“Tentu saja Jelita tak menolaknya, kue itu benar-benar enak, krispy di luar, juga lembut di dalam, membuat ketagihan,” ucap Jelita jujur.
“Tentu saja, karena kue itu seperti pembuatnya!”
Jelita dan Bu Ayu menoleh ke arah Bisma yang baru saja masuk. Melangkah mendekati maminya dan duduk di sebelahnya.
“Jadi kamu tahu, kan, bedanya kamu dan Hayu? Kalian sungguh berbeda, Hayu itu seperti kue nastar yang kamu makan. Luar dalam menyenangkan, beda sama kamu yang luarnya crispy tapi dalamnya bergerigi.”
Bu Ayu ingin tertawa karena ucapan putranya yang menurutnya konyol, tapi dia berusaha menahannya, dia tidak mau Jelita terluka, karena dia yang menertawakannya.
“Sudahlah, bagaimanapun kamu harus lebih dekat dengan Jelita, bukankah kalian dekat cukup lama, mami, akan mencoba melihat siapa di antara dua perempuan ini yang bisa dekat dengan mami dan pantas mendampingi kamu, juga mengurus kamu.”