Aku Kembali

"Paman, cepat lepaskan aku! aku akan menyelamatkan Kakek!"

Di sebuah sudut jalan Kota Sword.

Ardam yang baru berusia tiga belas tahun berjuang keras ketika matanya melihat selusin kerabatnya tergantung di atap gedung lebih dari 30 lantai.

Terutama untuk kakeknya, saat ini wajahnya sudah sangat pucat, dan bisa mati lemas kapan saja.

Ardam sangat ingin bergegas menyelamatkannya. Tetapi orang-orang di sekitarnya berusaha keras menahannya

"Ardam, kamu masih muda, kamu harus pergi sekarang juga, jika tidak, kamu hanya akan mati!" Seorang pemuda mengerutkan kening dan berteriak kepada Ardam.

"Paman apakah kamu tidak akan melepaskanku?" Dalam sejekap, mata Ardam berubah seperti warna merah darah, seakan-akan anak singa yang sedang marah.

"Maaf Ardam, Paman tidak bisa membiarkanmu kembali kesana!"

Mata pemuda itu juga sangat bertekad, dan melanjutkan: "Paman sudah berjanji pada kakekmu untuk menjagamu agar bisa tetap bertahan hidup!"

"Lalu mengapa kamu membawaku ke sini?" Ardam kembali bertanya.

"Karena kamu adalah satu-satunya harapan Keluarga Kaisar Sword! Paman ingin kamu mengingat semua yang terjadi hari ini dan kamu harus membalas dendam kepada mereka di masa depan!"

Bang!

Bang!

Bang!

...

Pada saat ini, di atas gedung, sekelompok kerabat dan beberapa tokoh penting keluarga Kaisar Sword mulai berjatuhan.

Awan kabut darah segera meledak di atas sana.

Suara potongan-potongan daging berjatuhan ke tanah seperti tongkat setan yagg memukul tanah di hari kiamat.

Itu sangat menusuk hati Ardam sepeti terkena tembakan anak panah yang sangat tajam.

Ardam yang baru berusia tiga belas tahun, semua tubuhnya gemetar dan seperti ada darah yang ingin melonjak keluar di mata merahnya.

Dua baris tetesan air mata menyelinap perlahan keluar, tetapi itu terhapus dengan cepat.

Ardam mengertakkan gigi dan mengatakan setiap kata dengan tegas.

"Suatu hari, suatu hari nanti, semua orang itu akan membayar kembali perbuatan jahat mereka hari ini!"

...

Saat ini, Kota Sword baru. Pemakaman Xishan.

Di lokasi pemakaman yang paling terpencil, ada sebuah monumen yang tidak diketahui namanya.

Di depan monumen, seorang pemuda berjubah hitam membawa tangannya di belakang punggungnya dan memandangi beberapa batu nisan yang tidak bernama.

Pemuda itu memiliki alis pedang dan mata bintang, kedua tatapan matanya sangat dalam dan tajam, di tambah dengan temperamennya yang luar biasa.

Dari kejauhan, sosoknya terlihat lurus seperti pedang raksasa hitam yang menjulang ke langit, sangat tajam.

Matanya menatap batu nisan dengan tenang dan mulutnya berkata dengan penuh emosi: "Bawakan anggurnya!"

Setelah kata-kata itu jatuh, seseorang di belakangnya menyerahkan dua botol Anggur khusus.

Orang ini tinggi dan kuat seperti seekor lembu, dengan sepasang mata harimau seperti lonceng tembaga, sangat garang dan energik. Orang ini bernama Tiger Wong.

Dia salah satu dari empat pengawal utama Jendral Perang yang memiliki kekuatan tempur luar biasa.

Di dunia ini Tiger terkenal sebagai orang yang gila perang dan tak pernah terkalahkan.

Ketika Tiger melihat penampilan Ardam saat ini, batinnya merasa sedikit tertekan.

"Jendral, semuanya sudah berakhir. Orang-orang tidak bisa hidup kembali setelah mereka mati!"

Ardam tetap diam, dan meletakkan sebotol anggur di depan batu nisan, lalu mengambil satu botol anggur lain dan langsung meneguk semuanya dalam satu kali nafas.

Anggur ini begitu kuat sehingga bisa memotong tenggorokannya dengan pisau. Tapi Ardam sama sekali tidak mengerutkan alisnya, seolah-olah anggur ini hanyalah minuman jus bersoda.

"Kakek, Nenek, Paman, Bibi dan semua saudaraku. Aku, Ardam Sword sudah kembali."

Mata hitamnya terlihat sedikit berkaca-kaca saat menatap semua batu nisan itu.

Kedua orang tua Ardam telah meninggal sejak lama.

Jadi, Ardam memiliki banyak hutang budi kepada Kakek dan semua kerbatnya, karena telah membesarkan dirinya dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Kebaikan ini akan selalu diingat olehnya!

"Sepuluh tahun yang lalu, keluarga Li memaksa kalian mati dengan tragis. Sekarang, aku sudah kembali ke sini, aku bisa memastikan bahwa semua keluarga Li akan mati dengan tragis!"

"Hutang darah harus dibayar dengan darah. Aku akan membiarkan mereka mengalami sepuluh kali... tidak, tapi seratus kali rasa sakit daripada kejadian waktu itu!"

"Bulan depan, pada hari peringatan pemakaman kakek dan saudara semua, keluarga Li akan memiliki empat puluh orang yang naik dan turun ke tempat ini, mereka akan berlutut dan sujud, lalu meminta maaf dengan mata penuh darah!"

"Malam ini, ini adalah perjamuan pertunangan cucu perempuan keluarga Li di kota Sword, aku akan pergi kesana dan memverikab bunga kematian terlebih dahulu!"

Setelah berbicara sendiri, Ardam berlutut dan menuangkan sebotol anggur lagi ke batu nisan.

Saat dia bangun, ada hembusan angin musim gugur yang bertiup kencang melewati tubuhnya!

Mekihat ini, Tiger buru-buru mengenakan mantel hijau militer pada tubuh Ardam.

Pada saat ini, Tiger bisa melihat air mata di sudut mata Ardam.

Hal ini membuatnya sangat terkejut, Pria yang berdiri di atas Daratan Huanxia ini, ternyata masih bisa menangis?

Kita harus tahu bahwa Ardam telah mengalami pasang surut di dalam hidupnya, pertarungan darah di atas gunung mati selama hampir sepuluh tahun.

Ardaam selalu berperang dan terus membunuh musuh.

Berbagai prestasi yang tak terhitung jumlahnya telah Ardam miliki. Akibatnya, dia dianggap sebagai Jendral Perang terkuat oleh pemerintah, dan juga mendapat julukan "Asura" oleh dunia bawah.

Hari ini, Ardam sudah menjadi legenda di kemiliteran Kekaisaran Huanxia, dan memiliki kepercayaan dari semua prajurit.

"Apa yang aku inginkan, sudah kamu siapkan?" Ardam bertanya dengan alis rendah.

"Sudah siap, selama Jendral memberikan perintah, semuanya bisa langsung dikirim." jawab Tiger.

"Oke, bawa ke sini!" Ardam segera memberi perintah.

Tiger mengangguk dan memutar panggilan telepon.

Pada saat ini, sekelompok orang datang tidak jauh dari kuburan. Salah satunya masih mengenakan pakaian kerja!

"Tuan Zhou, Pemakaman Xishan kami memang sudah tidak memiliki tempat kosong. Apakah Kamu ingin mencari tempat lain?"

Manajer pemakaman Stephen Feng dengan hormat berkata kepada Zhou Jian, putra tertua keluarga Zhou di kota Sword.

Stephen tidak mampu untuk menyinggung orang ini.

Zhou Jian segera mengerutkan kening dan berkata dengan suara yang dalam, "Jika kamu tidak memiliki tempat, kamu dapat membuatkan tempat untukku, aku tidak ingin mendengarkan penjelasan bodoh dari mulutmu, apakah kamu tahu konsekuensi dari menyinggung keluarga Zhou?"

Stephen segera gemetar ketakutan, karena keluarga Zhou, dapat menghancurkan keberadaannya hanya dengan satu jari.

Setelah berpikir sebentar, dia menepuk kepalanya dan berkata: "Tuan Zhou, ada monumen yang tidak dikenal di sana. Tidak ada yang pernah menanyakannya selama hampir sepuluh tahun. Apakah kamu ingin melihatnya?"

"Ya, cepat bongkar dan gali saja disana!"

Zhou Jian langsung memberi perintah dan tidak ingin ada penolakan.

"Baik, tapi sepertinya hari ini pemilik prasasti tanpa nama itu ada disana. Kenapa Tuan tidak pergi kesana dan berdiskusi dengan mereka?"

Stephen sangat malu, dia sangat tahu bahwa mereka yang dimakamkan di sini semuanya orang kaya dan berkuasa, jelas dirinya tidak mampu menyinggung salah satu dari mereka.

"Siapkan formulirnya, dan antar aku ke sana untuk mengambil tanahnya, masalah terbesarnya paling hanya menghabiskan lebih banyak uang!"

"Baik!"

Oleh karena itu, Stephen membawa Zhou Jian dan pengikutnya ke monumen tanpa nama.

Melihat sekelompok orang datang ke sini, Ardam langsung mengerutkan kening.

Tiger memimpin dan berkata dengan nada dingin kepada mereka, "Ada apa? Kenapa kalian datang kesini?"

Zhou Jian melirik Ardam dan Tiger, lalu tersenyum, mencibir: "Cih! Hanya dua orang biasa!" Dia melangkah maju dan berkata untuk merendahkan: "Buat harga, aku ingin tanah kuburan ini. Dalam waktu sehari, aku akan menemukan seseorang untuk menggali kuburan yang tidak bernama ini!"

Relokasi kuburan?

Wajah Ardam tiba-tiba menjadi dingin, membuat aura dingin keluar dan menyerbu ke kehampaan.

"Kamu tidak mampu membayar hargannya!" Kata Ardam dengan ringan.

"Oh? Benarkah?" Zhou Jian menekuk bibirnya dan tersenyum: "Apakah di Kota Sword ini, ada hal-hal yang tidak mampu dibeli oleh keluarga Zhou?"

Saat berkata, Zhou Jian maju selangkah, dengan aura yang menurutnya luar biasa.

"Bahkan jika kamu menolak, aku bisa memberimu kehidupan yang lebih buruk, bagaimana dengan itu?"

"lancang!"

Ketika Tiger mendengar ini, dia langsung marah dan ingin mengambil tindakan.

Namun, Ardam mengangkat tangan untuk menghentikannya.

"Tidak apa-apa untuk membeli kuburan keluargaku, Harganya adalah nyawa semua orang di keluarga Zhou-mu!"

Saat Ardam berkata, angin dingin keluar menyapu wajah Zhou Jian, membuatnya merasa sedikit kesakitan untuk sementara waktu.

Jantung Zhou Jian berdebar tanpa sadar, dan kakinya mundur beberapa langkah.

Tatapan seperti apa itu?

Gunung mayat adalah lautan darah, anggota badan yang patah dan lengan yang patah.

Namun, dia langsung tersadar dari ilusi barusan.

Jika pihak lain benar-benar kuat, apakah dia akan membangun kuburan yang tidak diketahui ?

Segera, Zhou Jian berteriak pada dua pengawal di belakangnya.

"Bersulang tapi tidak minum anggur. Persetan! cepat bunuh dia untukku!"

Dua pengawal Zhou Jian terlihat kokoh dan kuat, juga memiliki efektivitas tempur yang tidak kalah dengan pasukan khusus biasa. Mereka mengepalkan tangan dan mengambil posisi untuk menyerang. Dalam waktu beberapa detik, kedua tinju itu akan mengenai Ardam.

"Sombong! Mereka yang menghina Jendral Asura harus mati!"

Wajah Tiger tiba-tiba menjadi dingin, dan kakinya bergerak, kedua telapak tangannya mencekik leher kedua pria besar itu seperti cakar elang!

Mereka dapat melihat bahwa dua pria besar dengan berat hampir dua ratus kilogram itu benar-benar diangkat oleh Tiger.

"Hmm... Hmm!"

Kedua pria bertubuh besar setinggi 1,8 meter itu hanya merasakan sesak di tenggorokannya dan merasakan kematian akan segera tiba.

"Tiger!" Ardam berteriak dengan suara rendah: "Pengorbanan hari ini, tidak boleh ada darah yang terlihat."

"Siap Bos!"

Tiger melepaskan tangannya dengan enggan, dan melempar kedua pria besar itu lebih dari sepuluh meter. Seketika langsung menghancurkan mereka di gerbang kuburan!

Membuat keduanya langsung sekarat.

Ketika Zhou Jian melihat ini, seluruh ekspresinya menjadi bodoh.

Itu... mengerikan, bahkan matanya tidak melihat bagaimana cara Tiger bergerak.

"Berlutut!"

Tiger menatap dingin dan menendang kaki Zhou Jian.

"Argh"

Zhou Jian tidak bisa menahan, jadi langsung berlutut untuk memohon belas kasihan.

"Aku... aku tidak bermaksud begitu, dua paman tolong jangan membunuhku."

Mata tajam Ardam menatapnya dengan dingin, "Lain kali jika kamu berani lagi, maka seluruh keluarga Zhou akan mati tanpa ada pemakaman!"

Zhou Jian terkejut dengan tampilan ini, membuat selangkangannya basah.

Sebenarnya Dewa pembunuh macam apa yang sudah aku provokasi?

Da!

Da!

Da!

...

Pada saat ini, langkah kaki yang nyaring terdengar tidak jauh dari kuburan.

"Jendral, apa yang kamu inginkan telah tiba!" Tiger Wong berkata dengan hormat.

Ardam berbalik, mata hitamnya melihat ke belakang.

Dia bisa melihat enam prajurit dengan pakaian formal berjalan dengan angkuh.

Masing-masing orang dipundaknya membawa peti mati yang telah di beri cat warna merah.

...