Mendengar kata itu Nabila jadi teringat lagi pada Fadli. Pria yang sukses menidurinya di sebuah hotel di daerah itu.
Dunia memang kejam, pikirnya. Dirinya hanya dijadikan ban serep oleh Jayat – karena terlihat bahwa ia masih sangat mendambakan Bella. Lantas, oleh Fadli ia mendapat perlakukan lebih menyakitkan. Ah. Ia ingin melupakan, tapi memang takkan secepat itu. Ia hanya berharap pria-pria sialan itu mengalami karma masing-masing.
“Mikir apa?”
Nabila menggeleng.
“Boleh Papa minta sesuatu?”
“Karena Papa udah traktir,” Nabila terhenti sesaat. “ya udah. Minta aja. Papa mau apa emangnya?”
Sebelum Nabila menyelesaikan kata terakhir, Johny sudah meneruskan.
“Tolong kamu angkat rokmu, manis.”