"Mmm ini boleh juga," Ia mengatakan sambil melihat dari kemaluan ke matanya tapi kemudian melepasnya. Ia beralih pada yang lain yang tak lain adalah Mahmud.
Kali ini tanpa banyak bicara ia mengajak orang itu. “Hayo, naik ke panggung. Lagian, ini pestamu.”
Suasana yang sepi jadi seketika riuh kembali. Gladys memang benar-benar pandai melakukan drama. Ia menenteng tangan Mahmud dan mendudukannya di kursi yang sebagaimana biasa telah disiapkan Zul untuk penampilannya yang kedua. Segera ia mengikatnya ke kursi dengan pergelangan tangan pria itu yang kini terikat.
Musik kembali diputar dengan berdentam. Gladys mengatakan sesuatu di telinga Mahmud dan pria itu mengangguk. Sorak-sorai penonton makin membahana ketika Gladys menyibak rambut dan bersiap membuka celana Mahmud. Pria itu mengangkat paha dan Gladys secara sekaligus membuka celana dan celana dalamnya. Sontak penis kerasnya berdiri. Mencuat, besar, berurat dan patut dibanggakan.