“Omong kosong! Aku tidak mencium lehermu!”
“Iya kau menciumnya! Tadi ada rasa hangat-hangat di tengkukku!”
“Itu bukan ciuman! Itu tanganku yang tak sengaja menempel di tengkukmu.”
“Pembohong!”
“Aku jujur!” sanggah Van untuk yang kesekian kalinya. “Lagi pula bukan kah kau seharusnya berterima kasih karena aku sudah mengikat rambutmu. Sudah tidak gerah lagi, ‘kan?”
Ele terdiam sejenak.
Sedari tadi ia dan perawatnya berdebat sengit. Ele menuduh Van telah mengecup tengkuknya. Sosok yang dituduh itu mengelak habis-habisan karena ia tak mau dituduh sebagai sosok yang kurang ajar karena mencium majikannya sendiri.
Ele yakin betul bahwa yang beberapa waktu lalu terjadi adalah sebuah kecupan. Ia bisa merasakan sesuatu yang hangat menempel di tengkuknya dengan gerakan lembut. Ia nyaris terjatuh saking kagetnya dan buru-buru menuding jika Van adalah pelakunya. Akan tetapi, perawatnya itu membantah habis-habisan dan beralibi jika yang menempel di tengkuknya adalah tangannya.