Setelah Bahagia, Cemburu

Sangat luar biasa dan tidak terduga sama sekali.

"Terima kasih ...." bisik Naya, hati Azam terunyuh dia semakin terharu walau dari tadi istrinya diam membisu akhirnya ucapan sederhana itu dapat menenangkan hati Azam, Azam tersenyum lalu mengecup cepat bibir istrinya. Dia memandang dan tidak melepaskan dia sangat bahagia. Tidak bisa digambarkan bahagianya Azam dia menelan ludah. Lalu kembali menatap istrinya.

Naya terpejam namun sepertinya dia kurang puas dalam permainan walau sudah beberapa jam dan sudah mengeluarkan air cinta. Naya mendekap lalu mengecup lama bibir sang suami.

Tidur di atas lengan suami adalah hal yang istimewa, Naya terlelap.

Dringgg

Dringgg

"Ayo ... solat ...." suara alarm dari ponsel Azam berdering. Azam selalu mengatur waktu solat agar tidak terlambat.

Keduanya terbangun mengriyipkan mata, Naya terkejut dengan kondisinya.

'Apa aku sudah melakukannya? Aku tidak sadar ....' batin Naya merasa sangat kesal dengan tingkahnya.

Azam menarik selimut hendak bangun, melihat bercak darah di atas ranjang membuat Azam menyesal.

'Hah ... dia sudah menjebol gawangku, kok bisa ya?' batin Naya yang masih belum percaya dia melihat ke bawah.

"Benar, tidak salah lagi aku sudah melakukannya. Tapi ... kok aku sampai tidak sadar ya, gila ... ceh ... kalau begini mana tega aku meninggalkannya nanti, apalagi jika aku hamil, ah ...."

Dia beranjak dan sesekali karna masih belum percaya dia mengecek bau dari ranjang.

"Yah ...." itulah ucapan penyesalan, diapun teringat kejadian tadi bagaimana dia bermain di atas ranjang itu.

Dengan perasaan yang belum seimbang Naya melihat suamiya keluar dari kamar mandi, Azam sudah berpakaian lengkap namun. Naya salah tingkah mondar-mandir lalu segera mengambil handuk, dia segera pergi ke kamar mandi.

"Apa Nona merasa menyesal? Ya Allah ... aku harus tanya ke Opa, apa Opa yang merencanakan ini semua?" gumam Azam bertanya-tanya. Azam mengambil ponsel lalu keluar ruangan melaksanakan solat di Musola Resort.

Tutttt

Tutttt

"Assalamualaikum cucu menantu Opa," suara Opa sangat senang.

"Wa'alaikumsalam Opa, aku boleh bertanya," Azam.

"Soal obat kuat?" tanya Opa, Azam terbelalak mendengar itu.

"Aku sengaja melakukannya karna aku tau kamu akan melindungi dan berbohong demi istrimu, lagian kata ustadz tidak papa kalau niatnya menyatukan pernikahan, lagian kamu tau selama ini Opa tuh ragu, ragu kalau Hanan benar-benar laki-laki, tapi ... Opa kali ini sangat yakin, hehehe," imbuh Opa tertawa puas. Azam bingung hendak berkata apa.

"Bagaimana kuat berapa jam?" tanya Opanya, Azam sangat terkejut.

"E ... berjam-jam," jawab Azam pelan sambil menutup mata malu.

"Ahai ... aku berhasil sebentar lagi buyutku dua," ujar Opa kegirangan, lalu menutup telpon.

Azam kembali ke kamar lalu bercermin, dia melihat bibirnya.

Drettt

Drettt

Suara ponsel milik Naya.

"Nisya ...." Azam membaca kemudian menggeser gambar hijau.

"Assalamualaikum," jawab Azam.

"Wa'alaikumsalam Kakak ipar, Kak Naya ada? Ada hal penting," ujar Nisya.

"Jangan dimatiin aku cari dulu ya, tadi aku solat di Musola jadi tidak tahu dia kemana," jelas Azam berjalan cepat, langkahnya sangat cepat dan matanya terus mencari sosok suaminya.

"Alhamdulillah mau solat jama'ah," ucap sukur dari Nisya tidak menyangka Kakak pertamanya menjadi soleh. Azam mencari tetap tidak ada dia berjalan ke caffe.

"Sya ... penting banget ya?" tanya Azam.

"Penting, soal poperti. Apa ada masalah? Aku yakin saat ini Kakakku berbuat ulah, hingga tidak baikkan keadaannya?" tanya Nisya penuh curiga.

"Tidak, ini sudah ada Nona," ucapnya menyembunyikan kesedihannya. Azam melangkah ke istrinya yang sedang duduk dan asik ngobrol dengan seseorang.

"Ehm, ada telpon," Azam meletakkan ponselnya, Naya mengambil ponsel lalu pergi dengan cepat. Azam juga pergi dengan perasaan penasaran. Wajah Naya biasa saja walau dipergoki Azam.sedang asik ngobrol dengan pria lain. Pria yang baru saja mengelap bekas kotoran makanan yang ada di bibir Naya.

Tiada ekpresi terkejut, ataupun menyesal, bahkan menjelaskan kepada Azam.

"Ada apa Sya?" tanya Naya.

"Ada masalah besar, salah satu poperti di atas namakan orang lain dan uang perusahaan ada yang pakai, ini semua ulah Ferdian, aku juga tidak mengawasi karna aku ke Semarang, setelah selesai rapat dapat kabar itu, aku sudah mencari dan menyuruh tim mencari namun kemungkinan dia keluar Negri Kak, dan total kerugian ada separuhnya, jika terlambat semua akan disita. Besok pagi ada klien penting, dia akan membangun salah satu hotel, dan Mas Galih yang akan menjadi arsiteknya, hotel itu mencari chef dan arsitek, handal."

"Oke ... kita pikirkan nanti, aku akan mengemas pakaian dan pulang ke Jakarta," jelasnya lalu menutup telpon, perutnya merasa keroncongan.

"Aku sudah makan, walau sedikit tapi rasanya tadi sangat tidak enak. Ah ... aku harus segera pulang," gumamnya lalu berjalan ke kamar.

Naya sampai di kamar dia mengemas semua pakaian. Namun dia tetap tidak melihat Azam. tidak lama Azam datang dengan pudding coklat dan stroberry. Azam acuh dia diam sambil menikmati makanan yang dibuatnya.

"Kita harus pulang," ujar Naya sambil mengemas.

"Tadi solat dulu atau langsung pacaran?" tanya Azam.

"Aku masih mengeluarkan darah. Ayo ke Jakarta," ajak Naya tidak berani memandang suaminya.

"Alhamdulillah ... nih coba, menu panas hati baru saja buat, idenya ... setelah melihat istri saling menyuapi dengan orang lain," ujar Azam, lalu mengemas pakaiannya dan ganti baju di kamar mandi.