Kediaman Dan Tahun Tahun Terakhir Abdul Malik Bin Marwan

'Abdul Malik membagi waktunya antara di Damaskus dan kediaman musimannya. Dia menghabiskan musim dinginnya di Damaskus dan Ash-Shinnabra, dekat Danau Tiberias, kemudian di Jabiyah di Dataran Tinggi Golan dan Dayr Murran. Dia kembali ke kota saat bulan Maret dan pergi saat musim panas ke Baalbek di Lembah Bekaa.

Masa-masa akhir kekuasaan 'Abdul Malik disifati dengan pengukuhan kekuasaan yang damai dan makmur. Salah satu masalah utama yang dihadapi 'Abdul Malik adalah perihal pewaris. Pada tahun-tahun terakhir Marwan, 'Abdul Malik dilantik sebagai putra mahkota dan 'Abdul 'Aziz menjadi putra mahkota kedua. Itu artinya, sepeninggal 'Abdul Malik, takhta harusnya diserahkan kepada 'Abdul 'Aziz. 'Abdul Malik sendiri menginginkan agar putranya, Al-Walid, yang menjadi penerusnya, tetapi 'Abdul 'Aziz tidak berniat melepas statusnya. Namun potensi perselisihan pewaris ini dapat dihindari setelah 'Abdul 'Aziz meninggal pada Mei 705. 'Abdul Malik kemudian mengangkat Al-Walid sebagai putra mahkota dan Sulaiman, putranya yang lain, sebagai putra mahkota kedua. 'Abdul Malik sendiri mangkat sekitar lima bulan setelahnya, yakni pada awal Oktober. Sepeninggalnya, putra-putranya memegang tampuk kekhalifahan sampai tahun 743, kecuali pada tahun 717–720.