Perwakilan Tiga Sekte

"Kami tidak akan menjawab sebelum pertanyaan sebelumnya dijawab," murid senior itu berkata dengan sangat tegas.

"Hemm, kami akan menjawab kalau kalian mampu menahan satu serangan,"

Begitu ucapannya selesai, orang itu langsung melakukan sebuah gerakan. Tangan kanannya digerakkan, segulung angin berhawa dingin melesat dengan cepat menghantam lima belasan murid senior tersebut.

Wutt!!!

Murid senior yang ada di garis depan mencoba menahan gulungan angin yang dilayangkan oleh orang tersebut. Sayangnya usaha mereka sia-sia. Meskipun sudah menggabungkan kekuatan, ternyata serangan lawan itu jauh lebih hebat dari apa yang mereka bayangkan.

Lima belas murid senior terlempar ke belakang. Mereka jatuh bergulingan di atas tanah. Pada masing-masing sudut mulutnya, muncul segaris darah segar.

Hanya dalam satu kali serangan, bahkan satu kali kibasan tangan, ternyata orang itu sudah mampu melukai murid senior tersebut.

Semua murid terbengong. Mereka tidak menyangka gurunya dapat dilukai dengan sangat mudah seperti itu.

"Tamu dari mana yang berani mencari masalah di tempat kami?" sebuah suara mendadak terdengar terbawa angin pagi hari yang sepoi-sepoi.

Tidak lama setelah itu, dari arah belakang melayang empat orang Tetua Sekte Bulan Sabit Hitam. Mereka mendarat secara bersamaan persis di tempat yang tadi dijadikan pijakan oleh para murid senior.

"Kami perwakilan dari tiga sekte, sengaja datang kemari karena mencari Ketua dari Sekte Bulan Sabit Hitam," jawab orang yang berdiri di bagian kanan.

"Boleh kami tahu, siapa sajakah saudara-saudara ini?" tanya salah seorang Tetua.

"Aku Jie Hui, Tetua Ketiga dari Sekte Kabut Biru," jawab orang yang berdiri di sebelah kanan.

"Aku Wu Kai, Tetua Keempat dari Sekte Cahaya Emas," jawab orang tua yang mengenakan jubah kuning menyala tadi.

"Aku Mu Tong, Tetua Kelima dari Sekte Naga Hijau," jawab orang yang berdiri di posisi paling tengah.

Ketiga orang Tetua itu memperkenalkan dirinya masing-masing dengan tenang dan santai. Aura kewibawaan terus terpancar keluar dari wajah ketiga orang tersebut.

Empat Tetua Sekte Bulan Sabit Hitam terkejut ketika mengetahui siapa sajakah tiga orang yang datang mengacau itu. Mereka jelas tahu betul tentang tiga sekte yang baru saja disebutkan itu.

Di sekitar daerah itu, walaupun tidak termasuk ke dalam salah satu jajaran sepuluh sekte terbesar, tetapi nama Sekte Kabut Biru, Sekte Cahaya Emas dan Sekte Naga Hijau cukup terkenal juga.

Ketiga sekte itu termasuk ke dalam sekte kelas menengah yang berasal dari aliran putih. Murid yang mereka miliki pun termasuk banyak. Mungkin kurang lebih ada sekitar seribuan orang.

"Oh, ternyata yang datang adalah para Ketua terhormat. Kami sungguh tersanjung dengan kedatangan kalian kemari. Perkenalkan, aku sendiri bernama Huo Luo, " ujar Tetua Keempat Sekte Bulan Sabit Hitam sambil membungkuk memberikan hormat.

Mulutnya mengulum senyum, tapi bukan senyuman ramah. Melainkan senyuman yang penuh dengan ejekan.

"Ah, Tetua Huo tidak perlu repot-repot begini," kata Ketua Jie sambil melangkah maju.

Kedua tangannya meraih pundak Tetua Huo, seolah-olah dia sedang membantunya berdiri tegak. Padahal yang terjadi sebenarnya adalah bahwa dia sedang menguji kemampuan Tetua Keempat Sekte Bulan Sabit Hitam.

Sebab bersamaan dengan gerakan tersebut, Tetua Jie juga menyalurkan tenaga dalamnya dengan jumlah cukup besar. Hawa panas langsung mengalir memasuki tubuh Tetua Huo.

Tetua Huo tersenyum dingin. Dia tidak merasa terkejut sama sekali. Sebab jauh sebelum hal ini terjadi, dia sudah menebaknya lebih dulu.

Dan ternyata, tebakannya memang terbukti dengan benar.

Hawa panas semakin menyebar ke seluruh tubuh targetnya. Tetua Jie yakin bahwa usahanya ini akan berhasil. Dia percaya dengan kemampuannya sendiri.

Tapi apakah benar demikian?

Sudah cukup lama dia menyalurkan hawa panas ke tubuh Tetua Huo, tapi hingga detik ini, hasilnya masih belum juga terlihat.

Apakah itu artinya, usahanya untuk menyerang Tetua Huo secara diam-diam, telah gagal?

Tiba-tiba Tetua Huo menggerakan sedikit tubuhnya. Kedua tangannya segera memegangi tangan Tetua Jie.

Wushh!!!

Tetua Jie membelalakan matanya ketika dia merasakan hawa panas yang tadi disalurkan olehnya sendiri, ternyata kini telah berbalik dan malah menyerang dirinya.

Apa yang telah terjadi? Apakah Tetua Huo telah membalikkan hawa itu?

Wutt!!!

Tangan kiri Tetua Jie bergerak. Sebuah kibasan pelan namun mengandung tenaga dahsyat segera dilayangkan ke arah lawan. Tetua Huo tahu bahwa dibalik kibasan itu sebenarnya mengandung tenaga yang maha hebat, oleh karena itulah dirinya tidak mau menahan serangan tersebut.

Tetua Keempat itu melompat mundur ke belakang. Begitu sudah mendapatkan posisinya kembali, dia langsung membalas serangan lawannya.

Wutt!!!

Gelombang kekuatan menyerang ke arah Tetua Huo. Aura pembunuhan seketika menyebar dengan cepat. Sinar kehitaman meluncur dan mengincar titik penting di tubuh manusia.

Tetua Huo tersenyum sinis. Dia menyambut serangan tersebut dengan kekuatannya sendiri.

Blarr!!!

Benturan antar jurus dahsyat terjadi. Debu seketika mengepul tinggi ke angkasa. Dua orang itu terdorong mundur hingga beberapa langkah ke belakang.

"Bagus. Rupanya punya kemampuan juga kau," ejek Tetua Jie.

Orang itu kemudian melayang ke depan. Bersamaan dengan hal tersebut, dia pun kembali membuat sebuah gerakan yang sederhana.

Sederhana namun mematikan!

"Kabut Biru Pengunci Iblis …"

Wutt!!!

Sebuah kabut berwarna biru yang sangat pekat tiba-tiba muncul dan langsung menyelimuti seluruh halaman sekte. Perlu diketahui, kabut itu bukanlah kabut biasa. Siapa pun yang ada di dalamnya, dalam waktu singkat, pasti akan mati.

"Kabut ini ternyata mengandung sejenis racun yang sulit dideteksi," gumam Tetua Huo sambil mencoba untuk tetap tenang.

Keadaan di dalam makin lama makin pekat. Tetua Huo mulai merasakan pusing yang teramat sangat.

"Cahaya Bulan di Atas Awan …"

Grrr!!!

Tetua Huo tiba-tiba berteriak sangat keras. Dari balik kabut biru yang sangat pekat itu mendadak muncul bayangan kepala harimau berwarna hitam keemasan.

Bayangan kepala harimau itu mengamuk dan langsung menghancurkan kabut biru yang diciptakan oleh Tetua Jie.

"Jaring Pemusnah …" teriak Tetua Huo kemudian.

Wushh!!!

Sebuah jaring mirip laba-laba yang sangat besar mendadak muncul di tengah udara dan segera mengurung Tetua Jie. Untunglah Tetua Jie bukan orang sembarangan. Sehingga walaupun dia sempat terjadi oleh jurus lawan, namun hal itu hanya terjadi sekilas saja.

Karena detik berikutnya, dia sudah bisa membebaskan dirinya sendiri.

"Perang Biru Langit!"

Wutt!!!

Tetua Jie berteriak sekencang mungkin. Bersamaan dengan teriakan tersebut, tubuhnya sudah meluncur ke depa sana.

Sebilah pedang pusaka yang sejak tadi dia genggam, kini telah dilolos keluar. Cahaya biru terang segera menyeruak ke seluruh penjuru mata angin.

Wushh!!!

Pedang biru itu bergerak-gerak memberikan berbagai macam serangan yang ganas dan mematikan. Serentetan sinar kebiruan terus memburu ke mana pun Tetua Huo menghindar.

Trangg!!!

Percikan api tercipta. Pedang milik Tetua Jie, telah berbenturan dengan tombak milik Tetua Huo!