Ch. 2 - Body Exchange 2

Tubuh Indra bertukar lagi dengan Lyona. Kali ini dilakukan dengan sengaja oleh Lyona. Gadis itu menaruh kecoa di dalam tas milik Indra sehingga membuat lelaki itu terkaget.

"Lu mau ngapain sih tukeran tubuh sama gua?" tanya Indra.

"Aku sedang menstruasi. Rasanya sangat tidak nyaman."

"Hah?!"

Tubuh Indra tiba-tiba merasa mulas. Kepalanya pun jadi agak sedikit pusing.

"Sialan."

Tak seberapa lama, pintu kelas terbuka. Perempuan yang kemarin datang, datang lagi bersama ajudannya.

"Lyona!!!"

Ekspresi Indra semakin menurun. Sudah merasa tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya, sekarang dibuat semakin tidak nyaman lagi dengan kedatangan Ratu.

"Lyona! Ayo pindah ke kelasku!"

"Lu gak bosen ngajakin gua?!"

"Aku bakal terus datang sampai kamu pindah!"

Indra tidak dapat berkata-kata lagi. Sementara Lyona pura-pura tidak tahu dan hanya membaca buku.

Frans pun datang.

"Lyona itu aset kelas ini. Kalau dia pergi, murid pintarnya bakal habis!"

"Kalau dia sekelas sama kalian, nilainya bakal turun!"

"Bagus, dong! Jadi kamu bisa ngalahin Lyona dalam perebutan rangking satu umum nanti!"

"Ya... ya emang bener. Tapi gak gini caranya! Aku mau menang dengan cara yang adil!"

Frans memijat keningnya. Gadis ini benar-benar keras kepala.

"Yaudah, ayo kita tentukan dengan adu gunting batu kertas. Kalau kamu menang, kamu boleh bawa Lyona pergi dari kelas ini."

"Eh?!" Indra terkaget, sementara Lyona mulai berkeringat dingin.

"Itu saja? Oke, aku terima."

"Tapi kalau aku yang menang, kamu gak boleh datang lagi ke kelas ini. Gimana?" Frans memberi tawaran.

"Siapa takut!"

Indra menyikut lengan Frans.

"Oi, lu harus menangin adu suit ini. Gua gak mau Lyona pindah kelas!" Indra berbisik.

"Tenang aja, gua ini jagonya adu suit. Gua yakin gak bakal kalah."

"Bagus deh, awas aja kalau kalah."

Ratu menatap Frans, menunggu dia selesai berdiskusi dengan Lyona.

"Udah siap belum?"

"Udah, ayo lakukan sekarang."

Keduanya mulai berancang-ancang untuk suit. Frans benar-benar yakin akan memenangkan suit ini.

"Baiklah... satu dua tiga!"

Frans mengeluarkan gunting, begitupun dengan Ratu.

"Ulangi lagi. Satu dua tiga!"

Frans mengeluarkan gunting lagi, Ratu juga.

"Satu dua tiga!"

Hasilnya imbang lagi. Bahkan terus-terusan imbang sampai sepuluh kali percobaan.

"Anjir sama terus, kayak jodoh aja." Indra berkomentar dalam tubuh Lyona.

Ratu dan Frans pun bingung kenapa hasilnya sama terus.

"Kamu baca pikiran aku, ya?!" Ratu curiga.

"Mana mungkin! Kalau aku baca pikiranmu, aku bakal langsung menang!"

"Ya sudah, ayo ulangi sekali lagi."

Frans selalu percaya pada kemampuan suitnya, tapi ternyata gadis bernama Ratu ini lebih tangguh dari yang dia duga.

Dipercobaan kesebelas sampai dua puluh, hasil adu suit masih saja imbang.

"Anjir! Beneran jodoh ini!" Indra kembali berkomentar.

"Diam kamu, Lyona! Kenapa kamu jadi suka ngomong anjir?"

"Oh iya... Ulala! Beneran jodoh ini!"

Frans hanya geleng-geleng kepala.

Adu suit kembali dilakukan. Di pertandingan yang kedua puluh satu, akhirnya didapat hasil yang berbeda.

Ratu keluar sebagai pemenang.

"Anjir kalah!!!" Indra tercengang.

Lyona tampak cemas.

"Untuk pertama kalinya dalam hidup, gua akhirnya kalah adu suit. Gua terharu." Frans meneteskan air mata.

"Jangan terharu! Gimana nasib Lyona!"

"Maaf, kalah ya kalah. Gua harus menepati janji." Frans berganti menatap Ratu. "Silakan bawa saja Lyona. Sebagai ketua kelas, aku mengizinkan dia untuk pindah."

Meski menang, Ratu tampak tidak puas dengan hasil ini.

"Gak usah. Aku gak suka menang dengan cara seperti ini. Besok aku akan datang lagi buat ajak Lyona. Sampai jumpa."

Ratu pergi meninggalkan kelas bersama ajudannya.

Indra bernapas lega. "Syukurlah, gua pikir Lyona bakalan pindah."

"Bagaimana pun caranya, dia gak boleh sampai pindah. Nilai rata-rata kelas kita nanti bakal turun."

"Ah, bener juga. Kita bakal dikeluarin ya kalau nilai rata-ratanya kurang."

Sebagai ganti sekolah gratis di SMA Excelsior, pihak sekolah meminta para murid Kelas X-F untuk mendapatkan rata-rata nilai minimal 75 untuk setiap mata pelajarannya. Jika ada satu mata pelajaran saja yang kurang, mereka semua akan dikeluarkan dari sekolah.

Semisal Indra mendapat nilai Fisika 50, dia masih bisa selamat dengan syarat murid-murid lain harus mendapatkan nilai yang lebih tinggi.

Pokoknya nantinya semua nilai murid akan dikalkulasikan, dan dibuat hasil rata-ratanya. Jika nilai rata-rata mereka mencapai angka 75, mereka semua akan aman.

Itulah mengapa keberadaan murid pintar seperti Lyona sangat dibutuhkan di kelas ini.

***

Di tempat lain, Ratu sedang berjalan dengan ajudannya yang bernama Mayang. Gadis itu adalah pembantu di rumah Ratu sekaligus teman sekelasnya.

"Nona Ratu, kenapa tidak jujur saja?" tanya Mayang yang berjalan di sampingnya.

"Jujur apa?"

"Nona berkunjung ke Kelas F bukan untuk mengajak Nona Lyona pindah, kan? Tapi untuk bertemu dengan Tuan Frans?"

Wajah Ratu memerah.

"Ka-kamu ini bilang apa, Mayang?! Tentu saja tidak! Aku datang ke sana memang untuk membawa Lyona!"

"Lalu kenapa tadi tidak bawa Nona Lyona pindah? Nona Ratu kan memenangkan adu suitnya."

"I-itu...."

"Tuh kan... alasan Nona Ratu menolak kemenangan itu agar masih bisa ketemu Tuan Frans, kan? Dengan dalih mengajak Nona Lyona pindah?"

Tebakan Mayang seratus persen tepat.

"Su-sudah! Kamu diam saja!"

"Jangan malu-malu terus, Nona. Nanti Tuan Frans diambil orang, loh."

"Bo-bodo amat!"

Mayang hanya tersenyum, merasa gemas dengan tingkah laku majikannya yang malu-malu.

***

Sementara itu, Indra telah kembali pada tubuh aslinya setelah bertukar tubuh dengan Lyona.

"Ah, lega banget, menstruasi itu ternyata beneran nyiksa. Gua gak bakal protes lagi deh sama cewek PMS."

Lyona hanya tersenyum.

"Terima kasih ya sudah bertukar tubuh denganku."

Indra menatap heran pada Lyona.

"Lu kok kelihatan baik-baik aja? Gak sakit emang?"

"Mungkin karena udah terbiasa."

"Oh, gitu."

Indra mulai menganggap Lyona sebagai gadis yang kuat.

"Eh, lu beneran gapapa tinggal di kelas ini? Padahal kan lu bisa pindah ke Kelas A."

"Gapapa, aku mau di sini aja. Aku sudah muak dengan lingkungan orang-orang rajin. Di kelas ini lebih asik. Lagipula, aku ini memiliki kutukan, sudah seharusnya aku berada di sini."

"Baguslah kalau begitu." Indra tersenyum, merasa bersyukur Lyona mau tinggal di kelas ini atas dasar kemauannya sendiri.

"Anu, Indra...." Lyona memainkan jari-jarinya.

"Ya, ada apa?"

"Kapan-kapan, aku boleh bertukar tubuh denganmu lagi, gak?"

Indra tersenyum.

"Ya, boleh kok, asal lu bisa bikin gua kaget aja."

"Oh, begitu, yeay. Baguslah. Gampang kok bikin kamu kaget. Kasih lihat serangga aja."

"Lu... tau dari mana gua takut serangga?"

"Tau dari Frans."

Indra langsung menoleh pada Frans. Lelaki itu melambaikan tangannya.

"Anak sialan."