BAB 21 : Meretas dulu

Malam yang sunyi dan tenang, di temani oleh para bintang-bintang, terlihat di atas langit bulan bersinar dengan terang.

Saat ini saka akan pamit untuk pulang dari kerjanya, waktu sudah menunjukkan pukul 23:45 malam, jadi pekerjaannya sudah selesai.

"Kak Lina saka pulang dulu." Pamit saka

"Iya saka hati-hati jangan ngebut." Sahut Lina sambil memperingati.

"Ok." Saka naik ke motornya, lalu pergi dari cafe tempat dia bekerja.

Di perjalanan menuju rumah, saka menitikkan air matanya di balik helm yang dia pakai, perasaan kecewa, hancur, dan sedih menjadi satu. Mengingat akan Ayahnya, yang masih terbaring di rumah sakit dengan keadaan koma.

"Saka rindu papa, kapan papa bangun ini saka anak papa gak bisa bertahan lagi, dunia saka itu papa, hanya papa yang selalu ada buat saka, sekarang kenapa gak ada?." Lirih saka, menggigit bibir bawahnya rasa yang begitu hancur ini, muncul lagi.

Langit malam ini terlihat indah, lampu-lampu jalan bersinar terang menyamai sang bulan, angin berhembus dengan lembut menerpa kulit, malam memang adalah waktu yang tenang dan damai.

Saka mengeratkan gasnya, mengendarai dengan kecepatan maksimal saat malam seperti ini, ia berpikir ingin berkumpul dengan gengnya, tapi mungkin beberapa orang sibuk dengan urusan masing-masing, jadi niat saka di urungkan.

***

Pukul 06:30 pagi!

Di sofa yang melingkar, terlihat lima orang sedang mengobrol asik dengan sedikit gurauan.

"Hm jadi dia Saka Dhiyankara, orang yang kau sukai Matthew?." Tanya seorang perempuan yang memiliki usia yang sama seperti dirinya.

Orang yang di sebut itu, hanya menganggukkan kepalanya ternyata cinta benar-benar membuat ia gila setiap waktu, apa lagi perasaannya tertuju kepada seorang laki-laki, coba bayangkan laki-laki? dan itu sama seperti dirinya.

"Cinta terkadang memang gila." Ujar Louis, sambil membalikkan halaman buku novelnya.

"Semoga kau juga menyukai laki-laki." Celetuk Pranwin, tangannya terus mengambil makanan dan memasukkannya ke dalam mulut.

"What are you saying!" Pekik Louis, memberi tatapan tajam ke Pranwin, sedangkan orang yang di tatap itu hanya menjulurkan lidahnya.

"Then what are you going to do, Matthew?" Tanya Ken sambil mengangkat alisnya sebelah, tidak menghiraukan keributan antara Louis dan Pranwin.

"I do not know" Jawab Matthew, mengusap wajah gusarnya.

"Apakah seorang Matthew adalah orang yang mudah menyerah, you have to fight if you want to get it." Sambil meminum anggurnya, yang sudah tersaji di meja.

"Aku bisa mendapatkan apapun yang ku mau, tapi kenapa dia begitu sulit and this is driving me crazy!." Berekspresi datar dan meneguk anggur merahnya sampai habis.

"You can do it Matthew."

"Hmm."

"Matthew asal kau tahu, saka bukan orang yang mudah di taklukkan mungkin saja dia sock karena kau tiba-tiba berkata seperti itu." Ucap Pranwin, menatap manik mata yang tajam itu.

"Aku tidak tahu, ayo pergi." Dia langsung bangkit dari duduknya dan berlalu dari ruangan itu.

Sedangkan keempat orang itu menatap kepergian Matthew, orang yang begitu arogan, agresif, dan begitu dingin seperti es bisa jatuh cinta, memang benar cinta itu bisa hadir pada siapapun.

"Lizzy we're going to school, can you take care of yourself?." Ujar Ken, lalu bangkit dari sofa dan mengambil tasnya.

"I'm not a kid." Seru orang yang di panggil Lizzy ini, memberi tatapan kesalnya.

"Jangan baperan!." Pranwin langsung menarik rambut panjang Lizzy, dan berlari dengan cepat keluar dari ruangan itu sambil tertawa terbahak-bahak.

"PRAWIN!."

"Habit!!" Guma Louis ikut menyusul pergi.

Sedangkan Lizzy menggeram kesal, lalu fokus ke minumnya, tinggalkan tentang ini.

***

Di kelas keadaannya memang tidak terlalu ramai, bagaimana dengan saka? Tentunya hari ini dia datang cukup pagi, lalu duduk seperti biasa di bangkunya dan memainkan Handphonenya, bukan bermain game tapi mencari informasi.

"Jadi situs ini, maaf seperti akan ada kejutan untuk kalian." Guma Saka, dengan jarinya yang terus mengetik sesuatu di layar handphone.

Saka menyalin sebuah link, yang ternyata itu adalah link dari grup WhatsApp para Fujo dan Fudan penyuka hubungan Boyslove itu.

Bukan situs WhatsApp saja, ternyata saka juga menemukan sebuah grup di telegram yang berisi orang-orang yang bersekolah di tempat yang sama seperti dirinya, grup itu bukan hanya satu tapi lebih, saka langsung saja memasukkan nama situsnya, dengan mudahnya saka langsung menghapus data-data di grup itu, menghapus grupnya, memblokir nomor pengguna agar tidak terhubung.

Walaupun mungkin ada orang yang menggunakan nomor ganda, saka tidak akan melewatkannya, saka melihat di layar handphonenya begitu banyak angka-angka yang muncul, itu seperti kode dari nomor pengguna dengan cepat saka menghapusnya dan memblokir sekali klik, dan selesai.

Membuat nomor pengguna kehilangan datanya yang tersimpan seperti nomor WhatsApp teman, menghapus ribuan foto dan video yang ternyata itu adalah foto orang yang sesama jenis, bahkan ada video seks antar laki-laki, juga perempuan dan perempuan hubungan sejenis lah, saka benar-benar tidak percaya, apa lagi ada sebuah berita tentang dirinya dan Evans waktu beberapa hari lalu, di sebuah grup itu.

Bukan WhatsApp saja, saka menghapus data yang terhubung entah, Facebook, telegram, messenger, ada beberapa aplikasi lainnya yang juga menggunakan nomor handphone yang sama.

Meretas itu yang di lakukan saka, memblokir, masuk kedalam data seseorang dengan mudah, melakukan semua itu memang membutuhkan kehati-hatian, karena virus juga bisa menyerang handphone yang digunakan untuk meretas sama seperti saka saat ini, tapi saka dia bisa memblokir virus itu dengan mudah dan menghilangkannya.

Setelah selesai saka menutup handphonenya, lalu tersenyum miring dan tinggal menunggu reaksi semua orang.

"Satu, dua, dan tiga." Saka menghitung dengan jarinya dan mengetuk-ngetuk meja dengan tiga jarinya itu.

"HAH GAWAT!."

"Ehh lu kenapa Fer?."

Saka mengalihkan pandangannya pada salah satu anggota kelasnya, seorang perempuan yang menatap layar ponselnya dengan tatapan yang terkejut, saka tahu ini juga salah satunya.

"Ternyata kepolosan orang cepat sekali hilang, karena penasaran." Guma saka, tersenyum dengan kesenangan.

"Kenapa WhatsApp gua hilang!."

"Gua juga sama, ini kenapa tiba-tiba login ulang."

"Bener, pas gua masukin nomor, ada teks muncul yang tulisannya 'nomor ini sudah kadaluarsa'."

"Coba kalian cek di telepon, nomor-nomor WhatsApp temen gua hilang semua, jumlah kontak gua kan delapan ratus lima puluh (850), sekarang tinggal dua puluh kontak!."

"Telegram gua juga sama!."

"Yah ini kenapa!."

"PERASAAN TADI BAIK-BAIK AJA DEH!"

"INI GIMANA!

Teriak mereka histeris, membuat gendang telinga saka bergema, apakah sepenting itu begitulah pikir saka?.

Saka melirik salah satu anggota kelasnya yaitu laki-laki, yang juga terlihat tidak percaya, cemas, dan kesal juga menatap layar ponselnya.

"Salah satunya pasti." Guma Saka, lalu memasang earphone di telinganya, sambil menunggu bel masuk berbunyi.

Beberapa menit kemudian, bel sekolah berbunyi terlihat para murid memasuki kelasnya masing-masing, termasuk bagian kelas saka.

"Heh saka, aduh capek bener." Ujar Gara dengan nafas terengah-engah, menghampiri saka.

Saka melirik kearah temannya itu, lalu melepaskan earphonenya, dan mengernyitkan dahinya.

"Kenapa?." Tanya saka, yang menatap gara dengan aneh.

"Capek bener."

"Kemarin lu kemana?."

"Oh kemarin gua lagi pergi ke luar kota, sebentar doang dan nginep semaleman dan pagi tadi baru pulang." Jelas Gara, lalu duduk di bangkunya.

"Kirain bener sakit."

"Yaelah namanya juga biar bagus cara izinnya." Tutur Gara

Gara menatap kearah bangku Ronal dan terlihat kosong dan tidak ada orangnya.

"Saka ini si Ronal kemana?."

"Entah gua gak tahu."

"Semuanya lu gak tahu, tumben bener lu gak bolos lagi, ada apa ini kawan?." Celetuk gara, dengan senyum godaannya.

"Lagi pms!." Ketus Saka, tanpa melihat kearah gara.

"Puhhtt!." Tawa gara pecah, membuat saka merasa bosan dengan satu temannya ini.

"Ketawa aja terus, gua cipokin lu!." Celoteh saka, sambil menompa dagunya.

Semua orang yang berada di kelas itu, langsung menatap kearah saka dengan tampang terkejut dan ada yang memekik kesenangan, membuat saka langsung berekspresi penuh keanehan.

"Aaahh!, Saka suka sama si gara." Pekik salah satu seorang siswi.

"Maksudnya, GUA TAMPOL ITU MULUT." Tegas saka, membuat semua orang langsung mengalihkan pandangannya dan menutup mulut.

"Saka ntar gua tampol juga itu mulut lu!." Ujar Gara dengan tatapan horornya.

"Seterah lu!."

Lalu kemudian datang guru untuk mengajar, lamanya belajar membuat saka merasa bosan, dan perutnya juga sudah minta di isi, saka hanya hanya mendengar penjelasan dari guru tanpa memperhatikan ke depan.

"Lama bener dah istirahat ya." Guma saka