"Halo, Ibu, Ayah," sapa Lavina menaruh rangkaian bunga yang terlihat cantik dan harum, seraya berjongkok memandanginya makam kedua orang tuanya. "Kalian baik-baik aja kan di surga?"
Tangan kanan nan kurus miliknya membelai batu nisan bertuliskan deretan huruf yang membentuk nama mereka. Lavina menghela napas panjang menahan gejolak rindu yang membuncah sepeninggal kedua orang tua yang sangat dihormati dan disayangi. Kristal bening bergumul di pelupuk mata lantas meluncur begitu saja menuruni kedua pipi di wajah yang tembem itu.
"Maaf, ya, Bu, Yah... Lavina gagal lagi," lirihnya mulai bercerita, "Lavina baru aja patah hati, Bu ... Ayah ... pasti marahi dia kan yang udah menyakiti putri kesayangan Ayah? Kalau Ayah masih ada, Lavina pengen pinjam katana buat tebas dadanya Reiki."