Bab 31. Santi ~ Mereka Datang

Jam dinding usang berdetak pelan, jarumnya menunjukkan pukul dua dini hari. Aku mendecak kesal menanti kedatangan Kayro. Seharusnya dia sudah pulang satu jam lalu, namun batang hidungnya tak kunjung muncul. Aroma tanah masih saja menguar usai menumpahkan hujan yang begitu deras semalaman, suara-suara jangkrik dan kodok saling bersahutan seolah mereka tidak takut akan hadirnya para mayat.

"Kita harus berangkat." Suara Bayu mendekat, membuatku menoleh kepadanya. Lelaki itu memandang lurus ke arah luar jendela tanpa melihatku sekali pun. Beberapa saat dia menghela napas, seperti sudah lelah dengan perjalanan ini. "Kita nggak bisa menunggu Kayro lagi, San."

"Tapi, dia adalah senjata utama kita. Hanya dia yang--"