Sarah yang bergumam dengan perasaan yang kacau, mencoba meraih tangan Este dan melanjutkan perjalanan. Sedangkan Zach yang melihat mereka, berkata, "Nyonya, sudah waktunya bagi diriku untuk segera pulang. Jika kau menunggu sebentar di dalam pos penjagaan, aku akan membawa kalian ke tempat di mana kalian bisa pergi."
Zach dengan baik hati mencoba membantu seorang ibu dan putrinya yang kesepian.
"Terima kasih. Jalan yang kau tempuh sudah cukup jauh untuk kembali, sekali lagi terima kasih banyak," Sarah berterima kasih kepada seorang penjaga gerbang atas kebaikannya dan menyesali situasinya, di mana dia kehilangan rumahnya dalam sekejap.
Rumah besar Este dan ibunya berada di Goddess Street, tempat tinggal para selir cantik dan bangsawan kelas atas. Goddess Street adalah kawasan pemukiman mewah yang memakan waktu sekitar tiga puluh menit perjalanan dari arah selatan jika menggunakan kereta.
Lokasi itu berada tak jauh dari Ebiz Street, jalan teramai yang ada di Kekaisaran Arthur. Sarah yang tiba-tiba kehilangan tempatnya setelah diusir, memutuskan tujuannya ke sebuah teater di Ebiz Street, tempat di mana dia menjadikan namanya sebagai aktris kala itu.
Di sisi lain, Jennie, seorang wanita muda yang berasal dari Asia sekarang memiliki tubuh Este. Dia merasa tercengang atas situasi yang dialaminya dengan cara yang sama sekali berbeda dari yang bisa dia pikirkan.
Karena sebelumnya dia merupakan salah satu mainan dari Marquis Khanwald, maka ia tidak harus khawatir akan masalah kekurangan di masa depan. Namun kasusnya berubah sekarang. Dia sadar bahwa ia bukan lagi seorang permata untuknya. Sayang sekali pria itu bertalian darah dengannya. Sosok yang dia panggil sebagai ayah juga meninggalkannya.
Dia diusir menjadi gelandangan sebulan setelah pria itu mendapat seorang anak yang menjadi penerus. Dengan tubuh gadis kecil yang belum pernah mengenal olahraga sebelumnya, dia berjuang berdiri tegak di gerbong tua penjaga gerbang, tapi tetap mencicipi mabuknya perjalanan.
Wanita yang dia panggil sebagai ibunya hanya bisa menangis seolah kehilangan akal sehatnya. Dia terus saja memandangi putri kecilnya dengan tatapan tertekan, seolah-olah dia tidak punya keinginan untuk mengurus dirinya sendiri lagi.
Sungguh melegakan melihat dia memberitahu penjaga gerbang ke mana mereka pergi, tetapi dia tidak punya pilihan selain merasa depresi memikirkan bahwa kehidupan masa depannya seperti lilin yang tertiup angin. Semuanya akan redup dan selesai.
"Dasar brengsek sialan! Jika kau bermaksud memberikan hadiah kepada diriku, kau harusnya memberikan hadiah yang tepat, bukan sesuatu yang tidak berguna. Dengan begitu, aku akan menggunakannya dalam situasi ini."
Jennie tidak bisa melepaskan kebenciannya pada orang yang membuatnya seperti ini. Bahkan, walau dia merasa sangat kelelahan, kutukan dalam hatinya tak sirnah. Sementara itu, dia bisa merasakan keretanya berhenti, akhirnya mereka telah tiba di tujuan.
"Nyonya, Nona Muda, kami di sini."
Dia tersandung dengan tubuhnya yang terhuyung-huyung dan berhasil turun dari kereta. Jalanan yang gelap dipenuhi dengan suara bising dan lampu yang menyilaukan. Saat dia melihat ke gedung bertingkat lima di depannya, Sarah meraih tangan Este.
"Ayo masuk. Ini tempat ibu dulu bekerja. Aku akan meminta pada pemiliknya untuk mengizinkan kita tinggal sebentar sampai setidaknya kita menemukan tempat untuk pergi."
***
"Apa kamu mengatakan itu lagi?" Seorang wanita dengan penampilan busana warna-warni dengan rambut coklat pucat mengerutkan kening saat dia meletakkan rokok panjang yang dia pegang.
"Aku bertanya kepada dirimu, berapa banyak uang tebusan yang akan kau terima? Berapa jumlah uang yang seharusnya kau peroleh dari Adipati Ander?"
Melihat sosok Este yang melontarkan kata-kata seperti itu dengan kepala terangkat tajam, membuat Maive hanya bisa tersenyum kecil dan mengambil puntung rokok yang telah diletakkannya.
"Mengapa? Bisakah kamu mendapatkan uang jika aku memberitahumu?" tegur sang pemilik teater.
"Aku akan mencoba sejauh yang diriku bisa. Kau tidak akan kehilangan apa pun. Bukankah hasilnya kau akan tetap memiliki nilai yang sama jika kau mendapatkannya dari Adipati Ander, atau kau mendapatkannya dari diriku," balas gadis tersebut.
Tempat Este sekarang tinggal adalah kediaman Maive. Sebuah area terdalam dari Teater Empress. Itu juga yang menjadi tempat di mana Sarah, yang telah diusir dari oleh sang kekasih dan keluarga bangsawan tinggal sebelumnya. Kini mereka berada di sana dan kali ini dia tinggal bersama anaknya, Este sampai akhir hayatnya.
Este mengunjungi tempat rahasia Maive yang penuh dengan kenangan buruk dalam waktu lama. Dia sedang bernegosiasi dengan pemilik teater, mengumpulkan keberanian untuk mengambil kendali hidupnya.
"Oh, tidak, tidak… kamu masih naif. Mengapa dirimu yakin ini akan segera berakhir? Jika Adipati Ander menyukai dirimu, hubungannya denganku akan terus menjadi baik. Jika tidak, bukankah akan ada bangsawan laun? Jika adipati hanya menginginkan satu malam, maka rasanya itu tidak masalah. Kamu adalah simbol kecantikan yang langka," tutur wanita itu.
"Maive, aku tidak naif. Justru sebaliknya, aku pikir kamu lah yang naif. Jika aku mendapat keuntungan atas kehidupan bangsawan dari Ander, maka yakinlah aku akan berbisik ke telinga pria itu dan diriku tidak akan meninggalkan dirimu sendirian. Aku yakin bisa memberikanmu pelukan bangsawan yang sama. Dan kau pastinya akan selalu merasa cemas tentang bagaimana aku akan membalas dendam di belakang dirimu. Namun, ada opsi lain, bukankah kita semua tahu lebih baik mencegah bahaya bagi satu sama lain?" papar gadis itu dengan berani.
Maive mendecakkan lidahnya saat melihat Este berbicara besar dengan pakaian yang lusuh dan norak. Dia bahkan masih mengenakan wig batu bata dan menyamarkan wajahnya dengan warna kusam.
"Kamu bahkan tidak tahu terima kasih. Aku yang membesarkan dirimu. Kau tahu siapa yang bertanggung jawab atas semua kebutuhan dan keamanan sejauh ini? Aku orangnya. Dan lihatlah sekarang kau begitu sombong dihadapanku. Tolonglah panggil dia dengan sebutan Adipati. Kenapa kamu begitu ceroboh? Bagaimana jika seseorang mendengarnya?" sebut wanita itu.
**To Be Continued**
[Next Chapter]
"Ini hanya masalah antara dirimu dengan diriku. Aku akan berhati-hati di tempat lain. Dan yah aku hanya akan bersikap sopan karena aku tahu betapa bersyukurnya kau saat ini. Diriku melakukan ini untuk membayar kembali kebajikan yang telah dirimu berikan kepadaku. Sementara itu, Mengapa kamu tidak memberitahuku apa saja hal yang masih aku utangi padamu?" ucapan nakal Este membuat Maive mendengus dan mengangkat rokoknya lagi, sembari memikirkannya dengan baik.
"Jika kau berkata demikian, maka aku akan menunjukkan simpati milikku. Lima ribu sepertinya harga yang cukup. Bagaimana menurut dirimu? Ini lebih besar dari yang kau pikirkan, bukan? Aku bahkan tidak menampilkan dirimu secara langsung tapi, kemurahan hatinya sungguh luar biasa. Dia menawarkan uang dalam jumlah besar hanya karena aku merekomendasikan dirimu," celetuk wanita itu.