"Nona Lauren, tunggu!" teriak pria bermasker itu sambil mengejar Lauren di trotoar jalan.
Jauh dari depan kafe.
Lauren terkesiap kaget mendengar suara orang tersebut memanggil namanya. Terlebih lagi ada embel-embel 'Nona'. Sedangkan yang memanggilnya begitu hanyalah Dani.
Langkah besar Lauren melambat. Dia berhenti, bersamaan dengan suara napas berat yang ngos-ngosan di belakangnya.
"Kenapa Nona lari?"
Lauren berbalik, berharap kalau itu benar-benar Dani. Dan ternyata ketika pria itu melepas maskernya, barulah Lauren sadar.
"Ngapain paman di sini. Bikin kaget tahu! Pake acara pake topi dan masker segala. Aku pikir penguntit tahu" kata Lauren santai.
Sedangkan Dani hanya menahan tawa me ndengar sangkaan Lauren terhadap dirinya.
"Paman bikin jantungan tahu!" kata Lauren sambil menabok bahu Dani. Pria itu meminta maaf berulang kali pada Lauren karena sudah membuat gadis itu ketakutan.
Keduanya tertawa bersama sambil melangkah menuju mobil yang terparkir di depan kafe. "Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Dani.
"Menyenangkan sekali. Aku bertemu banyak orang dan belajar memasak di sana." Dani mengangguk senang mendengar pemgakuan Lauren.
Mereka masuk ke dalam mobil. Melaju di jalanan. "Adam yang menyuruh Paman mengikuti aku?"
Dani menoleh ke arah Lauren. "Bukan mengikuti, dia meminta saya menjaga Nona. Takut lelaki yang kemarin melakukan sesuatu pada Nona." Lauren mengangguk, ternyata Adam memang overprotektif terhadapnya.
Tapi tak masalah. Toh pria itu memang sepertinya agak bucin dengan Lauren. Gadis itu tersenyum saja.
"Kenapa Nona senyam senyum?"
"Aku? Gak apa-apa. Lucu aja kejadian tadi. Aku pikir Paman orang aneh yang bakalan culik aku." Lauren tertawa lagi mengingat kekonyolan itu, juga kelakuan Donita yang sudah mengomporinya.
Dani ikut tertawa. Dia menghentikan mobil di depan basement. Bersiap pergi lagi untuk menjemput Adam. "Kalau begitu, saya pergi dulu. Mau menjemput Tuan Adam."
Lauren mengangguk saja dan berjalan masuk ke lobby. Orang-orang menatapnya dengan tatapan aneh seolah melihat Lauren seperti tikus got yang salah masuk tempat.
Tak perduli dia mengeluarkan kartu kunci penthouse Adam dari dalam tas dan berjalan masuk ke lift.
Beberapa orang yang mungkin tak mengenalinya mengoceh pelan di belakang Lauren.
"Simpenan om-om itu kali."
"Oh, si Adam itu ya? Wah padahal dia punya pacar cantik banget dulu. Cuma lagi pergi aja katanya. Kuliah ke luar. Pinter banget itu cewek," katanya membuat Lauren penasaran dengan cewek yang mereka maksud.
Lauren tertinggal sendiri di lift. Dia mengetukkan sepatunya di lantai. "Astaga, siapa sih ceweknya? Kok aku gak pernah lihat!" kata Lauren penasaran.
Denting lift berbunyi. Cepat gadis itu keluar dari lift dan bergegas masuk ke penthouse mewah Adam. Berjalan menuju lorong yang mengarah pada ruang tamu mewah Adam yanh bersih.
Mina meletakkan beberapa buah dan botol minuman di sana. Tepat sekali, Lauren juga haus. Dia merebahkan tubuhnya di sofa dan mengambil sebiji apel.
Namun gerakannya terhenti ketika melihat seorang wanita paruh baya berjalan ke arahnya. "Lauren?" tanyanya dengan suara dingin dan tegas.
Lauren bangun dan memandang wanita itu. "Lo siapa?"
***
Dani berlari masuk ke dalam ruangan Adam. Dia menumpukan tangan di atas lutut. Mendongak, menatap Adam yang kebingungan.
"Tuan!"
"Kenapa kamu?" tanya Adam dengan sebelah alisnya yang terangkat. Adam memicingkan mata ketika Dani mengangkat ponselnya.
"Tuan belum lihat berita?" tanya Dani. Adam makin mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Dani.
"Berita apa? Soal apa?" tanya Adam heran. Dia mengambil ponsel. Ada chat dari Lauren dan beberapa orang. Tapi yang paling mengejutkan adalah kiriman link berita yang Dani maksud.
'Aland Heister Publikasikan Istri Sirinya Setelah Sekian Tahun Disembunyikan dari Media.'
"Istri siri? Siapa? Aku tidak tahu!" kata Adam kaget. Dua menatap ke arah Dani yang mendekat.
"Saya juga baru tahu Tuan. Tapi berita ini memang sempat viral setelah ibu Tuan meninggal. Ayah Anda dikabarkan punya simpanan. Dan berita itu langsung tutup seminggu setelahnya." Adam menganga tak percaya dengan yang dikatakan Dani.
Pria itu membuka chat Lauren. Melotot kaget.
Lauren :
Kurasa, ibu barumu sedang berkunjung di sini.
"Lauren. Dia sedang bersama wanita itu!" kata Adam membuat Dani meringis.
***
"Jadi, Anda ini istri ayahnya Adam. Ehmm," kata Lauren sambil berjalan mengitari meja makan yang penuh dengan hidangan. Lauren menyomot seenak jidatnya satu ekor udang goreng.
"Bagaimana bisa Anda ini baru muncul? Seharusnya kan Anda muncul di hari pernikahan Adam. Dia kan anakmu." Lauren mengambil lagi, membuat wanita paruh baya yang terlihat masih muda itu mendesah sebal.
"Karena aku bukan ibu kandung Adam."
Lauren mengangguk. 'Simpanan aja belagu!' batin Lauren kesal. Dia menarik kursi dan menatap kedatangan Adam yang berjalan bersama Dani.
Pria itu terlihat kaget. Dia menaikkan sebelah alisnya. Sedangkan wanita yang mungkin nyaris seumuran Adam itu terpana melihat anak tirinya sendiri.
Lauren paham ekspresi itu. Dia menjulurkan tangan pada Adam. "Sarah. Istri Aland Heister. Senang bertemu denganmu Adam. Semoga kita bisa jadi ibu dan anak yang akur."
Adam memandang wanita itu dari bawah ke atas. Heran, bagaimana bisa ayahnya yang sudah jelas tua itu bisa menemukan sosok seperti sarah.
"Kurasa umur kita tak jauh beda."
Lauren melirik Dani yang tengah menatapnya di meja makan. Asik melahap udang goreng yang hampir habis satu piring.
"Ya, umurku baru menginjak 35 tahun."
Adam nyaris mendecih. Dia sudah tahu tujuan wanita ini mau dinikahi ayahnya. "Hm, salam kenal. Di sana itu Lauren. Istriku, kami baru saja menikah."
Muka Sarah kelihatan tidak senang. Apalagi ketika Lauren hanya memandang datar ke arahnya. Seakan meremehkan sosok Sarah.
"Ayo kita makan. Hidangannya baru dimasak oleh Mina." Adam melihat jam. Dia mana mungkin bisa makan di jam segini.
"Masih jam sembilan. Itu tak masalah, kamu bisa berolahraga. Ayahmu juga akan datang sebentar lagi." Adam mendesah sebal. Tak menyangka kalau Sarah melakukan ini semua.
Tak lama ketika dia mengatakan itu, Dani mendengar suara langkah kaki. Ayah Adam muncul. Dia memasukkan kartu akses penthouse Adam ke dalam saku.
"Sudah kenalan dengan Lauren sayang?" tanya ayah Adam membuat sang anak meringis ngeri. Dia tahu ini terdengar menjijikkan tapi tetap saja dia harus menghormati keputusan ayahnya.
"Sudah. Adam anak yang tampan dan...," ucapan Sarah terpotong ketika dia mengarahkan pandangan ke seluruh tubuh Adam. Membuat pria itu merasa sebal.
'Wanita ini, dia pikir aku tidak tahu tujuannya masuk ke kehidupan ayahku?' tanya Adam dalam hati lalu bergegas menarik kursi di sebelah Lauren.
"Ayah, silakan duduk. Kita santap makanannya bersama." Lauren menoleh ke arah Adam dan menyenggol pinggang pria itu.
Adam menengok. Menurunkan wajahnya karena Lauren hendak berbisik. "Apa aku harus berpura-pura seperti istri yang baik heh?" tanyanya membuat Adam terkekeh.
Dia mengangguk. "Lauren, kamu baru pulang?" tanya Adam sambil menyapu rambut gadis itu dengan sayang.
"Hm, makanya aku agak lapar sekarang."
Aland tertawa. "Kalau begitu makan yang banyak sayang. Badanmu kelihatan kurus."
Lauren tersenyum. "Iya, Yah."
Hati Lauren menghangat menyebut panggilan itu. Rasanya sudah lama sekali.
"Bagaimana hubungan kalian?"
"Maksudnya?" tanya Adam.
"Apa sudah ada tanda-tanda kehamilan dari Lauren?" tanyanya membuat Lauren terbatuk.
***
Bersambung