Sebulan kemudian.
Setelah percakapan Keyla dengan papanya. Dirinya sudah mulai melupakan sosok yang diceritakan papanya itu. Dan kali ini seperti biasa, Keyla mulai membuat ulah dengan tidak mengumpulkan PR.
"Kalian ini sudah kelas tiga. Kalau PR saja kalian abai, apalagi hal lainnya. Sekarang yang tidak mengerjakan PR, pergi ke perpus lalu kerjakan soal-soal ini! Mengerti! Termasuk kamu Keyla, walau kamu anak baru!" ucap Bu Sasa selaku guru matematika yang paling galak.
Keyla hanya sanggup menghela nafas. Dirinya yang memang ingin berubah tetapi belum sanggup melakukannya. Namun, sikap sombongnya masih melekat erat.
Setelah peristiwa di sekolah lamanya yang membuat dirinya itu dikeluarkan. Keyla terus berusaha menjadi baik meski caranya terlalu vulgar.
Keyla lalu berdiri diantara murid yang lainnya.
"Saya Bu. Saya lupa mengerjakan PR. Tidak perlu ibu harus buat pengumuman. Cukup sebutkan nama saya, cukup!"
Pengakuan Keyla sontak membuat seluruh kelas kaget.
"Oh, jadi kamu benar tidak mengerjakan. Saya pikir hanya rumor. Silahkan pergi dari kelas saya!"
Keyla lalu membawa tasnya dan pergi dengan rasa malu dipertontonkan teman sekelasnya. Terlebih dia amat kesal dengan kelakuan Bu Sasa.
Padahal baru seminggu Keyla di sekolah ini. Namun dirinya sudah terkenal sombong. Sebelumnya dia tidak pernah merendah hati seperti ini. Tetapi karena ultimatum papanya, dia pun menahan semua rasa kesal dan malunya itu.
Akhirnya Keyla sampai di ruang perpustakaan. Dia melihat seorang penjaga perpus lalu menyapanya.
"Assalamualaikum, Pak,".
"Waalaikumsalam… Ah, kenapa kamu di jam pelajaran datang ke perpustakaan? kamu sedang cabut pelajaran ya?" ucap Pak Mulyo, selaku guru yang menjaga ruang perpus itu.
"Aduh pak, kalo mau ngomel-ngomel sama Bu Sasa aja, dia yang menyuruh saya kesini!"
"Oh, pasti kamu tidak mengerjakan tugas, ya sudah silahkan isi nama kamu disini!"
"Oke!" Keyla mulai menuliskan nama.
"Keyla! Oh, jadi kamu itu toh murid baru yang paling sombong di sekolah ini."
"Ih apaan sih guru-guru zaman sekarang pada gaje semua!"
Pak Mulyo hanya menggelengkan kepala menanggapi ucapan Keyla. Dia malas berkata kasar karena dia tahu papanya Keyla adalah orang yang paling penting di sekolah ini. Kepala sekolah sekaligus kepala yayasan.
Keyla lalu melangkah ke arah tempat duduk dan menaruh tas serta kertas ulangan yang diberikan Bu Sasa tadi.
Keyla mulai mengitari perpustakaan untuk mencari buku matematika karena pelajaran ini menurutnya paling sulit. Terlebih dia ingin mencari buku rumus atau semacamnya agar lebih mudah mengerjakan soal itu.
"Aduh, gue baru kali ini ke sini. Di mana sih buku matematika!" gumam Keyla sambil mencari ke seluruh penjuru perpustakaan di mana letak buku matematika tersebut.
Setelah mencari kemanapun Keyla tidak berhasil menemukan buku itu. Dia pun kembali ke meja pak Mulyo untuk menanyakan hal tersebut.
"Pak, di mana sih buku matematika edisi tahun 98' kelas tiga. Katanya ada di perpus ini?"
"Oh buku itu. Noh, ada di pojok. Bapak pikir udah nggak kepakai jadi bapak taruh sana saja!"
Keyla lalu menengok ke arah yang Pak Mulyo tunjuk, memang di sana terdapat tumpukan buku-buku yang sudah lusuh. Keyla menarik nafas dan berjalan ke arah yang ditunjuk tadi untuk mengambil buku matematika itu.
Setelah sampai di sana Keyla mulai mencari buku itu tetapi dia mendengar sebuah bisikan memanggil namanya.
"Ki… nanti… " Bisikan pelan dan lirih membuat bulu kuduknya berdiri. Perlahan Keyla menengok ke arah sumber suara. Namun, ternyata memang tidak ada siapa-siapa disana.
Keyla yang kesal mengira itu adalah perbuatan Pak Mulyo. Dia lalu menghampiri kembali Pak Mulyo sambil berkacak pinggang.
Brak!!
Keyla menggebrak meja Pak Mulyo.
"Pak. Saya tahu perpus ini lagi sepi, bisa nggak sih bercandanya dikurangin dikit gitu!"
"Hah! Apa maksud kamu? Saya bercanda? Bercanda apa?"
"Bapak tadi ngapain manggil-manggil saya dengan suara menakutkan. Keyla… sok-sok dipelanin kayak gitu, dipikir Bapak saya takut, mentang-mentang disini kita cuma berdua!"
"Apa sih Bapak nggak ngerti? Beneran, Bapak nggak panggil kamu, Bapak dari tadi sedang membereskan buku."
"Hadeh, awas aja ya kalau terulang lagi!"
"Apa ya? Aneh sekali itu anak!" gumam Pak Mulyo.
Keyla lalu berjalan dengan malas kembali ke arah tumpukan buku itu, setelah mendapatkannya dia kembali ke meja untuk mengerjakan soal-soal dari gurunya tersebut.
Setelah satu jam berkutat dengan soal-soal. Keyla baru menyelesaikan setengahnya tetapi perutnya sangat lapar lagi pula bel istirahat sudah berbunyi. Keyla lalu meminta izin kepada Pak Mulyo untuk pergi sebentar karena dia ingin membeli makanan.
"Pak, aku mohon. Aku lapar!"
"Kalau kamu mau pergi, lapor dulu sama Bu Sasa!"
"Aduh Pak, kalau saya lapor sama dia, ya nggak diijinin lah tapi saya laper banget. Ntar kalau saya kenapa-napa disini pingsan gitu, Bapak loh pasti kena kasus! Orang tua saya akan menuntut itu!"
"Eh iya, ya. Ya sudah kamu ngumpet ya ke kantinnya."
"Oke Pak, makasih ya."
Keyla lalu keluar dari perpustakaan dengan mengendap-ngendap. Dia sengaja meminjam sandal Pak Mulyo karena dia tahu guru seperti Bu Sasa akan mengawasi sepatunya saja, karena mereka orang yang paling malas keluar dari ruang guru pada jam istirahat.
Dengan gaya seperti maling, Keyla berhasil pergi ke kantin. Meski banyak anak murid lainnya melihat keanehannya itu. Mereka tidak berani bersuara.
Ketika sampai di kantin, dia bertemu dengan teman-teman barunya yaitu Martha dan juga Angel.
"Bebeb…" ucap Keyla sambil memeluk Marta dan juga Angel yang sedang duduk di bangku barisan tukang mie Ayam.
"Ih akhirnya lo bebas juga, udah selesai lo?" tanya Angel.
"Belum, tapi gua laper banget, gila emang. Lo bayangin aja gue disuruh ngerjain soal segitu banyaknya. Sejam ini aja gua baru selesai separo! Emang rese tuh guru perlu dikasih paham!'
"Udah, udah, salah lu sendiri sih lagi semesteran pelajaran Bu Sasa, lo cabut ke warnet. Udah tahu Bu Sasa kalau marah nggak main-main meski lo anak pejabat juga!" seru Martha.
"Aduh, Bu Marta yang cantik jelita seperti bidadari dari surga. Udah dong di saat gue lagi bad mood kayak gini nggak usah ceramah dulu. Gih, pesenin gua mie ayam atau apa kek gitu. Gue laper nih!"
"Kebiasaan lu mah. Ya udah tunggu sini!"
Angel hanya bisa tertawa melihat kedua temannya saling berpendapat.
"Oh ya Kin, lu ngerasa ada yang aneh nggak selama di perpus?" Angel penasaran.
"Nggak ah, ngak ada apa-apaan kok. Kenapa emangnya?" Keyla penasaran.
"Itu, di perpus katanya ada hantu yang kesepian. Dia sering ganggu murid kalau sepi. Dulu dia kutu buku yang meninggal di sana karena di bully atau apa gitu!"
"Hah?"
Bersambung …