Seminggu sebelum menikah, Eliza dan Endru sudah sama-sama mengambil cuti. Mereka sudah tidak banyak kegiata di luar lagi. Dan besok mereka akan segera dipingit, sehingga hari ini mereka memutuskan untuk ke makam Gading. Sekedar meminta izin dan juga restu.
Eliza lama berdiri di depan makam anaknya, memandangi nisan dengan tatapan sendu, entah apa yang ia pikirkan.
"El," tegur Endru.
Eliza tersenyum, "Seandainya ya Mas, Gading masih ada … mungkin dia akan bahagia sekali kalau kamu akan menjadi Papahnya."
"Sudah El … Gading sudah lebih bahagia sekarang. Jangan disesali lagi keadaan yang sudah terjadi, semua adalah takdir."
"Ya, aku juga inginnya seperti itu Mas, tapi tetap saja aku tekadang tidak rela."
Endru hanya mengelus punggung Eliza, menguatkan Eliza agar tidak kembali bersedih. Setelah mereka menabur bunga, Endru berjongkok di samping makam Gading.