Saat pikirannya larut dalam ketenangan, sebuah siluet wajah seseorang muncul di pikirannya dan mengganggu waktu bersantainya. Teringat sosok yang dia singgung tadi pagi, kepalanya langsung menunduk, perasaan kesal nampak jelas di wajahnya, dia menghembuskan nafas sambil bertanya-tanya, "Dimana gadis itu?"
Faye lalu mengangkat kedua kakinya dari kolam dan pergi setelah merapikan jubahnya dari debu. Mau tidak mau dirinya harus mencari sebelum malam.
Dia lalu berjalan ke tempat yang menurutnya dimana gadis itu berada. Melirik ke kanan dan ke kiri selama perjalanannya, berharap dapat menemukan sebuah petunjuk. Tak disangka, sosok yang dicarinya muncul tepat di hadapannya. Seorang gadis muda berambut coklat menghampirinya dengan senyuman yang aneh. Dia memakai baju tunik coklat panjang sampai ke tumit ditambah korset yang menekan pinggangnya. Di lengannya, sebuah keranjang penuh berisi buah-buahan seperti apel dan beri-berian.
"Apa yang kau lakukan Rynn?" Faye bertanya. "Dari mana saja kau?"
Rynn berjalan berjingkrak-jingkrak seperti sedang mengalami jatuh cinta. Lalu dia menunjukkan keranjangnya, "Lihat, aku menemukan buah-buahan yang segar di sebelah sana. Saat aku sedang berjalan, aku menemukan beri biru ini. Aku langsung mencobanya, dan ternyata rasanya sangat manis tapi sedikit asam. Saking enaknya aku jadi lupa waktu. Aku membawanya beberapa kalau kau mau. Aku juga memetik apel dan buah-buahan lainnya," ucap gadis yang penuh semangat tersebut.
"Lupakan, bukankah aku memberimu tugas untuk memeriksa simbol sihir yang rusak?"
Rynn tersenyum sambil mengusap kepalanya. "Lupa, hehe."
"Karena kau lupa, ada yang berhasil masuk ke hutan dan ujung-ujungnya aku yang menyelesaikan semuanya." Faye sedikit meninggikan suaranya.
"Jangan bilang kau menyakiti orang-orang tersebut. Tak boleh seperti itu! Ingat yang kuajarkan, saat bertemu seseorang, hal pertama yang harus dilakukan adalah tersenyum dengan manis. Kalau kau terus-terusan bersikap kejam seperti itu, tak akan ada orang yang menyukaimu." Rynn memegang pundak Faye dan menggoyangkan tubuhnya.
"Aku hanya menghapus ingatan mereka saja." Faye tidak mengatakan jika dia juga menyerap seseorang. Dia tak ingin Rynn tahu dan membuatnya semakin khawatir.
"Tetap saja itu tidak boleh!"
"Aku bukan seorang gadis sepertimu yang bisa seenaknya sendiri melakukan apapun dan hanya bisa tersenyum. Jika saja kau tidak tergoda oleh buah-buahan dan tidak lupa akan tugasmu, maka aku tidak perlu menghukum mereka."
Rynn tersentak, kata-kata itu menusuk langsung di hati kecilnya. Ia menyadari kesalahannya dan seketika semangatnya langsung hilang. Gadis itu merasa malu dan meminta maaf, berjanji tidak akan mengulangi hal yang sama. Sebagai permintaan maafnya, dia menuju ke rumah di tengah hutan dan akan segera membuatkannya teh.
Faye tak percaya, karena hal konyol seperti itu membuat hutan ini terancam. Faye memijat keningnya dan menghilangkan rasa peningnya dengan menyiram kebun bunganya. Ia menyiram secara lembut ke tanaman-tanaman yang menghiasi depan rumah itu.
Setelah semua tanaman mendapatkan air yang cukup, dia meletakkan kembali alat siramnya, memetik beberapa tangkai bunga di kebunnya, lalu mengikatnya menjadi satu rangkaian bunga-bunga yang cantik. Gadis itu berjalan ke sebuah Pohon Amoria yang di bawahnya tertanam sepasang batu besar. Ditemani cahaya senja, dia menjatuhkan kedua lututnya dan meletakkan rangkaian bunganya di depan batu tersebut, dia berdiri, tak lama kemudian berbalik pergi.
Langit pun menjadi gelap, kunang-kunang beterbangan di penjuru hutan, hewan-hewan siang kembali ke sarangnya yang nyaman dan beristirahat, sisanya berburu di alam liar dan melanjutkan beraktifitas.
Gadis itu kembali ke pohon ajaib, dengan sihirnya dia melayang dan mendarat di sebuah dahan yang cukup kokoh untuk dirinya. Dia merapikan jubah dan roknya lalu duduk dengan tenang di kegelapan malam. Kepala dan matanya tertuju ke atas, menatap keagungan sinar bulan. Cahaya putih memantulkan kilauan mata biru sang gadis, mengungkapkan keindahan di baliknya.
Beberapa saat setelahnya, kawanan burung hantu hinggap di pohon sekitar dan ikut menemani sang gadis. Yang datang terakhir adalah Rue si Burung Hantu Putih, terbang di malam hari seperti setitik harapan diantara kegelapan abadi. Hinggap di sebelah gadis itu, menantikan belaian dari tangannya.
Akhirnya, Rynn datang membawakan secangkir teh kamomil yang panas, bertepatan saat angin malam yang dingin mulai membelai kulit lembut Faye. Gadis itu melambaikan jari-jarinya, menerbangkan cangkir teh dengan sihir dan mendaratkannya di tangannya. Menyeruput teh yang manis sedikit saja sudah membuat tubuhnya kembali hangat. Sebelum Rynn pergi, Faye mengundangnya untuk duduk di sebelahnya dan menikmati malam berbintang bersama.
"Mungkin lain kali. Tubuhku sudah merasa lelah, aku ingin segera pergi tidur. Dan juga, aku sudah menyiapkan kue di meja, jika suatu saat kau lapar," jawab Rynn yang berjalan pergi sembari menguap.
Dengan suara pelan, gadis berjubah itu membalas, "Baiklah," disusul dengan senyum kecilnya yang manis di tengah malam yang dingin, hanya ditemani bulan, para burung hantu, dan secangkir teh panas.