Isi Hati Arga

#ARGA POV#

BERTEMU CALON MERTUA CHECK✓

Hari itu aku ke butik Tania, rencananya aku ingin mengajak Tania untuk makan siang bersama. Tapi saat tiba di butik, aku tidak menemukan dirinya, pegawainya mengatakan jika Tania sedang berlibur bersama keluarganya. Aku merasa sedikit cemburu, kenapa Tania tidak memberi tahuku jika keluarganya datang kemari. Aku bisa saja ikut berlibur bersama mereka, setidaknya aku cukup memperkenalkan diri kepada calon mertua bahwa aku adalah pria yang sedang dekat dengan putri kesayangannya itu. Dengan rasa sedikit kecewa aku pergi meninggalkan butik dan menunggu Tania menghubungi diriku, namun ... itu tidak terjadi. Aku pun berusaha menghubunginya sendiri, sayangnya nomor Tania tidak aktif, aku yakin Tania ingin menghabiskan waktu bersama keluarga dengan baik tanpa gangguan siapapun termasuk aku. SIAL!

Aku begitu ingin mendapat pengakuan di depan keluarga Tania, siapa diriku ini, bodoh! Aku saja sampai detik ini belum tahu status kita seperti apa. bisa-bisanya aku merasa sakit hati kepada Tania karena dia tidak memberi tahuku mengenai kedatangan keluarganya.

Setelah hampir lima hari aku tidak bertemu dengan Tania, aku memutuskan untuk mengunjungi Tania ke butik meskipun nantinya bisa saja aku akan bertemu dengan keluarga Tania. Aku tidak peduli sama sekali dia mau mengakui aku sebagai teman dekatnya atau rekan kerjanya aku tidak peduli, yang penting aku menunjukkan diri kepada mereka, ya ... aku harus membuat rencana agar keluarga Tania menyukai diriku dan menerimaku menjadi menantunya kelak. Ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh aku sia-siakan begitu saja. Lagipula Tania mungkin saja tidak akan memperkenalkan aku kepada keluarga dia jika mereka tidak datang kesini.

Aku menghubungi Tania, dan kali ini Tania merespon, gadis ini benar benar membuatku gila. Menuggu kabar darinya saja sudah seperti menunggu hujan di musim panas, namun tetap saja aku tidak bisa berpaling dari gadis ini meskipun aku berusaha keras. Sial! Aku seperti terkena karma dari semua gadis yang sakit hati karena ku.

"Halo, Arga. Sorry banget aku baru hubungi kamu sekarang. Aku sibuk sekali bersama keluargaku, mereka baru datang kesini, jadi aku harus menghabiskan waktu bersama mereka. Sekali lagi aku minta maaf." Terang Tania kepadaku ditelepon.

Gadis ini bisa membuatku mati seketika dan bisa membuatku hidup kembali dengan mudah. Walaupun begitu aku sangat yakin ingin hidup bersamanya seratus tahun lagi jika diperbolehkan Tuhan. Mencintai sosok seorang Tania Jovanka adalah sebuah keindahan tersendiri bagiku, apalagi jika bisa mendapatkannya. Aku merasa dia adalah anugerah Tuhan yang maha indah.

"Iya nggak masalah, aku sudah tahu dari Fara. Beberapa hari yang lalu aku ke butik kamu dan Fara memberi tahu aku jika keluarga kamu disini dan kamu berlibur bersama mereka." Jawabku dengan santainya, padahal mengingat kembali waktu itu aku masih merasa kecewa dan sedih.

"Iya, aku bahagia sekali. Kamu tahu, bukan cuma papa dan tante Sarah saja yang datang. Tapi juga ada bik Ijah, pak Ujang dan Risa kesini! Aku happy sekali, Arga. Kamu kan tahu aku nggak bisa pulang, dan ternyata mereka yang kemari .... " seru Tania begitu bergembira. Dan aku pun merasa lebih bahagia lagi bisa mendengar suara merdunya setelah lima hari.

"Aku ikut bahagia, Tan. Kalau kamu happy begini, lalu bisa kah aku bertemu? Ada beberapa hal yang ingin aku bahas bersama kamu mengenai persiapan pembukaan produk kita, semua vendor menginginkan jawaban kita secepatnya."

"Oh, tentu bisa. Kamu datang saja, aku juga mau kenalin kamu sama papa juga yang lainnya kalau kamu tidak keberatan."

Dasar gadis tidak peka, tentu saja hal itu yang aku inginkan sedari awal. Tapi syukurlah dia mengatakan hal itu, aku sudah tidak sabar bertemu keluarganya.

"Tentu saja aku sangat senang, baiklah aku akan kesana. See you ...."

"Okay see you, Arga."

Setelah Tania menutup telponnya, aku segera bergegas menuju butik. Sebelum itu aku mengecek semua penampilanku, sudah seperti pangeran tentu saja. Aku memesan beberapa cake kesukaan Tania, dan aku memberikan bunga untuk calon mama mertua. Tapi apakah itu tidak berlebihan?  Tentu saja tidak, lagipula Tania memintaku datang. Jadi ... aku tidak akan seperti orang salah alamat.

Saat sedang berada di jalan, Rebecca tiba-tiba menghubungi. Entah kenapa manusia satu ini tidak pernah membiarkan aku absen untuk tidak memberi tahu jadwalku di kantor setiap hari kepadanya. Padahal Elen sekretaris ku sudah mengetahui semua jadwal yang akan aku lakukan untuk satu pekan mendatang. Dan harusnya dia bisa bertanya kepadanya. Entah kakak ku ini tidak puas jika tidak mendengar langsung dari mulut ku sendiri.

"Iya halo, aku lagi di jalan mau ke butik Tania bertemu calon mertua."

"Are you sure?" Rebecca seolah tidak percaya dengan apa yang aku katakan.

"Dikasih tahu malah begitu, iya serius lah. Sudahlah, nanti aku telpon balik, bye!"

Aku langsung menutup telponnya saat lampu sudah kembali hijau.

Setelah sampai di butik Tania, aku segera turun dari mobil dan masuk. Rasa deg degan tiba-tiba menghantui diriku. DAM!

Aku menjadi berkeringat dingin, sehingga langkahku terhenti sebentar

Aku lihat Ningsih dan juga Fara serta yang lainnya sedang memperhatikan diriku yang duduk di kursi tamu dan tidak langsung ke ruang kerja Tania.  Fara menghampiriku dan bertanya kenapa aku justru duduk di sini, aku terpaksa berbohong untuk menutupi rasa malu jika aku nervous bertemu dengan keluarga Tania, bisa-bisa Fara dan yang lainnya menertawakan diriku yang terkenal Perfectooo ini.

Setelah beberapa menit aku mengatur napas, aku segera menuju ruang kerja Tania. Disana sudah ada papa Tania dan seorang wanita cukup cantik yang tidak lain adalah mama tiri Tania, tante Sarah juga Bik Ijah dan Pak Ujang.

Meskipun ini pertama kalinya aku bertemu dengan mereka, tapi aku pernah melihat Tania menunjukkan foto mereka di handphonenya. Jadi aku masih ingat betul wajah mereka.

Tania melihatku dan menghampiriku dengan senyum indahnya yang selalu membuat candu.

"Hai, sini, aku kenalin sama keluarga ku."

Tania menggandeng lenganku, sementara semua orang melihatku dengan ekspresi penasaran. Tania mulai memperkenalkan aku pada papanya, lalu mama Sarah, dan setelah itu kepada bik Ijah dan pak Ujang. Aku merasa senang melihat ekspresi mereka yang sangat hangat. Apalagi papa Tania mengajakku ngobrol beberapa hal. Aku merasa semakin dekat dengan keluarga Tania, rasa nyaman juga aku rasakan. Benar kata Tania, papa nya adalah orang yang sangat pintar, tak salah jika Tania juga sama seperti papa nya. Sedangkan mama Sarah tidak seperti yang aku duga, dia sangat baik dan penyayang. Aku melihat ketulusan dimatanya saat menatap Tania. Apalagi kedua pembantu kesayangan Tania itu benar-benar nyaman, mereka doyan sekali bercanda. Kami bercanda gurau bersama. Keluarga Tania begitu hangat dan sangat luar biasa. Aku merasa lebih menginginkan lagi untuk segera menjadi bagian dari mereka.