Aku tahu akan seperti ini. Masalah pasti datang. Pukul tiga pagi, dua orang entah pergi ke mana, Santi panik, apalagi Bayu.
Namun, si Kayro itu malah terlihat biasa saja. Si bangsat itu seperti tak punya hati. Ya, aku juga biasa saja, tetapi tak seperti dia yang terus berbicara.
Apa yang bisa kulakukan saat seperti ini? Tentu tak ada, hingga siang hari, mereka berdua, Rianita dan Banyu belum juga pulang.
Terdengar percakapan yang begitu tegang antara mereka. Awalnya aku hanya menonton, tetapi pada akhirnya tubuh ini bertindak, melerai dan sialnya malah terkena hantaman di wajahku.
"Cuk! Awakmu nggak usah kakean bacot! Iku masku, nek Banyu mati, awakmu tak bunuh, Kay!" seru Bayu.
Keributan di antara mereka berhenti. Sialnya ada masalah lain, ada suara pagar yang dibuka, lantas diikuti rintihan tak tertahan seperti kesakitan. Santi lebih dulu turun tangga dengan cepat, disusul Bayu yang mendahuluinya.
Aku dan Kayro menyusul, sementara Deka tetap di atas hanya melihat.