Adam tidak tahu kalau kedatangan ibu tirinya membuat suasana hatinya sedikit kacau. Perempuan yang terhelat lebih tua beberapa tahun dari Adam itu tampak sekali kalau dia tertarik dengannya.
Beberapa kali Adam mendapati Sarah menatapnya, menggoda Adam dengan kerlingan mata.
'Astaga situasi apa ini?' tanya Adam dalam hati. Heran dengan Sarah yang sesekali membuka kakinya, menampilkan paha mulus yang terlihat menggiurkan.
Adam tak tertarik. Dia membuang muka. Membuat Sarah sebal. Cepat dia menghampiri Adam dan berdiri di depan pria itu. "Ayo, Dam. Berenang juga."
"Males, Ma."
Sarah terhenyak dipanggil begitu oleh Adam. Pria itu seakan mengingatkan Sarah tentang posisinya.
"Aku ke sana dulu ya, Yah. Lauren kayaknya masih ganti baju." Sarah menatap punggung lebar Adam yang menjauh.
'Hah, cewek itu lagi!' keluh Sarah.
Sedangkan Lauren baru saja keluar dari tempat ganti. Dia menatap kedatangan Adam.
"Ibu tiri kamu itu nyebelin banget. Ketahuan banget kalau dia gak suka sama aku! Ganjen!" keluh Lauren sambil memasang topi pantainya.
Rambut Lauren yang digerai, diterpa angin pantai. Lembut dan memesona. Dress biru lautnya tampak menerawang, bagian rok pendek yang menampilkan kaki jenjangnya membuat Adam menghela napas kasar.
"Kamu gak ada pakaian lain?" tanya Adam di belakang Lauren yang tengah berjalan menuju pesisir pantai.
Matahari sudah tidak terlalu tinggi. Tapi hawa di pantai masih panas. Terlihat masih banyak orang yang berenang untuk menyejukkan badan mereka.
Dan Adam paham kenapa Lauren memakai baju seperti itu. Hanya saja itu terlalu pendek, pikir Adam.
"Bajunya cantik. Jadi aku pakai." Lauren tiba-tiba berjongkok. Mengambil kerang-kerang kecil yang terdampar di pasir. Dia memungut satu persatu, dia menggenggam kerang tersebut.
Bak anak kecil yang bahagia menemukan mainan baru. Lauren berbalik. Menghadap Adam yang mengamatinya. "Lihat, kerangnya cantik banget."
Lauren dengan antusias menunjukkan pada Adam. "Hm, mau kamu apakan?" tanya Adam seraya memilah. Melihat kerang milik Lauren.
"Gak tahu. Boleh gak sih dibawa pulang?" tanya Lauren lalu menatap kerang di tangannya.
Adam tersenyum. Namun tatapannya jatuh pada motor Atv yang melaju di belakang Lauren.
Si pengendara tampak sibuk menoleh ke belakang pada kawannya. Adam menarik pinggang kecil Lauren ke dekatnya.
Tubuh kedua jatuh di atas pasir berbatu kerikil itu. Lauren menimpa badan Adam. Wajahnya mendarat di dada Adam.
Kerang di tangan gadis itu terjatuh. Namun yang lebih mengejutkan adalah posisi Lauren sekarang.
Orang-orang yang menyaksikan hal tersebut bersorak pada Lauren. Meneriakinya sambil menggoda gadis itu.
Lauren bangkit dari atas perut Adam yang kuat. Tertegun ketika Adam perlahan bangun. Lauren melihat Adam yang meringis kesakitan.
"Gak punya mata tuh orang!" hardik Lauren lalu melirik ke arah Adam yang melipat tangan, mengecek sikunya.
"Siku kamu berdarah!" kata Lauren kaget.
"Gak apa-apa."
"Adam! Kamu terluka sayang. Ayo diobati dulu." Sarah datang menghampiri, menarik Adam ke mobil.
"Aku gak apa-apa. Luka kecil." Adam berusaha berontak. Tapi akhirnya diam saja setelah Sarah menekan bahunya agar masuk ke mobil.
Adam mengamati sosok Lauren dari balik kaca. Gadis itu abai, dia malah kembali memunguti kerang.
'Hah, mana mungkin Lauren peduli.' Adam meratapi diri. Dia terkesiap kaget ketika Sarah duduk di sebelahnya.
"Kamu kenapa hah?" tanya Adam tahu gelagat Sarah. Dia mundur, mendempet ke arah kaca mobil. Dia meringis, merasakan sikunya yang terluka menabrak kaca.
"Rupanya kamu peka ya, Dam." Sarah mendekat. Dia mencondongkan kepalanya ke arah Adam. Menampilkan belahan dadanya yang rendah.
Adam mendengkus. Wanita itu pikir Adam akan tergoda mau bercinta dengannya di sini sekarang?
"Hih!" Adam mendecih. Dia menatap geram ke arah Sarah. Menepis jemari Sarah yang berusaha meraih lengannya. "Menjauh, sebelum aku dorong. Aku tak akan segan mengadu pada ayahku."
"Kamu yakin dia akan membela kamu? Bagaimana jika aku bilang, kalau anaknya mau meniduri ibu tirinya sendiri di dalam mobil."
Adam mengepalkan tangan menatap kasar pada Sarah yang menyeringai puas. "Kamu masih yakin dia akan membela kamu hah?" tanya Sarah lagi.
Jemari jentiknya yang hangat membelai wajah Adam. Sedangkan Sarah sudah beringsut semakin dekat. Dadanya bergesekan dengan lengan Adam.
Dia melenguh, merasakan hasrat mulai membakarnya. Namun Adam bukan pria yang gampang tergoda dengan wanita modelan Sarah. Dia mendelik. "Kamu pikir aku mau mengadu dengan cara lama hah?" tanya Adam.
Kedua tangan Adam meremas kuat bahu Sarah. Mendorongnya. Dia keluar dari mobil sebelum Sarah menariknya. "Dengar Sarah. Kamu yang memulai masalah ini."
Sarah mendengus. Dia menatap kepergian Adam dengan wajah sebal. "Dia pikir bisa mengalahkan aku?" tanya Sarah sambil membuka kakinya.
"Ah sialan! Si tua bangka itu mana sanggup!" keluhnya menjulurkan tangan mengambil handuk dan mengelap wajahnya yang basah oleh keringat.
***
"Nah kamu sadarkan. Wanita itu gila. Dia suka sama kamu, tapi kawinnya sama ayah kamu," kata Lauren sembari menekan-nekan kapas luka di siku Adam.
Dia membalutkan plester luka lalu memberi jarak antara dirinya dan Adam. "Terus sekarang kamu mau apa?"
"Kalau kamu jadi aku? Kamu bakalan ngapain buat ngadepin Sarah?" tanya Adam sembari menoleh pada Lauren.
"Jambak rambutnya." Adam tertawa geli. Jemarinya bergerak menyentuh kepala Lauren seraya mengelusnya.
"Aku serius. Dia dari tadi dia bikin masalah mulu sama aku. Heran!" kata Lauren sambil marah-marah.
Adam melihat Sarah dan ayahnya berjalan ke dekat mereka. "Mereka datang," gumam Lauren.
Lauren berdiri, menyambut dua orang itu dengan senyuman lebarnya. Sarah mencebik melihat tingkah centil Lauren.
"Katanya Sarah, siku kamu luka ya?" Adam mengangguk, lalu menunjukkan pada sang ayah plester luka yang dibalutkan Lauren.
"Istri aku udah obatin kok." Sarah mendesis pelan mendengar ucapan Adam. Lauren terkekeh, dia memeluk lengan Adam. Membuat sang empunya tersenyum tipis.
Ada gunanya juga Sarah datang ke kehidupan mereka. Setidaknya Lauren jadi lebih dekat dengannya.
Mana pernah mereka berbicara sesantai ini, bahkan bergenggaman tangan melewati garis pantai sembari ditertawakan burung camar yang lewat.
"Kamu diam aja ya." Lauren tiba-tiba bicara.
"Ada apa?"
"Aku mau bikin Sarah panas dingin." Adam menaikkan sebelah alisnya. Dia terkesiap kaget ketika Lauren memeluk lehernya dan berteriak tiba-tiba.
"Adam! Ada ulat. Ih ulat, Dam!"
Adam melirik ekspresi Sarah. Rupanya keberadaan Sarah lebih dari sekadar mengacaukan, tapi juga membuat ikatan yang renggang antara dirinya dengan Lauren jadi semakin erat.
Mungkin, ini saatnya bagi Adam untuk membuka hati Lauren meskipun harus lewat sandiwara dulu.
"Gak, Sayang. Kamu salah lihat." Lauren melongok kan matanya ke bawah. Melepas pelukan dengan cepat. Pura-pura malu di hadapan ayah mertuanya.
"Aduh pasangan baru, susah banget dilepasin. Lengket terus...," kata ayah Adam.
Sarah memandang Lauren. "Cih!"
"Panas! Panas! Panas!" kata Lauren sambil bernyanyi salah satu lirik band Indonesia yang booming pada masanya.
Adam dan Lauren tergelak melihat tingkahnya. Dua orang itu saling berpandangan. Namun sedetik kemudian Lauren menghentikan tawanya.
"Apaan sih!" hardiknya. Lauren berjalan lebih dulu dengan muka merah padam.
***
Bersambung