Hujan Senjata Rahasia

Dari segala penjuru mata angin mendadak muncul puluhan atau bahkan ratusan senjata rahasia. Ada yang berbentuk pisau terbang, jarum rahasia, bahkan ada pula senjata rahasia yang menyerupai bintang.

Semua serangan gelap itu muncul secara bersamaan. Mei Lan seolah-olah sedang dilanda oleh hujan. Tapi bukan hujan air. Melainkan hujan kematian.

Pada saat berada dalam kondisi seperti itu, kematian memang selalu terasa lebih dekat. Jarak antara hidup dan mati sangat berdekatan. Mungkin ibarat jari telunjuk dan jari tengah. Mungkin juga ibarat tenggorokan dan urat nadi.

Sekali saja melakukan kesalahan, niscaya nyawa sendiri yang menjadi gantinya.

Untunglah Jiang Mei Lan tidak melakukan kesalahan. Sedikit pun tidak. Gadis itu bergerak seperti sudah seharusnya. Meskipun hujan senjata rahasia terus menghujani seluruh tubuhnya dari segala penjuru, tapi entah bagaimana caranya, semua senjata rahasia itu satu pun tidak ada yang berhasil mengenai dirinya.

Jangankan membunuh atau melukai, bahkan menyentuh ujung bajunya pun tidak.

Mei Lan seolah tembus pandang. Dia seperti kabut di pagi-pagi buta. Terlihat oleh mata, tapi tidak bisa disentuh walau dengan cara apapun.

Tubuhnya terus bergerak. Dia berputar-putar di tengah udara untuk beberapa saat. Ini adalah salah satu cara untuk menghindari hujan senjata rahasia tadi.

Selang beberapa saat kemudian, tangannya mulai mengibas secara perlahan. Perlahan namun pasti. Tapi semakin lama malah makin cepat.

Dari putaran tangan itu tercipta satu kekuatan dahsyat. Seluruh senjata rahasia yang melesat ke arah dirinya, tiba-tiba terhenti di tengah jalan. Yang lebih hebatnya lagi adalah bahwa senjata rahasia itu, tahu-tahu sudah berkumpul di sisinya.

Ratusan senjata rahasia berputar-putar. Seperti halnya planet yang mengelilingi matahari. Sama seperti kibasan tangannya tadi, semua senjata rahasia itu pun, semakin lama malah makin berputar lebih cepat lagi.

Wushh!!!

Setelah semua senjata rahasia yang disambitkan benar-benar telah berkumpul di sekeliling tubuhnya, mendadak gadis cantik itu menghentakkan kedua tangannya ke depan.

Ratusan titik hitam meluncur secara bersamaan.

Ratusan senjata rahasia tadi, sekarang telah kembali ke tempat asalnya semula!

Bahkan kecepatannya yang sekarang jauh lebih cepat daripada sebelumnya.

Blarr!!! Blarr!!! Blarr!!!

Puluhan batang pohon yang menjadi sasaran dibuat roboh karena hebatnya kandungan kekuatan yang terdapat dalam setiap senjata rahasia itu. Berbarengan dengan suara robohnya pohon, terdengar pula beberapa jeritan kesakitan yang menggema ke seantero jagat raya.

Hanya dalam waktu singkat, keadaan telah berubah total!

Tempat yang tadinya sepi sunyi seperti tidak ada kehidupan itu, sekarang telah berubah porak-poranda. Seolah-olah tempat tersebut telah dilanda oleh hujan badai. Seakan-akan di sana telah terjadi pertempuran besar antara para Dewa melawan para setan.

Jiang Mei Lan baru turun setelah hujan senjata rahasia itu sirna. Tapi baru saja kedua kakinya menginjak tanah, tiba-tiba serangan kembali muncul dari segala penjuru angin.

Bedanya, yang sekarang bukan ratusan senjata rahasia biasa. Melainkan ratusan senjata energi!

Ada pedang energi, pisau energi, bahkan ada pula tombak energi.

Ratusan senjata energi yang menyerang Mei Lan itu sangat padat. Tingkat kepadatannya ibarat sebuah benteng yang tidak bisa ditembus oleh benda apapun.

Mei Lan tercekat. Sebab menurutnya, senjata energi yang demikian padat, biasanya hanya bisa diciptakan oleh mereka yang sudah berada di level pelatihan atas.

Contohnya saja adalah mereka yang minimal sudah mencapai tahap Pendekar Bintang tingkat kelima.

Dalam kepanikan tersebut, gadis cantik itu berusaha untuk tetap berlaku tenang. Mei Lan menarik nafas dalam-dalam, lalu secara perlahan mengeluarkan pula kekuatannya.

Wushh!!!

Sebuah benteng pelindung transparan terbentuk. Ratusan senjata energi yang tadi meluncur deras dan mengincar tubuhnya, tiba-tiba terbentur oleh pelindung ciptaannya.

Benturan hebat kembali terjadi. Ledakannya terdengar sampai jarak setengah kilometer. Gelombang kejut yang dihasilkan menyapu segala sesuatu yang terdapat di sekitarnya.

Saking hebatnya kejadian tersebut, Jiang Mei Lan sendiri dibuat tergetar. Tanpa sadar dirinya telah dibuat mundur sejauh dua langkah.

Meskipun tidak sampai menyebabkan luka, tapi kejadian barusan benar-benar membuatnya terkejut.

Sebenarnya, berapa banyak pendekar tangguh yang ada di sekitar tempat itu?

Mei Lan tidak tahu. Hakikatnya, dia memang tidak tahu apa-apa.

Sepasang matanya memandang ke sekeliling tempat tersebut. Kalau mata indahnya itu sudah memandang dan menyelidik, maka siapapun akan tergetar dibuatnya.

Sebab dalam keadaan demikian, sepasang mata yang indah dan terang itu, bisa mendadak berubah menjadi dingin dan tajam. Dingin seperti es, dan tajam seperti mata pedang.

"Aku sudah datang memenuhi undangan. Kalau kau memang berani, silahkan tunjukkan siapa dirimu sebenarnya,"

Suara Mei Lan terdengar begitu lantang. Dalam suara itu juga mengandung getaran kekuatan yang lumayan tinggi. Sehingga kalau ada pendekar lemah di sana, niscaya dia akan dibuat lemas hanya karena mendengar suaranya saja.

Untuk beberapa saat, suasana kembali sepi sunyi seperti semula. Mei Lan sedang menunggu jawaban, sayangnya, jawaban yang dinanti tak kunjung datang.

"Aku yakin kau mendengar ucapanku. Tapi kenapa sampai sekarang, kau tidak berani menampakkan diri? Apakah kau malu karena tidak punya muka? Ataukah, kau takut kepadaku?"

Bicaranya semakin tajam. Bahkan mulutnya tampak tersenyum mengejek.

Namun memang semua itu sengaja dia lakukan. Tujuannya hanya untuk membuat musuh dalam kegelapan tersebut keluar dari tempat persembunyiannya.

Dan untunglah usahanya tidak sia-sia. Setelah berkata demikian, tidak berapa lama ada angin yang berhembus cukup kencang.

Angin itu menerbangkan debu dan dedaunan kering. Lewat sekejap mata, dari atas terlihat muncul seorang pria berusia sekitar lima puluh tahun.

Dia datang dengan hewan tunggangannya yang berupa Siluman Elang Merah. Ukurannya lumayan besar, sehingga muat untuk ditunggangi oleh tiga sampai empat orang.

Kepakan sayap siluman itu menimbulkan deru angin kencang.

Setelah jaraknya dengan tanah terpaut puluhan kaki, si pria tua tadi tiba-tiba turun.

Dia melayang. Melayang seperti halnya Dewa yang turun dari alam nirwana.

Jubah kuning terang miliknya berkibar dengan penuh wibawa. Pria tua itu tampak membawa sebuah rantai besi berwarna perak yang dililitkan di tubuhnya.

Wushh!!!

Angin kembali berhembus ketika kakinya menginjak tanah.

Di posisi lain, sejak melihat kedatangan pria tua tersebut, Mei Lan tetap diam di tempatnya semula. Dia tidak bicara, tidak pula melakukan gerakan. Gadis itu hanya memandangnya dengan tatapan mata sedingin es.

"Kau kah yang bernama Jiang Mei Lan?" tanya si pria tau kepadanya.

"Kalau sudah tahu, kenapa harus bertanya lagi?" tanya balik Mei Lan.

"Hahaha, aku hanya ingin memastikan,"

Gadis itu tidak menghiraukan. Dia malah kembali mengajukan pertanyaan berikutnya.

"Siapa kau?" suaranya masih dingin. Sedingin tatapan matanya.

"Qin Wu,"

"Qin Wu?"

"Ya, Qin Wu si Rantai Perak. Pemimpin Ketiga dari Organisasi Bawah Tanah,"

"Aku tidak tahu," jawab Mei Lan dengan jujur.

"Kau memang tidak perlu tahu. Kau hanya cukup tahu bahwa Organisasi Bawah Tanah merupakan organisasi yang bergerak di bidang pembunuh bayaran,"