Seorang perempuan 16 tahun, dengan hidung mancung, tubuh tinggi, rambut hitam, kulit putih, sangat cocok untuk dikatakan hampir sempurna. Namanya Liliana Pramudia biasa dipanggil Liana, anak ketiga dari sosok ibu dan ayah bernama Prawesti Ayu dan Dimas Ananta. Kakak pertamanya bernama Jackson Ananta, dan Kakak keduanya bernama Dewa Pradana.
Liliana duduk di kelas 3 SMP, di salah satu sekolah favorit di Jakarta Selatan. Ya, memang Liana terlahir dari keluarga yang bisa dibilang berkecukupan secara materi.
Kedua kakak laki - laki nya itu sudah bekerja menggantikan ayahnya Dimas yang sudah tiada setahun lalu karena kecelakaan yang cukup besar. Ibu nya Ayu juga menghadap ilahi bersama ayahnya pada waktu itu. Tersisa mereka bertiga yang selamat dari kecelakaan pada masa itu.
"Lina!" Terdengar sebuah teriakan yang sangat familiar. Liana sangat hafal dengan suara itu, panggilannya Lina dan bukan Liana, bukan lain adalah Kakaknya Dewa yang sedang memanggil namanya dengan khas, terlihat juga Jackson yang melambaikan tangannya. Liana berada di gerbang sekolah. Pulang sekolah dengan seragam SMP nya sambil mencari driver ojek online dari ponselnya. Liana langsung menghampiri kakaknya yang menaiki mobil jaguar kesayangan kakaknya.
"Lah kak? Bukannya kerja jam segini?" Ucap Liana yang terheran melihat kakaknya saat ini. Ini hari rabu pukul 14.30, biasanya kedua kakaknya ini masih dikantor. "Lah emang kenapa? bos mah bebas dek haha" Ucap santai Dewa di bangku pengemudi. Jackson keluar mobil dan memegang kepala liana yg tinggi badannya hanya se pinggang jackson. "Lin ayo pulang bareng abang, sekalian main ke mall" Ucap Jackson. "B - bentar bang? Naik ini?" Jawab Liana ragu. "Yaiya dek emang mau naik apa lagi? Ayo cepet" Saut Dewa. Liana menatap Jackson khawatir. "Gapapa dek, ayok belajar berani lagi, ini udah lama banget semenjak bunda dan ayah ngga ada, kamu ga pernah mau naik mobil. Abang paham kata psikolog waktu itu, kan emang disuruh biasain naik mobil juga kan? Harus di lawan rasa takutnya" Ucapan Jackson dan usapan tangannya pada rambut liana perlahan meluluhkan hati Liana.
Liana menderita Trauma pasca kecelakaan dan Anxiety Disorders akibat trauma nya saat kecelakaan waktu itu. Hal ini membuat Liana sangat menderita saat menaiki mobil, seperti pada waktu pertama kali Liana mendapatkan penyakit mentalnya, ia ketakutan, menangis, bahkan hingga tak sadarkan diri pada saat itu karena seketika terputar memori saat ibu nya melindungi Liana, Dewa, dan Jackson saat kecelakaan terjadi.
Dengan rasa takut yang membuat nafas Liana serasa ingin berhenti saat itu juga, dan dengan tubuh yang bergetar, akhirnya Liana masuk ke mobil bersama dengan Jackson di bangku belakang. Benar sekali, memori kecelakaan itu berputar di kepalanya, membuat Liana semakin gelisah dengan nafas terengah engah dan keringat yang membasahi keningnya. Refleks Jackson mendekap erat tubuh kecil Liana membuat memorinya kini memudar dan hilang. Tubuh Liana lemah di pelukan Jackson, kakaknya saat ini sangat mengerti perasaan liana, dia mengusap erat punggung Liana yang kini tertidur dipelukannya.
Liana kesayangan kedua kakaknya, mereka sangat sakit hati melihat Liana terpuruk seperti ini, mereka merasa bersalah karena tidak bisa ikut melindungi siapa2 saat itu.