Setelah beberapa hari Rangga tak menghubunginya, Arin pun bingung.
"Kenapa ya Rangga tak menghubungiku dari semalam," gumam Arin dalam hati.
Karena sibuk begumam dengan dirinya sendiri yang tak kunjung mendapat jawaban, Arin mencoba memberanikan diri untuk menghubungi Rangga. Akan tetapi dia masih malu-malu untuk duluan menelponya, Maka dari itu Arin mencoba mencari tau tentang Rangga melalui Nindi. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Arin pun menghubungi Nindi via telpon.
"Hallo Nin,"ucap Arin dari telpon.
"Iyaa Riin. Ada apa nih kok tumben nelpon aku malam-malam gini?."
"Ini Nin. Aku lagi bingung nih."
"Emang kamu lagi bingung kenapa sih malem-malem gini, Gak biasanya kamu bingung gini ngomong nya dari telpon, Pasti ini sangat penting ya?."ucap Nindi Heran.
" Mmm. Gimana ya bilang nya Nin," ucap Arin ragu-ragu.
"Yaampun Rin. Kamu tu kenapa sih, Cerita ajala loh!," paksa Nindi.
" Mmm iya iya deh, Jadikan gini Nin. Dari kemarin tu Rangga gak ada ngabrin aku loh. Dia kemana ya? Tumben gak ada nelpon aku beberapa hari ini."
" Oooh. Jadi kamu tuh bingung gitu karena gak dikabarin sama Rangga tooh," ejek Nindi.
"Yaa gak gimana-gimana sih Nin. Cuman agak heran aja kok tumben banget dia gak ngabarin aku."
"Hahaha. Kamu kangen yaa sama Rangga?"ucap Nindi meledek.
"Aku juga gak tau Nin. Tapi gak tau kenapa aku kok agak khawatir ya sama anak bandel itu. Aneh banget tia-tiba khawatirin dia."
"Ciiee. Yang lagi kangeen. Hahaha."
"Niin. Jangan lah gituu. Ini beneran loh, Ayo dong bantuin aku nyari tau Rangga lagi dimana sekarang. Aku bener-bener khawatir sama dia."
"Yauda deeh. Bentar yaa, Aku cari tau dulu dari teman-teman ku Rangga kemana. Kamu sabar yaa, Nanti aku kabarin kamu lagi kalau aku udah tau kabar tentang Rangga."
"Oke Nin. Bener ya kabarin aku kalau udah dapat kabar tentang Rangga."
"Iya Arin Setya ningsiih yang baweel,"lanjut Nindi meledek.
Setelah beberapa saat Arin mematikan telpon. Nindi langsung mencari tau keberadaan Rangga melalui teman-teman nya. Dan ternyata setelah mencari tau, Rangga dikabar kan kecelakaan karena jatuh dari kereta. Dia jatuh karena ikut balapan motor oleh teman-teman nya. Setelah mengetahui kabar tersebut Nindi Langsung memberi tahu Arin via Telpon.
"Ha- Hallo Riin."
"Iyaa Niin. Kamu kenapa kok kayak gugup gitu," tanya Arin bingung campur khawatir.
"Iya Rin, Aku tadi baru aja nelpon teman nya Rangga. Katanya dia kemarin ikut lomba balap motor. Terus dia kecelakaan, Sekarang dia lagi di rawat dirumah sakit tulang nya ada yang patah."
"Apaaaa!! Kamu gak lagi becanda ini kan Nin," tanya Arin tekejut.
" Enggak Rin. Ini beneran, Tadi teman nya baru saja memberi tahu ku."
"Yaampun. Ja- jadi dia gimana keadaan nya sekarang Nin? Pantas aja fikiran ku gak tenang," ucap Arin dengan nada lirih.
"Udah ya Rin. Kamu tenaang dulu, Jangan khawatir Rangga pasti baik-baik aja kok."
"Gimana aku gak khawatir Nin, Aku bener-bener takut dia kenapa-kenapa,"ucap Arin sambil menangis.
"Iyaa Rin, Aku tauu. Aku juga sama terkejut dengar kabar dia jatuh gituu. Kamu do'a kan dia ya supaya gak kenapa-kenapa. Kamu gak usah takut Besok pagi kita sama-sama jenguk dia ke rumah sakit okee," ucap Nindi menenangkan."
"Aku mau menjenguknya malam ini juga Nin, Ayo temani aku kerumah sakit sekarang juga!."
"Ini udah jam berapa Nin. Ini tu udah tengah malaam, Bahaya kalau kita keluar malam-malam."
"Iya Nin aku tauu. Tapi aku benar-benar khawatir sekali sama dia."
"Jangan dulu Rin. Kamu tahan dulu dirimu yaa. Pasti Bunda juga gak ngasi kamu keluar rumah malam-malam begini, Nanti Bunda khawatir gimana?,"ucap Nindi menahan niat Arin.
"Hmmm. Baiklah kalau begitu, Besok pagi-pagi sekali kamu jeput aku ya."
"Iyaa Ariin. Yauda kamu istirahat yaa."
Setelah Nindi menutup telpon, Tiba-tiba air mata menetes dipipi Arin. Dia benar-benar khawatir dengan keadaan Rangga. Terdengar dari pintu kamar Ibunya Arin masuk ke kamar Arin, Dilihatnya Anak kesayangan nya itu sedang menangis tengah malam dan dia pun bergregas menemuinya.
"Ariin.Sayaang. Kamu kenapa kok malem-malem gini nangiis? Ayo cerita sama Bunda. Apa sebenarnya yang terjadi," tanya Ibunya terkejut.
"Gak apa-apa kok Buun," ucap Arin sambil menyeka air matanya.
"Sayaang. Kamu jangan bohong dong. Ayo kamu cerita sama Bunda. Kamu kenapaa siih,"paksa ibunya sambil menatap lembut.
"Ranggaa Buun. Ranggaa," sambil menahan tangis nya.
"kenapa dengan Rangga? Kamu disakitin sama dia ya,"ucap ibunya menerka.
"Enggak kok Buun. Rangga gak nyakitin Ariin."
"Jadi kenapa Sayaang, Ayo dong sekarang kamu cerita in semua sama Bunda."
"Jadi Gini Bun. Udah beberapa hari ini Rangga gak ada ngabarin Arin, Biasanya dia selalu ngabarin Arin kalau dia mau kemana-mana."
"Yaampun Sayaang. Jadi kamu sampai nangis begitu gara-gara gak dikabarin sama Rangga yaa?."
"Bukan Buun," sambil tersedu-sedu menahan air mata."
"Jadi kamu kenapaa Ariin. Ayo coba pelan-pelan tarik nafas kamu biar tenang. Biar jelasin ke Bunda juga enak."
"Hmmm. Rangga Bun, Rangga kecelakaan jatuh dari motor,huuu," Tangis Arin semakin menjadi.
"Yampuun. Rangga kecelakaan!," sahut ibu nya.
"Iyaa Buun,"sambil memeluk ibunya.
"yaampun Sayaang, Kasihan sekali dia. Gimana keadaannya sekarang? Jadi kamu udah jengukin dia apa belum?," tanya ibunya juga khawatir.
"Belum Bun, Rencana besok pagi Arin mau jenguk Rangga minta temanin Nindi."
"Yauda Sayaang. kamu tenang dulu yaa. Bunda yakin dia gak kenapa-kenapa kok," ucap Ibunya menenangkan.
"Sebenarnya Arin sangat khawatir Bun."
"Iya Bunda ngerti kook. Kamu do'ain dia terus ya supaya dia gak kenapa-kenapa yaa."
"Iya Bun," ucap Arin lirih.
"Yauda kamu sekarang tiduur. Terus istirahat, Jangan kefikiran nanti kamu sakit,"di usap lembut kepala Arin oleh ibunya.
"Iyaa Bun. Arin usahain yaa. Semoga aja Arin bisa istirahat menunggu besok."
"Iyaa yauda gak apa-apa sayaang. Yang terpenting kamu jangan sampai ikutan sakit gara-gara mikirin Rangga yaa."
"Iyaa Buun. Bunda juga istirahat yaa."
"Selamat malam sayaang, Bunda masuk kamar dulu yaa."
"Iya Buun. Selamat malam,"ucap Arin lirih.
Setelah beberapa saat Ibu Arin meninggalkannya dari kamar. Arin kembali merenung, Walaupun dia udah mencoba untuk tidak kefikiran. Tetap saja dia kefikiran dengan keadaan Rangga, Dia sangat khawatir dengan keadaan Rangga sekarang ini. Rasanya dia ingin sekali segera menjenguk Rangga di rumah Sakit.
"Cepatlah pagi datang, Supaya aku bisa cepat melihat keadaan nya Rangga. Semoga dia tak apa-apa ya Tuhan. Semoga aja dia gak parah luka nya. Aamiin."ucapnya dari dalam hati.