Jangan Pergi

Ardi mengemasi barang-barangnya, memasukkan beberapa helai pakaian ke dalam koper juga juga laptop dan beberapa peralatan kerja.

Hani hanya terdiam menyaksikan suaminya yang sibuk sendirian. Biasanya jika Ardi ke luar kota dia yang akan direpotkan. Kali ini, dia memilih untuk tidak ambil peduli, toh Ardi akan pergi menemui wanita lain.

"Mas cuti satu minggu, ya. Cecil mau lahiran. Ini sudah dekat HPL."

Ardi menatap wajah istrinya dengan lekat. Ada rasa bersalah dalam hatinya saat harus meninggalkan mereka. Apalagi alasannya karena wanita lain yang sebentar lagi akan melahirkan anaknya.

"Iya, Mas." Hanya itu yang bisa Hani ucapkan. Hatinya telah mati dan beku, dihantam dengan berbagai macam kekecewaan. Kepada takdir hidup, kepada orang lain, juga kepada dirinya sendiri.

"Maafkan aku." Ardi hendak memeluknya, tetapi tangannya ditepiskan. Lelaki itu pasrah, lalu mendorong koper ke luar kamar.