknya menjadi marah karena perkataannya.
Dia pun perlahan hilang dari hadapan Andrew dan bergabung bersama warga.
-LBL-
Sementara di Fredens, pesta sihir masuh terus berlanjut. Malah seluruh penghuni Fredens mengadakan pesta makan bersama. Ada banyak lauk yang sangat lezat di sana.
Eclea sangat suka makan. Tidak heran jika gadis kecil tersebut tidak berhenti mengunyah. Bahkan Kuko yang melihatnya ikut kenyang.
"Eclea, rasanya perutku ingin meledak hanya melihatmu makan." Kata Kuko.
"Aku sudah kenyang tapi makanan disini sangat lezat." Sahut Husky.
Eclea yang mendengarnya tertawa jahil lalu menggoda Husky.
"Kuko, lihat Husky hehehe..." Kata Eclea sambil menunjuk perut Husky. "Lihat perutnya seperti balon, bum bum, besar sekali." Eclea terlihat senang menggoda Husky saking lucunya ekspresi Husky saat mengadu bahwa dia sangat kenyang.
"Yana! Yana! Lihatlah, kau mempersiapkan begitu banyak hadiah. Seluruh rumah pohon ini di penuhi dengan hadiah" seru Segya yang melihat Yana terus sibuk mempersiapkan hadiah yang akan dia bagikan kepada seluruh mahluk di Fredens.
Sambil tersenyum dengan tangan yang membungkus kado Yana menjawab, "Ini hadiah dariku, kalau Eclea sudah aku berikan banyak hadiah dan semua mahluk juga harus turut merasakan bahagia seperti mendapatkan hadiah. Ini hari bahagia Eclea kalau kau melupakannya."
"Kau akan selalu melakukannya ya? Kalau begitu, berikan juga hadiahku, aku juga ingin hadiah!" seru Segya hingga membuat tawa keduanya pecah.
Setelahnya Yana, Segya, Anke, dan Eclea membagikan semua hadiah yang telah disiapkan. Eclea dengan tawa renyahnya ikut membantu membagikan hadiah tersebut. Begitulah ketika hari mulai gelap, pesta diakhiri dengan pembagian hadiah.
Setelah acara berakhir, semua orang pulang ke rumah mereka masing-masing untuk berisitirahat, termasuk Eclea dan Segya yang saat ini sudah berada di dalam kamar Eclea untuk istirahat.
Saat ini Segya tengah mengeluskan kening Eclea seraya menyanyikan lagu tidur untuknya.
"Eclea... Eclea manis..... tidur.... mimpilah yang indah..... teruslah bermimpi..."