Perang Karbala

Husain berpindah ke Makkah bersama keluarganya, kemudian dia menerima surat dari masyarakat Kufah pendukung 'Ali, mengundangnya ke sana untuk memimpin revolusi melawan Yazid. Husain kemudian memerintahkan sepupunya, Muslim bin 'Aqil bin Abi Thalib untuk memantau keadaan di Kufah. Husain juga menulis surat ke Bashrah, tetapi pembawa pesan ditangkap dan surat tersebut diserahkan kepada 'Ubaidillah bin Ziyad. Di Kufah, Muslim bin 'Aqil menyaksikan dukungan sangat besar dari penduduk Kufah dan meminta Husain untuk datang.

Mendapat kabar dari Muslim bin 'Aqil, Husain akhirnya berencana bertolak ke Kufah. 'Abdullah bin 'Umar, 'Abdullah bin Zubair, dan 'Abdullah bin 'Abbas menentang rencana Husain dan memintanya tetap di Makkah. Bila tetap berkeras, mereka menasihati untuk meninggalkan wanita dan anak-anak, mengingat ini adalah perjalanan yang berbahaya. Namun Husain menolak usulan mereka. Di sisi lain, mengetahui rencana perlawanan atas pemerintahannya, Yazid memerintahkan 'Ubaidillah bin Ziyad menundukkan Kufah. 'Ubaidillah kemudian menundukkan upaya perlawanan dengan keras dan Muslim bin 'Aqil dibunuh. Di tengah perjalanan, Husain menerima kabar terbunuhnya Muslim bin 'Aqil dan penduduk Kufah yang telah beralih pihak. Meski begitu, Husain dan para pengikutnya tetap melanjutkan perjalanan. 'Ubaidillah bin Ziyad yang memimpin setidaknya 4.000 pasukan Umayyah kemudian bertolak menghadang rombongan Husain. Pertempuran antara kedua pihak terjadi di Karbala pada 10 Oktober 680 M (10 Muharram 61 H). Lebih dari 1.000 pasukan tewas di pihak Umayyah. Korban di pihak Husain sendiri berjumlah antara 72 sampai 110 dan Husain sendiri terbunuh pada peristiwa tersebut. Keluarga Husain kemudian ditangkap dan dibawa ke Syria.

Terbunuhnya Husain menjadikan reputasi Yazid jatuh. Hal ini juga menggiring perlawanan yang awalnya hanya penentangan terhadap Yazid berubah menjadi gerakan anti-Umayyah.Peristiwa ini juga semakin mengukuhkan perselisihan dan kesenjangan antara Sunni dan Syiah.