Tak begitu lama, mereka sampai disebuah taman yang memilih pemandangan indah, ada danau dan perahu kecil disana. Terlihat begitu banyak jenis bunga dan juga tempat bermain anak, salah satunya ayunan dan perosotan. Kevan menyadari bahwa Tania begitu menyukainya. Kevan merasa senang Tania menyukai tempat yang ia tunjukkan. Mereka lalu memutuskan untuk duduk di bawah pohon dipinggir danau. Mereka mulai mengeluarkan semua perlengkapan. Kevan sengaja membelikan beberapa camilan dan minuman kaleng sewaktu kerumah Tania, hal itu membuat gadis yang memiliki senyum mempesona itu tertawa terbahak.
"Niat banget ya kamu, Van. Sampai prepare beginian!" ucap Tania sambil tersenyum.
"Ya jelas, lah. Biar kita fokus sama kerjaan kita, kalau haus dan lapar udah gak usah nyari-nyari tinggal makan," jawab Kevan santai.
Mereka berdua lalu mulai mengerjakan tugas. Disela-sela kesibukannya Kevan bertanya kepada Tania apakah Tania sudah memiliki pasangan, mendengar pertanyaan Kevan sontak membuat Tania terkejut. Tania belum pernah berpacaran, memang Tania pernah menyukai sahabat kecilnya Steven saat masih duduk di bangku SD. Tapi sejak Steven pindah ke luar pulau mengikuti orang tuanya, mereka sudah tidak pernah komunikasi. Kevan sedikit canggung melihat ekspresi Tania yang dirasa berbeda.
"Sorry! Lupain aja. Aku cuma iseng tanya itu," ucap Kevan berdalih.
Sementara Tania merasa bahwa Kevan tidak enak kepadanya hanya tersenyum manis dan berkata, "Aku masih jomblo!"
Kevan berbalas senyum, mereka tampaknya merasa ada sesuatu tapi entah itu apa. Suasana kembali mencair, mereka bercanda gurau setelah pekerjaan mereka selesai. Tania meminta Kevan untuk mengajaknya menaiki perahu dan berkeliling sebentar. Kevan menuruti keinginan Tania. Keduanya menikmati kebersamaan mereka.
Tania Jovanka benar-benar merasa ada yang aneh dengan dirinya. Tapi ia tak mengerti apa itu. Yang dia tahu semua ini ada hubungannya dengan Kevan Celio. Bagaimana tidak, ketika Tania mengetahui jika Dea sahabatnya mencoba mendekati Kevan, ada perasaan cemburu dibenaknya. Padahal Tania dan Kevan hanya sebatas teman, tidak lebih!
Lalu kenapa harus ada perasaan kurang suka ketika Kevan dekat dengan cewek manapun termasuk Dea? Tania benar-benar bersusah payah untuk mengendalikan perasaannya agar tidak terlihat salah tingkah didepan Kevan ataupun teman-temannya.
"Eh, kalian tahu nggak Tania kenapa kok diam dari tadi? Ada yang dicurhati nggak?" tanya Siska kepada Dea, Rio dan Lala setelah memperhatikan Tania.
"Mana aku tahu, mungkin lagi bertengkar sama papanya," tebak Rio.
"Mungkin sih ... soalnya Tania kan kalau udah diem gitu pasti ada sesuatu," celetuk Lala dibarengi dengan anggukan setuju dari Dea.
Sementara Kevan yang duduk disebelah Tania hanya memperhatikan Tania yang sedang asik membaca buku. Tiba-tiba Kevan memberikan sebuah cokelat di depan meja Tania, sontak membuat Tania terkejut dan melihat kearah Kevan dengan tatapan bingung. Dea, Rio, Siska, Lala dan semua teman sekelas melihat kearah mereka. Bukan kebetulan, sejak Kevan datang semua mata selalu tertuju kepadanya. Tapi Kevan merasa biasa dengan hal itu. Kevan selalu ramah dan baik dengan siapapun. Banyak yang mencoba menarik perhatiannya, namun dimata Kevan, tetap Tania yang begitu mempesona.
"Eh! Apa ini Van?" tanya Tania bingung.
"Ini cokelat buat kamu, Aku juga punya hadiah buat kamu," Kevan mengeluarkan kotak berwarna merah muda dari dalam tasnya.
"Ini ... semoga kamu suka, ya?" Kevan memberikan kotak yang ada ditangannya kepada Tania.
Sementara Tania masih merasa bingung sekaligus senang. Tania menerima pemberian Kevan dan mengucapkan terimakasih. Semua temannya kali ini benar-benar melihat dengan tatapan penasaran.
"Boleh aku buka sekarang?" Tanya Tania canggung namun tersirat perasaan bahagia dari wajahnya.
"Tentu saja, Tan. Buka saja!" Kevan memberi isyarat persetujuan dengan menganggukkan kepalanya agar Tania segera membuka.
Tania mulai membuka pita berwarna merah yang bersimpul begitu rapi. Lalu membuka isi kotak itu, betapa kagetnya Tania ketika melihat sebuah jepit berbentuk kupu-kupu indah dengan taburan gliter warna warni. Tania benar-benar merasa senang. Matanya berbinar melihat kado dari Kevan yang begitu cantiknya.
"Kamu suka?" Kevan kembali bertanya ketika melihat senyum Tania terulas indah di bibirnya.
"Banget!" jawan Tania kegirangan. Kevan merasa senang Tania begitu menyukai hadiah pemberiannya. Dan lagi lagi semua mata yang sedari tadi memperhatikan mereka menunjukkan berbagai macam ekspresi. Dea merasa bahwa Kevan menyukai Tania membuat Dea cemburu dan segera meninggalkan kelas. Siska, Lala dan Rio berusaha mengejar Dea. Tapi saat akan meninggalkan kelas, Pak Edi sudah datang. Pelajaran pun dimulai.
***
Didalam kamar Tania masih saja tak berhenti melihat jepit rambut berbentuk kupu-kupu yang diberikan Kevan untuknya. "Benar-benar indah!" serunya dalam hati. Lalu dirinya membuka surat yang sedari tadi ingin ia baca disekolah. Tapi dia ingin membaca sendiri dirumah, dan bercerita kepada bik Ijah. Tania memang selalu menceritakan segala hal kepada bibik nya itu. Ia merasa nyaman berbagai isi hatinya kepada bik Ijah. Tania membuka sepucuk surat lalu mulai membaca isi surat itu.
Dear Tania,
Mungkin aku belum banyak mengenal kamu, tapi aku berharap kamu menyukai hadiah kecilku ini. Karena aku yakin kamu akan terlihat begitu cantik saat kamu memakainya.
Kevan Celio.
Tania begitu sangat bahagia, melihat gambar berbentuk hati tepat di akhir suratnya. "Apakah ini artinya Kevan mencintaiku?" tanya Tania pada dirinya. Masih dalam perasaan bahagianya, tiba-tiba handphone Tania berbunyi.
"KEVAN CELIO CALLING!"
Mata Tania terbelanga melihat nama yang berada dilayar handphonenya. Ia mulai mengatur nada suara agar tidak terlihat begitu mencolok di dengar Kevan.
"Hai! Van. Ada apa?" Tania menyapa seseorang yang berhasil membuat hatinya berbunga-bunga selama beberapa menit lalu.
"Belum tidur?" tanya Kevan dari dalam ujung telepon.
"Belum ngantuk. Kamu sendiri kok belum tidur?" Tania balik bertanya.
"Belum ngantuk juga, gimana suratnya udah dibaca?" pertanyaan Kevan yang membuat Tania gugup untuk menjawab.
"U-udah! Sekali lagi makasih. Aku bakalan pakai besok!" terang Tania berusaha menutupi kegugupannya.
"Yaudah, kamu tidur gih! Besok pagi aku jemput ya? Kita berangkat bareng bagaimana? Kamu nggak kebenaran kan?" tanya Kevan memastikan bahwa ajakannya diterima.
"Oh ... tentu tidak! Aku tunggu besok kalau begitu. Bye ...." ucap Tania bersemangat.
"Bye ...."
Telepon pun usai. Tania benar-benar merasa hari itu adalah hari yang luar biasa. Dia sampai loncat kegirangan didalam kamar. Wajahnya merona bagaikan kepiting rebus, untung saja tidak ada yang melihat bagaimana kondisinya sekarang. Jantungnya berdegup kencang seperti sedang menaiki roller coaster. Ia sudah tidak sabar menunggu hari esok. Tania bahkan mulai mempersiapkan baju dan segala keperluannya sendiri tanpa menunggu bik Ijah.
Tania segera membersihkan wajahnya dan segera pergi tidur, ia sangat yakin malam itu dirinya akan bermimpi indah. Apalagi jepit yang diberikan Kevan turut menemani tidurnya.