Kak Cindy

Setelah sampai di perusahaan aku memarkirkan mobilku di parkiran outdoor. Karena di perusahaanku tidak ada basement ataupun parkiran di dalam ruangan. Dan sebelum masuk ke dalam perusahaan juga diwajibkan bagi semua karyawan untuk membayar biaya parkir.

Tentu saja uang itu tidak hanya digunakan secara percuma. Setiap uang yang terkumpul akan disumbangkan kepada panti asuhan atau beberapa organisasi masyarakat yang membutuhkan. Kebijakan itu sudah aku buat saat pertama kali membangun perusahaan ini.

Meskipun saat itu aku masih sangat muda, tetapi aku sudah bisa merayu semua investor untuk menginvestasikan uangnya kepada perusahaan ku. Dan uang yang mereka berikan juga sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup karyawan karyawan yang bekerja dengan ku hingga saat ini.

Aku juga selalu membayar parkir saat memasuki gedung perusahaan. Karena peraturan itu tidak hanya berlaku untuk para karyawan saja. Tetapi juga berlaku untuk pimpinan perusahaan ataupun penjabat penting lainnya.

Dalam memilih karyawan aku juga sangat selektif, sebenarnya aku tidak memperdulikan pendidikan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjadi karyawan ku.

Yang aku butuhkan hanyalah competent dan juga orang yang bekerja keras. Yang paling penting adalah orang itu bisa dipercaya dan tidak pernah berkhianat denganku. Apalagi sampai ada orang yang mencuri atau mengkorupsi uang perusahaan.

Aku tidak akan berpikir dua kali untuk mengeluarkan orang seperti itu dari kantorku. Karena orang yang tidak bisa dipercaya adalah orang-orang yang tidak berguna.

Aku keluar dari mobil dan langsung masuk ke lobby perusahaan. Di sana ada sebuah meja resepsionis yang dijaga oleh 2 orang.

Langkahku dihentikan oleh salah satu resepsionis yang memanggilku dari belakang. Aku juga menoleh ke arahnya dan menanyakan ada apa.

"Kak sebentar, apakah ada yang bisa saya bantu?"

"Saya ke sini untuk menemui ibu Cindy CEO dari perusahaan ini."

"Maaf sebelumnya, apakah kakak sudah memiliki janji temu dengan ibu Cindy? Karena di buku tamu tidak ada ada yang berkata kalau ibu Cindy hari ini akan kedatangan tamu."

"Saya sudah membuat janji dengan ibu Cindy, mungkin beliau lupa untuk memberitahukan kepada resepsionis ataupun sekretarisnya. Jika tidak percaya kalian boleh menanyakannya sendiri kepada ibu Cindy."

"Hei kalau begitu kami akan menanyakannya terlebih dahulu."

Aku menunggu resepsionis itu menghubungi salah satu sekretaris dari kak Cindy. Aku juga mendengar kalau ditelepon kak Cindy berkata bahwa aku adalah adiknya dan memang sudah membuat janji temu.

Meja resepsionis itu juga terlihat tidak enak saat melihatku. Sebenarnya aku tidak masalah diperlakukan seperti ini. Karena memang itu adalah kebijakan perusahaan. Jadi aku tidak mempermasalahkan apapun dengan resepsionis tersebut.

Setelah diberikan Yasin aku langsung menuju ke lift dan naik ke kantorku. Meskipun perusahaan ini secara langsung dijalankan oleh kak Cindy, tetapi aku juga memiliki sebuah kantor pribadi yang aku gunakan saat sedang berada di perusahaan.

Karena terkadang aku juga mampir untuk mengerjakan semua dokumen tentang manajemen ataupun keuangan di kantorku. Dan ruangan yang digunakan juga bersebelahan dengan kantor kak Cindy.

Bahkan ada sebuah pintu yang terhubung langsung dengan ruanganku dan juga ruangan kak Cindy. Dan para pekerja mengira kalau itu juga ruangan yang digunakan oleh kak Cindy untuk bekerja.

Saat sampai di lantai 5 yang merupakan kantorku, aku terlebih dahulu masuk ke dalam kantor kak Cindy. Terlihat bahwa dia sekarang sedang sibuk mengelola semua kertas yang ada di depan mejanya.

Kak Cindy memang tipikal orang yang tidak mau menunda-nunda pekerjaan, jadi dia ini semua pekerjaan langsung ditangani secara langsung tanpa harus menunggu hari esok.

Syukurlah karena kesehatan kak Cindy tidak pernah terganggu. Karena sistem imun kak Cindy sangat kuat, meskipun lembur selama dua hari penuh kak Cindy tidak akan sakit. Mungkin dia kan langsung segera pergi ke panti pijat untuk merilekskan semua ototnya.

Tetapi membuat kak Cindy sakit adalah suatu pekerjaan virus yang sangat sulit. Karena tubuh kak Cindy seperti dikelilingi oleh tameng besi yang tidak bisa ditembus.

"Halo kak Cindy bagaimana kabarnya? Apa kakak sehat-sehat aja?"

"Eh Arin udah datang ke sini, gimana urusan sekolahnya udah beres? Karena kakak dengar-dengar kamu pindah sekolah di mana kakak kamu juga berada di sana ya?"

"Alhamdulillah kalau begitu. Urusan sekolah sudah selesai tadi saat aku ke sana. Tapi aku akan memulai kegiatan pembelajaran pada besok pagi. Dan sekolah itu juga tempat yang sama dengan kakakku sekolah.

Hal itu juga yang membuat aku tidak enak, aku takut kalau teman-teman ku tahu bagaimana sifat asli dari kakakku yang sebenarnya. Jika hanya aku yang tahu tidak masalah. Tetapi jika teman-temanku sampai mengetahui hal ini, maka hidupku akan berakhir.

"Apakah kalian masih suka bertengkar bersama Arin?"

"Siapa, aku sama kakakku maksudnya? Ya jelas lah kita selalu bertengkar, nggak akan pernah ada damai di antara kami berdua. Tidak hanya aku dan juga kak Ardi, tetapi semua anggota keluargaku juga tidak akan pernah damai denganku.

Mungkin jika aku yang meninggal dan bukannya Aurel, pasti keluargaku saat ini juga akan bahagia dengan adanya Aurel disamping mereka."

"Kakak tahu itu berat buat kamu Arin. Tetapi semua itu harus kamu jalani dengan lapang dada dan juga sabar. Karena hanya itu yang bisa kita lakukan bersama. Bapak juga selalu berharap kamu bisa berbaikan dengan keluarga kamu yang ada di rumah.

Karena orang-orang terdekat kita adalah keluarga yang ada di rumah. Meskipun seorang ibu tidak pernah menunjukkan kasih sayangnya terhadap anak, tetapi aku yakin mereka akan mendapatkan balasannya suatu saat nanti."

"Sebenarnya sebagai anak aku pun juga ingin jika keluargaku bisa bersatu dan bersama-sama seperti dulu lagi. Tapi setiap usaha yang aku lakukan tidak ada apa-apanya di mata mereka.

Jadi aku juga sudah lelah untuk melakukan apapun lagi dan juga berusaha dengan keras. Karena aku tahu semua kerja keras dan juga usaha yang aku lakukan dari dulu tidak ada hasilnya sama sekali.

Aku bahkan juga sudah pernah mengikuti semua perlombaan yang diadakan oleh sekolah. Dan di setiap perlombaan itu aku juga selalu mendapatkan juara pertama. Tapi hal itu tidak ada apa-apanya bagi mereka.

Mungkin keluargaku akan sayang kepadaku jika aku berhasil menghidupkan Aurel anak mereka yang sudah meninggal. Dan sekarang aku juga sudah tidak mau menyusahkan diriku lagi hanya untuk kesenangan keluargaku saja.

Aku hanya ingin menyenangkan diriku sendiri dan hidup untuk aku sendiri. Jika memang memungkinkan aku juga ingin mendapatkan cinta sejati. Atau setidaknya cinta monyet pada masa-masa SMA ini.

Karena sebagai orang yang normal aku juga sangat merindukan kasih sayang. Semua hal yang aku lakukan untuk keluarga aku juga sia-sia. Jadi aku mohon sama kakak untuk tidak membahas keluarga lagi di saat kita sedang berdua."

"Oke kalau begitu kakak minta maaf karena sudah memulai pembicaraan itu. Ngomong-ngomong kamu ada apa tumben sekali datang ke kantor. Apakah kamu melihat ada kesalahan yang terjadi?"

"Sudah beberapa tahun aku mengamati kinerja kak Cindy. Sudah mempercayakan perusahaan kepada kak Cindy sepenuhnya. Dan aku yakin kalau perusahaan tidak memiliki masalah apapun.

Karena jika ada masalah kak Cindy pasti akan menghubungiku terlebih dahulu. Karena di perusahaan ini hanya kak Cindy satu-satunya orang yang aku percaya.

Bahkan aku tidak pernah percaya dengan apa yang eksekutif perusahaan ini katakan kepadaku. Karena hanya kak Cindy yang bisa kuandalkan dari dulu terbentuknya perusahaan."

"Kakak memang tidak pernah dan tidak mempunyai niatan untuk menghianati kamu. Tapi kemampuan kakak juga masih di bawah rata-rata dibandingkan dengan kemampuan kamu.

Lagian bagaimana kakak bisa menghianati adik kakak sendiri. Mungkin jika dahulu tidak ada kamu yang menolong keluarga kakak. Mungkin sekarang kakak dan juga keluarga sudah menjadi gelandangan di pinggir jalan.

Itu hanya salah satu kebaikan yang kamu lakukan untuk keluarga kakak. Sedangkan masih banyak lagi hal-hal baik yang sudah kamu lakukan untuk keluargaku. Jadi kakak akan semaksimal mungkin untuk menjalankan perusahaan dan mengganti semua yang sudah kamu lakukan untuk kakak."

"Kak Cindy itu sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri. Dan juga sedang jatuh, hanya kak Cindy yang peduli dan menjadi sandaran ku sejak dulu. Ibu sama bapak juga sangat baik kepadaku. Bagaimanapun keluarga kak Cindy adalah keluargaku juga.

Kita bahkan sudah lama sekali hidup bersama. Bahkan aku juga sering membohongi ibuku untuk berkunjung ke rumah ibu dan juga bapak di desa.

Oh ya ngomong-ngomong kak Cindy kapan kembali ke desa lagi gigi. Aku juga sudah lama belum bertemu dengan ibu dan juga bapak di sana. Kemarin aku sempat bertelepon dengan ibu dan bapak.

Sepertinya kabar mereka berdua juga baik. Emangnya kak Cindy nggak kangen sama mereka berdua? Aku kan juga tidak pernah mengangkang kebebasan kak Cindy untuk pulang dan berkunjung ke rumah kak Cindy yang ada di desa.

Karena aku juga tahu kalau kak Cindy pasti sangat kangen dengan ibu dan juga bapak. Tapi kak Cindy malah tidak mau pulang dan hanya bekerja di kantor ini seharian. Bagaimana bisa seorang anak hanya pulang selama 1 tahun sekali ke rumah?"

"Saat kamu sudah dewasa nanti, kamu pasti paham bagaimana dunianya orang bekerja. Untuk sekarang kamu manfaatkan saja umur kamu untuk meminta bantuan kepada orang yang lebih dewasa dari kamu. Kamu harus memanfaatkan umur kamu untuk meminta bantuan dan juga menerima perlakuan yang sesuai.

Jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja di perusahaan sementara ini. Karena kakak juga bisa menghandle perusahaan dengan baik. Meskipun kamu juga sudah lulus sarjana, tetapi kakak tahu kalau mental kamu itu masih mental remaja.

Jadi untuk sekarang jalanilah masa-masa remaja kamu ya, carilah pacar yang menurut kriteria kamu pantas untuk dijadikan seorang pasangan. Dan jangan bergaul dengan orang-orang yang salah.

Karena masa muda adalah masa di mana kebebasan kamu itu ada. Dimana kamu tidak akan mendapatkan kekangan oleh pihak manapun. Dan sekarang karena kamu disini, kakak juga tidak akan mengizinkan kamu untuk menyentuh satu berkas pun di meja. Kamu bisa melihat-lihat perusahaan dan mengawasi semua pekerja yang ada di kantor ini.

Karena kakak tidak akan mengizinkan kamu untuk bekerja hari ini.