Serangan I

Suara jerit memilukan langsung terdengar ke segala penjuru mata angin. Belasan tamu undangan yang bernasib malang itu segera bergulingan di lantai.

Mereka meraung-raung menahan rasa sakit yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Tubuh para tamu undangan mengeluarkan keringat dingin. Seluruh pakaiannya dibuat basah kuyup.

Orang-orang itu terus melakukan hal serupa sebelum akhirnya mereka tidak bergerak lagi. Belasan pendekar itu tahu-tahu sudah berubah menjadi sesosok mayat.

Belasan korban langsung berjatuhan hanya dalam waktu yang sangat singkat sekali.

Darah segar meleleh keluar dari seluruh lubang di tubuhnya. Mata mereka mendelik. Sepertinya orang-orang itu tidak pernah membayangkan kalau dirinya akan mampus begitu mudahnya.

Bau anyir dari darah yang terus kelaur itu mulai terasa menusuk hidung. Mereka yang tersisa mulai merasa perutnya seperti dipelintir. Orang-orang itu merasa mual. Tapi sebagai orang persilatan, tentunya mereka bisa menahan semua perasaan tersebut.

Selang setengah jam kemudian, hujan jarum rahasia itu sudah musnah. Semua jarum tersebut berhasil dimentahkan oleh Pendekar Pedang Tanpa Tanding. Zhang Yixing telah menyelamatkan puluhan nyawa manusia yang ada di sana.

Naas, sebelum dirinya mengambil nafas lega, tahu-tahu dari segala penjuru sudah bermunculan puluhan orang pula. Mereka semua memakai cadar berwarna merah darah. Senjata mereka berupa golok tajam yang cukup panjang.

Begitu menyaksikan keadaan para pendekar yang begitu memprihatinkan, puluhan orang bercadar merah itu tersenyum dari balik cadarnya. Mereka membentak nyaring, sesaat kemudian orang-orang itu langsung melancarkan serangan dahsyat.

Puluhan sinar golok mulai memenuhi ruang tamu tersebut. Cahaya keperakan datang bagaikan amukan ombak di tengah samudera.

Kebetulan pada saat itu, para pendekar yang tadi sedang menghimpun hawa murni, sekarang mereka sudah menyelesaikannya. Ketika menyadari ada ancaman yang mengarah ke tubuhnya masing-masing, para pendekar segera mengambil tindakan cepat.

Masing-masing langsung mengeluarkan senjata pusaknya. Pertempuran tidak bisa dielakkan lagi.

Para pendekar membalas bentakan nyaring musuh. Sesaat kemudian mereka pun langsung melancarkan serangan balasan yang sangat berbahaya sekali.

Pertempuran sengit segera terjadi. Masing-masing pihak langsung mengeluarkan jurus-jurus kelas atas yang mereka miliki. Para tamu undangan Zhang Yixing bukanlah pendekar kelas teri. Hampir semuanya merupakan pendekar kelas atas.

Karena itulah tidak heran kalau mereka mampu menggempur lawannya dengan serangan-serangan ganas dan lihai. Kilatan cahaya perak terus terlihat tanpa jeda.

Benturan dan bentakan nyaring semakin terdengar dengan sangat jelas.

Sementara di sisi lain, Pendekar Pedang Tanpa Tanding juga saat ini sedang bertarung. Sekarang dia sedang melawan tiga orang musuh bercadar merah yang juga menggunakan golok.

Golok ketiga orang itu berusaha untuk terus merangsek ke arah Zhang Yixing. Mereka menyerang secara bersamaan. Kerja sama yang dilakukannya terhitung baik.

Buktinya saja ketiga orang itu mampu mendesak dirinya. Meskipun kejadian itu hanya sementara dan segera bisa dibalikkan kembali olehnya, namun hal itu terhitung luar biasa. Karena tidak semua musuhnya bisa melakukan hal demikian kepada Pendekar Pedang Tanpa Tanding.

Ketika pertarungan di antara mereka sudah mencapai sekitar dua puluh jurus, secara tiba-tiba Pendekar Pedang Tanpa Tanding membentak nyaring.

Gerakan pedangnya seketika berubah drastis. Kecepatannya juga semakin luar biasa.

Dia telah mengeluarkan jurus Seribu Pedang Menghancurkan Alam Semesta yang merupakan salah satu jurus terkuat miliknya.

Ribuan titik pedang tercipta. Cahaya pedang juga datang bergulung-gulung seperti air bah.

Cuma dalam hitungan beberapa jurus ke depan, ketiga orang tersebut tahu-tahu sudah mampus. Ketiganya mengalami luka serius dibagian dadanya. Sejalur luka goresan akibat pedang yang tajam tampak sangat jelas sekali.

Darah segar mengucur. Jeroan tubuhnya juga sedikit nampak.

Sementara di sisi lain, begitu selesai membunuh ketiga orang tersebut, orang tua itu segera mencari lawan lainnya lagi.

Dirinya yakin bahwa apa yang baru saja dialami olehnya merupakan awal. Awal dari sebuah sesuatu yang tidak bisa dibayangkan bagaimana kelanjutannya.

Pendekar Pedang Tanpa Tanding kembali melangkahkan kakinya.

Namun baru saja berjalan beberapa langkah ke depan, mendadak dua batang tombak tahu-tahu melesat dari samping kanan dan kirinya.

Kedua batang senjata pusaka itu datang secara tidak diduga sebelumnya.

Zhang Yixing sendiri merasa sangat terkejut. Untunglah dia sudah terbiasa dengan situasi dan ancaman semacam itu, sehingga tubuhnya sudah dapat merasakan jika ada sesuatu yang membahayakan nyawanya.

Wushh!!!

Pendekar Pedang Tanpa Tanding melompat ke atas. Tubuhnya berjumpalitan satu kali lalu kemudian mundur ke belakang. Bersamaan dengan kejadian tersebut, pedang pusaka di tangan kanannya juga langsung diayunkan untuk menangkis dua batang tombak tersebut.

Trangg!!!

Benturan kembali terjadi. Percikan api membumbung tinggi ke angkasa.

Dua batang tombak itu terpental ke tempat asalnya. Luncurannya malah jauh lebih cepat daripada datangnya. Bersamaan dengan kejadian itu, dua sosok manusia tiba-tiba menyambut pusaka tersebut lalu mereka langsung mengeluarkan jurus yang berbahaya.

Dua batang tombak itu kembali datang menerjang ke arahnya. Namun berbeda dengan sebelumnya, sekarang tombak itu bergerak-gerak bagaikan dua ekor naga liar yang sedang mengamuk. Seluruh tubuh Pendekar Tanpa Tanding menjadi bulan-bulanan dua orang ahli tombak tersebut.

Trangg!!! Trangg!!!

Benturan kembali terjadi. Kedua belah pihak sama-sama mundur ke belakang. Pertarungan sempat terhenti sesaat.

"Siapa kalian?" tanya Pendekar Pedang Tanpa Tanding dengan sorot mata yang sangat tajam.

"Si Tombak Kembar Dari Utara…" jawab salah seorang dari mereka.

Orang itu mempunyai perawakan sedang. Tubuhnya sedikit kurus, rambutnya sebagian digelung dan dijepit oleh tusuk konde yang terbuat dari batu giok.

Wajahnya cukup aneh. Mata bagian kanannya sangat besar, sedangkan mata kirinya terlihat normal seperti umumnya. Hidungnya juga besar. Mirip seperti hidung burung betet.

Setelah diperhatikan lebih teliti, ternyata keduanya mempunyai ciri-ciri dan bentuk tubuh yang hampir mirip. Ternyata mereka kembar.

Kalau pada situasi biasa, mungkin Zhang Yixing akan tertawa karena melihat orang itu. Sayang, bukan saja saat ini tidak tepat untuk tertawa, malah hakikatnya dia memang tidak bisa tertawa sama sekali.

Memangnya, manusia mana yang masih bisa tertawa disaat-saat genting seperti sekarang?

"Mau apa kalian datang kemari?"

"Kami ingin semua nyawa orang-orang yang ada di sini,"

"Memangnya kalian siapa? Apakah kalian juga pikir sanggup mencabut nyawa semua pendekar yang hadir?"

"Kami berdua jelas tidak sanggup. Tapi yang lain pasti akan sanggup,"

Untung kesekian kalinya, Zhang Yixing dibuat tertegun. Karena sedikit banyaknya, orang tersebut sudah memberitahukan bahwa di tempat ini masih banyak orang lain lagi. Bukan cuma mereka berdua saja.

"Berapa banyak orang yang datang ke sini?"

"Tidak banyak, hanya sekitar seratus orang saja,"

Seratus orang? Hampir saja Pemimpin Partai Pedang Kebenaran itu menjerit karena saking kagetnya.

Seratus orang bukanlah jumlah yang sedikit. Malah terbilang banyak. Apalagi dia sendiri tahu bahwa mereka yang datang bukanlah pendekar kelas bawah. Mereka semua pasti pendekar kelas atas.

Jika dalam keadaan normal, orang tua itu yakin kalau pihaknya bisa menghadapi mereka semua. Tapi dalam keadaan setelah keracunan seperti saat ini, benarkah mereka masih punya kemampuan untuk menghadapinya?