Menurut ku itu uang yang lumayan besar bisa menutup kebutuhan kami selama beberapa hari kedepan, aku juga membeli beberapa macam sayur dan juga lauk di pasar agar harga nya lebih murah.
Tidak lupa semua keperluan via yang memang sudah habis pun aku beli, karena itu yang paling penting. Via baru belajar makan dan dia termasuk anak yang pemilih dan cepat bosan dengan makanan yang sama jadi aku harus membeli beberapa makanan dengan varian rasa yang berbeda agar dia tidak bosan nantinya.
Aku juga masih ingat, waktu itu tepat bulan suci Ramadhan. di saat yang lain sibuk membeli baju dan perlengkapan lain nya untuk menyambut Idhul Fitri yang hanya tinggal menghitung hari kami malah tidak memiliki uang sama sekali.
Hari itu hujan turun dari pagi, ponsel mas Hendi tiba-tiba berbunyi tanda ada pesan masuk. Dia membaca pesan itu dan langsung berganti baju dan pergi keluar rumah.
" Mau kemana mas..??" Tanya ku karena hujan di luar masih sangat deras
"Mau kedepan dulu sebentar ketemu teman" kata dia sambil berlalu, aku hanya melihat kepergian nya di dalam rumah.
Aku pun diam setelah mendengar jawaban nya itu,
Sambil hati terus bertanya-tanya mau kemana mas Hendi hujan-hujan begini dan lagi dia tidak memakai motor dan baju nya juga baju rumahan, dia hanya mengganti sarung yang dia pakai dengan celana panjang saja.
Tapi tidak sampai setengah jam dia sudah kembali lagi dan langsung masuk ke dalam rumah kakak ipar.
Aku hanya melihat nya dari dalam, setelah itu tidak lama dia keluar lagi dan masuk kerumah.
"Ada apa…?" Tanya ku yang memang masih penasaran.
"Nggak ada apa-apa" sahut nya sambil langsung masuk ke dalam kamar dia pun mengurung diri di dalam kamar cukup lama, sebenarnya aku sangat penasaran tapi aku tidak mungkin masuk begitu saja kedalam kamar dan kembali bertanya kepadanya.
Keesokan pagi nya dia mengajak ku pergi ke pasar untuk membeli baju baru, tentu saja aku sangat kaget. Kami punya uang dari mana untuk membeli baju sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari saja sulit.
"Emang nya mas punya uang…?" Tanya ku heran
"Ada nih" sahut nya sambil mengeluarkan uang dari dalam dompet nya.
Dia memberiku uang 1 juta rupiah dan dia meminta ku untuk menghemat nya apalagi setelah Idhul Fitri kami juga harus pulang kerumah orang tua ku untuk bersilahturahmi.
Kami pun pergi ke pasar dadakan yang memang selalu ada setiap bulan suci Ramadhan tiba, aku lebih memilih berbelanja di sana karena harganya pasti bisa lebih murah di banding dengan mall atau toko baju lain nya.
Tapi aku juga tidak bisa menghabiskan uang itu begitu saja apalagi mengingat keadaan kami saat ini, aku membatasi semua pengeluaran ku yang terpenting kebutuhan via saja yang tercukupi.
Kalau boleh jujur sebenarnya banyak barang yang ingin aku beli tapi aku benar-benar harus menahan itu semua, akhirnya setelah semua selesai kami pun segera pulang ke rumah, karena kalau lebih lama lagi berada di sini aku bisa khilaf dan terus berbelanja apa saja yang aku lihat dan suka tentu nya.
Apalagi barang-barang disana di jual dengan harga yang murah dan bagus-bagus.
Sesampai nya di rumah aku masih penasaran dari mana dia bisa mendapat uang segitu banyak dalam waktu setengah jam, apa dia meminjam uang kepada teman nya atau yang lain karena tidak mungkin orang yang tidak bekerja bisa mendapatkan uang sebesar itu.
Karena rasa penasaran ku lebih besar, aku pun memberanikan diri membuka pesan di ponsel nya, tentu saja saat itu dia sedang berada di rumah kakak nya untuk melihat keadaan ibu mertuaku.
Dari pesan itulah aku tahu kalau ternyata uang yang kami pakai berbelanja adalah uang pensiun ibu mertua, ibu mertua memang memiliki uang pensiun yang biasa di antar oleh orang kantor kerumah karena keadaan ibu mertua yang sudah sangat sepuh.
Dan juga keadaan ibu mertuaku yang memang sudah tidak bisa berjalan dengan normal lagi, kalau di rumah dia berjalan dengan bantuan tongkat atau bahkan kami juga harus membantu nya berjalan dengan cara memapahnya.
Sedangkan untuk perjalanan yang jauh beliau biasanya menggunakan kursi roda untuk alat bantunya, aku benar-benar tidak menyangka selama ini mas Hendi ternyata sudah membohongiku.
Aku pun lalu berfikir apa selama ini uang yang kami pakai untuk kebutuhan sehari-hari juga dari uang pensiun itu, pantas saja dia sudah tidak bekerja keluar lagi.
Mungkin tanpa bantuan uang pensiun ibu mertua, aku dan putri ku sudah tidak bisa makan apa pun lagi kami mungkin hidup sangat kekurangan sekarang.
Aku sebenarnya juga sedikit curiga dengan mas Hendi, dia selalu mengatakan hanya akan keluar rumah jika mengirim barang saja itu pun selama beberapa kali dalam seminggu tapi selama ini dia tidak pernah keluar rumah.
Sekalinya keluar rumah pasti selalu bersama ku, dia hanya akan keluar ketika mengantarku berbelanja kebutuhan sehari-hari atau pun kebutuhan via aku juga tidak pernah melihat dia membawa barang-barang yang dia katakan itu ke rumah.
Berbeda dengan dulu sewaktu dia masih bekerja di bank atau perusahaan yang sebelum nya, ada saja pekerjaan yang dia bawa kerumah. Bahkan ketika dia bekerja di bank tidak jarang aku melihat tumpukan kertas di atas meja ruang keluarga kami karena dia harus menyelesaikan nya.
Tapi sekarang aku tidak pernah melihat itu semua, bahkan teleponnya pun jarang sekali berbunyi. Kalau memang iya dia bekerja mengantar barang pasti ada salah satu konter atau toko yang meminta barang kepadanya tapi ini tidak pernah aku menemukan pesan tersebut.
Mas Hendi benar-benar sudah sangat nyaman dengan keadaan nya sekarang, dia tidak perlu bersusah payah bekerja tapi masih tetap mendapatkan penghasilan untuk menutupi kebutuhan kami sehari-hari.
Kini rasa penasaran ku terjawab sudah, sejak saat itu aku benar-benar sudah kurang percaya lagi dengan nya. Tapi aku harus menahan semua itu, aku tidak mungkin bisa melakukan apa pun juga.
Toh semalam ini dia masih memberiku uang belanja walaupun sangat kurang dan jauh dari kata cukup, aku lebih baik menutup mata dari pada nantinya harus bertengkar dengan nya lagi.